Mayor Jantje: Cerita Tuan Tanah Batavia Abad Ke-19

Kamis, April 14, 2011

Mayor Jantje: Cerita Tuan Tanah Batavia Abad Ke-19
by Johan Fabricius
Paperback, 188 pages
Published February 2008 by Masup Jakarta (first published 1979)
ISBN 9793731230


Mayor Jantje. Itulah gelarnya. Nama aslinya adalah Augustin Michele, sementara Mbok Sita-pembantu yang sudah tinggal lama bersamanya- dan budak-budaknya memanggilnya Sinto Sten. Perjalanan sang tuan tanah sekaligus pemimpin pasukan kaum Papang ini menjadi menarik, karena ia adalah pencetus kesenian daerah betawi. Kecintaannya pada pesta dan musik membuat banyak orang senang, sekaligus mencibir. Senang datang dari teman-temannya yang diundangnya untuk menginap di Villa Citrap, sedangkan yang mencibir datang dari Mbok Sita, pembantunya, dan dari Agraphina, putrinya.



Saya sendiri hanya membayangkan bagaimana kejadian masa itu, dimana Sang Mayor setiap sabtu malam menyuruh orkesnya memainkan musik. Ada yang dari Senen, Tionghoa, dan Jawa. Semuanya bersatu memainkan karya terbaiknya di depan Sang Mayor dan tamu-tamunya. Kehidupan seperti itu tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Tidak masalah bagi Sang Mayor, karena ia memperoleh penghasilan yang luar biasa besar dari hasil mengambil sarang burung walet di Klapanunggal-aset yang luar biasa besar warisan ayahnya- dan menyewakan tanahnya yang sangat luas kepada orang Arab dan orang Cina.

Sang Mayor sangat kesepian, apalagi setelah ditinggal mati oleh istrinya. Ia sendiri menikah dua kali, dan kedua istrinya itu meninggal. Kecintaannya pada Davida, istri keduanya, diungkapkan dengan membuat makam yang sangat bagus di Batavia. Salah satu kelebihan yang juga menjadi kelemahannya adalah, ia terlalu baik kepada sahabat-sahabatnya. Biasanya, sahabat yang diundangnya menginap di Villa Citrap tak langsung kembali ke kota asalnya, tetapi tetap tinggal disana, dan otomatis membebani belanja rumah tangganya. Hal itu sudah menjadi keberatan budaknya dan putrinya, namun ia menghiraukan hal itu. baginya, ia masih cukup kaya dari hasil sarang burung walet dan sewa tanah.

Sang Mayor merasakan kembali getar-getar cinta manakala ia melihat Nonnie, putri sahabatnya. Ia merasakan istrinya, Davida, seolah hadir di dekatnya lewat sosok Nonnie. Ia berkhayal istrinya begitu dekat padanya, beberapa perhiasan kesayangan istrinyapun diberikan Sang Mayor pada Nonnie. Akhirnya, kecemburuan muncul di hati mbok Sita, karena ia sangat mengharapkan sebuah perhiasan yang dulu suka dikenakan Nyonya Davida, namun Sang Mayor malah menyerahkannya pada Nonnie.

Bagaimana kelanjutannya?
Silahkan dibaca sendiri.....

You Might Also Like

0 komentar