The Count of Monte Cristo (Le Comte de Monte-Cristo)

Kamis, Juni 30, 2011

Judul: The Count of Monte Cristo
Judul Asli: Le Comte de Monte-Cristo
Pengarang:Alexandre Dumas
Penerjemah: Nin Bakdi Soemanto
Tebal: 568 halaman
Penerbit: Bentang Pustaka Maret 2011(pertama kali diterbitkan 1844)
ISBN: 9786028811248

Kita perlu menelusuri sejarah Prancis sebelum memahami konteks cerita The Count of Monte Cristo. Peristiwa pada cerita novel ini berlatar belakang Revolusi Prancis yang terjadi pada tahun 1789. Revolusi Prancis ditandai dengan dihancurkannya Penjara Bastille yang diketahui sebagai lambang kesewenangan kerajaan. Apa yang melatarbelakangi Revolusi Prancis? Terjadi krisis ekonomi dan kelaparan di Prancis, kebebasan beragama tidak teraspirasi, perilaku tidak etis oleh para bangsawan, protes kaum buruh dan petani, korupsi dimana-mana. Krisis yang terutama pada saat itu adalah tidak berpihaknya hukum pada rakyat kecil. Hukum dinilai hanya menguntungkan para bangsawan dan gereja. Sampai ketika menteri keuangan Louis XVI pada saat itu, Jacques Necker, membeberkan bahwa negara mengalami defisit karena penggunaan uang pajak dihambur-hamburkan untuk kepentingan raja dan parlemen alih-alih kepada rakyat. Necker tidak disukai Raja Louis XVI, dan Necker pun dibunuh.


Sekilas tentang Napoleon
Napoleon Bonaparte adalah tokoh yang ditemui oleh Edmond Dantes di Pulau Elba. Hal itu terjadi pada tahun 1814. Mengapa Napoleon bisa 'terdampar' disana? hal ini berkaitan dengan terjadinya revolusi di Prancis. Napoleon sebelumnya berada di Paris. Ketika terjadi revolusi Prancis pada tahun 1789, sebagai seorang Jenderal, ia menyelamatkan pemerintah revolusioner. Ia juga memimpin pasukan Prancis merebut Austria, Italia, dan Mesir, serta mengklaim negara itu sebagai kekuasaaan Prancis. Napoleon adalah tokoh penggerak revolusi. Ia dicintai rakyat Prancis, dan ia diangkat menjadi kaisar. Tindakannya dalam hal mereformasi pemerintahan, sistem pendidikan, feodalisme, serta mengedepankan kesetaraan di hadapan hukum dan kebebasan beragama membawa perubahan dalam kehidupan bernegara di Prancis. Produk hukum yang terkenal dari Napoleon adalah Napoleon code, yang membawa pengaruh dalam hukum sipil di seluruh dunia. Namun, Napoleon memiliki banyak musuh dari negara Eropa yang ia taklukkan.

Pada 1814, Napoleon dipaksa turun takhta. Ia diasingkan ke Pulau Elba. Pulau itu terletak di laut Mediterania lepas pantai Tuscany, Italia.Di pulau inilah Edmond Dantes bertemu dengan Napoleon. Pada Maret 1815, Napoleon melarikan diri dari Pulau Elba dan mengalahkan pasukan kerajaan Prancis. Informasi bahwa ia akan menuju ke Prancis inilah yang terdapat dalam surat yang dititipkan Napoleon kepada Edmond Dantes. Dalam hal inilah Edmond Dantes dituduh sebagai pengkhianat oleh Monsieur Villefort.

Periode setelah Napoleon kembali dari Pulau Elba ke Paris dinamakan "Hundred Days" atau seratus hari. Seratus hari dimulai dari tanggal Napoleon keluar dari Elba (20 Maret 1815) sampai dengan naiknya kembali Kaisar Prancis Louis XVII (8 July 1815). Napoleon kehilangan pamornya setelah ia dan pasukannya kalah dalam peperangan Waterloo, melawan Seventh Coalition, yaitu gabungan negara musuh Prancis ( Inggris, Prussia, Netherlands, Hanover, Nassau, Brunswick). Setelah dari Perang Waterloo, Napoleon kembali ke Prancis, namun tidak begitu banyak lagi dukungan buatnya. Kaisar Prusia pun memerintahkan untuk menangkap hidup atau mati. Akhirnya pada masa pemulihan kekuasaan Louis XVIII, Napoleon diasingkan ke Pulau St. Helena, dan Napoleon mati disana pada 1821. Ucapan sebelum ia mati adalah: "France, armée, tête d'armée, Joséphine." Diduga Napoleon mati karena diracun arsenik.

Konspirasi
Novel klasik ini bercerita tentang kehidupan seorang pelaut muda yang bersemangat, calon kapten kapal, dan kekasih wanita cantik, Edmond Dantes. Usianya baru 20, ketika ia akan diangkat menjadi kapten kapal Pharaon, oleh pemilik kapal di Marseille, Monsieur Morrel. Sukses di usia muda, mendapat wanita cantik, adalah sesuatu yang sangat diimpikan lelaki manapun. Karir yang melesat tersebut diirikan oleh Danglars, bendahara kapal Pharaon. Serta hendak menikahi Mercédès diirikan oleh Fernand Mondego, sahabatnya di kapal Pharaon. Fernand memiliki rahasia bahwa ketika mereka di Pulau Elba, Dantes dititipkan sesuatu oleh Napoleon. Ketika Fernand, Gaspard Caderousse dan Danglars bertemu di sebuah bar, mereka bersiasat untuk menyingkirkan Edmond Dantes. Dantes ditangkap pasukan pemerintah dan dihadapkan kepada penuntut umum Monsieur Villefort. Villefort menuduh Dantes adalah pengkhianat pemerintah. Sebenarnya Villefort tidak akan menghukum lebih lanjut Dantes perihal surat yang dibawanya. Persoalan semakin rumit ketika Villefort menyadari dari keterangan Dantes bahwa surat tersebut ditujukan pada ayahnya, Monsieur Clarion. Namun semata-mata bukan karena melindungi ayahnya, tetapi dirinya sendiri, dengan rekomendasinya, ia menjebloskan Edmond Dantes ke penjara yang terletak di sebuah pulau dekat Marseilles, itulah penjara Chateau d'if. Mulai dari tempat inilah semua rencana pelarian dan balas dendam dilakukan.




Ada perubahan cara pandang Dantes menyikapi apa yang dialaminya di penjara. Awalnya ia meminta dikeluarkan, tidak dikabulkan. Ia meminta dimasukkan ke sel lain, tidak dikabulkan. Ia marah dan berharap orang-orang yang telah merusak kebahagiannya dihukum seberat-beratnya. Ia tidak tahan pada penderitaan itu. Ia ingin mati dengan berusaha menggantung dirinya, namun gagal. Suatu perubahan terjadi ketika ia mendengar ada suara mengetuk lantai selnya

Di penjara bawah tanah itu, Edmond Dantes bertemu dengan Abbe Faria, seorang yang sudah lebih dahulu ditahan di sana. Suatu kebetulan ketika Abbe Faria menggali di bawah tanah menemukan sel Edmond Dantes, dan mereka bersahabat. Mereka saling mengunjungi sel, dan Edmond Dantes belajar banyak dari Abbe Faria. Belajar berpedang, matematika, sejarah, filsafat. Selama 14 tahun Dantes dipenjara tanpa pernah mengetahui atas alasan apa ia ditangkap dan dipenjarakan.

Suatu rahasia mengenai harta karun diberitahukan kepada Dantes. Harta karun itu terletak di Pulau Monte Cristo. Dantes mengenali pulau itu karena pernah melayarinya. Suatu ketika, Abbe Faria kondisinya melemah dan meninggal. Ketika mayat Abbe Faria hendak dibawa keluar untuk dibuang ke laut, Dantes masuk ke dalam kantung mayat Faria, ia menggantikan Faria. Dantes lolos dari Chateau D'If. Berikut adalah ilustrasi lukisan Abbe Faria dan Edmond Dantes sekitar abad 19.


Kaya Raya
Abbe Faria 'berjasa' menyukseskan rencana balas dendam Edmond Dantes. Berkat rahasia harta karun yang diberikannya pada Dantes, Dantes menjadi kaya raya. Dengan kekayaannya, Dantes mencari orang-orang yang telah berlaku tidak adil padanya. Hal pertama yang ia lakukan adalah dengan mendatangi Gaspard Caderousse. Disinilah Edmond Dantes berperan ganda. Ia mendatangi Caderousse sebagai Abbe Busoni. Caderousse menceritakan semua peristiwa yang menimpa Edmond Dantes serta orang-orang sekitarnya seperti Mercedes, ayahnya Dantes, Fernand, Danglars. Dantes menghadiahi Caderousse dengan berlian.

Dantes juga mendatangi pemilik kapal Pharaon, Morrel. Menghadapi Morrel, Edmond Dantes berperan sebagai Lord Wilford. Ia mengetahui bahwa perusahaan Morrel sedang dalam kesulitan keuangan, ia membantunya dengan memberi sejumlah uang melalui surat yang diberikan Dantes pada putri Morrel.

Di samping ilmu yang sudah dipelajarinya selama di penjara, Dantes memang beruntung dengan kekayaannya yang luar biasa. Apakah suatu kebetulan sewaktu Dantes membantu Albert de Morcerf (putra Fernand Mondego) dan Franz d' Espinay di sebuah kota di Italia. Pada kedua anak muda ini, pertama kali memperkenalkan diri sebagai Count of Monte Cristo. Monte Cristo berjasa menyelamatkan Albert, karena pada saat itu Albert diculik oleh mafia italia, Luigi Vampa. Sebagai ucapan terimakasih, Albert memperkenalkan Monte Cristo pergaulan kelas sosial tinggi Prancis.

Melalui Albert, Monte Cristo dikenalkan pada Lucian Debray, seorang diplomat, Beauchamp, seorang jurnalis, dan Kapten Maximilien Morrel (putra Morrel pemilik kapal Pharaon). Saat itu pula Monte Cristo dikenalkan pada Fernand Mondego yang sudah menjadi Count of Morcef, bersama dengan Mercedes. Mercedes sebenarnya sudah mengenali Monte Cristo lewat matanya, namun tak berkata apa-apa.

Balas Dendam
Dari cerita yang disampaikan oleh Caderouse Dantes dapat mengetahui kepada siapa seharusnya Dantes memberi pembalasan. Yang pertama adalah Villefort, si penuntut umum. Kedua adalah Danglars, si mantan bendahara kapal. Ketiga adalah Fernand Mondego, sepupu Mercedes.

Melalui pergaulan yang dilakukan oleh Edmond Dantes lewat peran Monte Cristo, mulai terbuka bagaimana kehidupan para bangsawan Prancis. Kehidupan mereka ternyata kebanyakan tidak diliputi kebahagiaan. Monte Cristo bertemu dengan Danglars yang ternyata sudah menjadi bankir kaya. Namun Danglars tidak berbahagia dengan Maddame Danglars. Maddame Danglars berselingkuh dengan Debray. Monte Cristo 'menghukum' Danglars dengan mempengaruhi Debray membuat isu politik palsu, sehingga akan mempengaruhi harga saham. Dan Danglars terpengaruh dengan isu itu dan ia mengalami kerugian sangat besar.

Pada Villefort, Monte Cristo mengalami penyesalan. Ia menyesali ada korban tak bersalah, yaitu Edouard. Permasalahan di keluarga Villefort cukup kompleks. Ia juga berselingkuh dengan Madame Danglars. Anak hasil hubungan mereka, ternyata masih hidup, Benedetto. dari Istri pertama Villefort, Renee, mendapat seorang putri, Valentine. Namun, Renee meninggal. Istri kedua Villefort, Heloise, mendapat seorang putra, Edouard. Heloise meracun setiap anggota Villefort untuk memperjuangkan agar harta warisan jatuh ke anaknya. Namun hal tersebut akhirnya diketahui oleh Villefort, dan meminta Heloise untuk bertanggung jawab. Jalan yang dipilih adalah meracun diri sendiri dan anaknya. Valentine dijodohkan dengan Franz E'Pinay, namun kakeknya, Noirtier (Monsier Clarion) tidak setuju, dengan sebuah alasan sangat tak terduga.

Pada Fernand Mondego (Count de Morcerf), Monte Cristo membuktikan bahwa Fernand berkhianat pada teman semasa perang, Ali Pasha. Dan lebih tragisnya, Fernand menjual istri dan putrinya Ali, Haydee pada pasar budak. Morcerf akhirnya bunuh diri.

Romantis
Walau novel ini sepertinya menceritakan pembalasan dendam, namun hal itu tidak menghilangkan unsur-unsur romantisme. Percakapan antara Monte Cristo dengan Mercedes ketika mereka bertemu sekian belas tahun kemudian memberi kesan bahwa di dalam lubuk hati manusia, ada kelembutan.

"Cukup Edmond," kata Mercedes. "Percayalah kalau kukatakan bahwa satu-satunya perempuan yang mengenalimu adlah juga satu-satunya yang memahamimu. Bahkan, jika kau telah menggilasku di tengah jalanmu, Edmond, aku tetap mengagumimu." (h.523)

Apa yang kucintai setelah kau, Mercedes, adalah diriku sendiri; yakni kewibawaanku dan kekuatan yang membuatku lebih hebat daripada orang lain. Kekuatan itu adalah hidupku, kau telah menghancurkannya dengan sepatah kata, jadi aku harus mati. Duel iu masih akan terjadi, tetapi, alih-alih darah putramu, adalah darahku yang akan tertumpah ke tanah." (h.396)

"maukah kau mengucapkan au revoir? tanyanya (Monte Cristo) sambil mengulurkan tangannya pada perempuan itu.(h.525)

Monte Cristo mengambil tangan Haydee untuk dicium, tetapi gadis itu menariknya dan menawarkan keningnya (h.225)

Kritik
Novel ini populer sampai sekarang. Sudah 150 tahun sejak diterbitkan, novel ini diterjemahkan ke berbagai bahasa. Novel ini mengungguli kepopuleran novel Dumas yang lain, The Three Musketeers. Dan Dumas pun menjadi kaya raya karena novel ini. Seorang penulis, Avriel H. Goldberger memberi catatan pada novel balas dendam terbesar sepanjang masa ini:

This is not because Monte Cristo has equal merit as a work of art or as a probe of the psyche, but because it speaks so powerfully to our need to fantasize impossible victories of the individual against injustice


Mungkin disinilah seharusnya pembaca mengkritisi bacaan. Pendekatan yang digunakan Cristo untuk melawan ketidakadilan adalah dengan kekayaan dan keberuntungan. Begitu mudahnya Cristo mendapat informasi terkait musuh-musuh masa lalu, dan beruntungnya ia mendapat kekayaan. Permasalahan yang sifatnya sistemik seperti jaksa yang koruptor, bankir yang curang, atau bangsawan yang memanfaatkan kedudukan adalah masalah-masalah yang relevan hingga saat ini. Seandainya Cristo hidup zaman sekarang, bisakah ia mengatasinya?

Kepenulisan Dumas
Dumas lahir tahun 1802. Ia punya kemampuan menulis yang sangat baik. Kegemarannya bertualang ia tuliskan juga dalam bagian novel ini. Sesungguhnya novel ini terinpirasi kisah nyata. Pada 1807, Seorang bernama Francois Picaud, bertunangan dengan seorang wanita kaya. Namun, empat orang temannya iri. Atas sebuah kerjasama jahat, Francois dijebloskan ke penjara selama 7 tahun dengan alasan Francois adalah mata-mata Inggris. Sama seperti Dantes, berkat teman di penjara, ia mendapat rahasia harta karun di Milan. Selepas dari penjara, tahun 1814, ia mengambil harta karun tersebut dan membalas dendamnya pada teman-temannya dulu.

Terjemahan novel ini cukup bagus. Secara subjektif, saya kurang begitu suka dengan cover berwajah. Selain itu, kelemahan terjemahan novel ini tidak memberikan judul pada babnya. Padahal dari novel bahasa Inggrisnya, ada judul di setiap bab yang tentunya membantu pembaca memahami konteks setiap babnya.

Novel ini menjadi menarik untuk didiskusikan. Tidak sedikit yang menuliskan kisah Monte Cristo ini menjadi karya ilmiah berupa skripsi ataupun tesis. Suatu warisan berharga juga bagi orang yang menggemari cerita petualangan yang diselipkan konteks sejarah dan juga romantisme. Novel ini sangat kaya. Dumas mengemasnya dengan baik, sebab ia sendiri terlibat dalam masa Napoleon Bonaparte yang dianggap sebagai Santa-nya Orang Prancis, dan ia penggemar William Shakespeare, dimana ia juga membuat kisah Monte Cristo ini dalam teater.

@hws30062011

You Might Also Like

32 komentar

  1. Wah. lengkap nih reviewnya, hehe, banyak melengkapi pengetahuanku yang bolong-bolong! Thanks ya!!

    BalasHapus
  2. Suka sekali sama review ini..komplit2 sampe dapet gambar ilustrasinya gitu.. :D
    oooh..itu beneran ada kisah nyatanya mas?dapet dimana info itu..?? waaa..aku jadi gak heran deh kalo hasil konspirasi plot dalam novel ini mantap abis ternyata ada kejadian benerannya.. :O

    BalasHapus
  3. Aaaah sudah komen panjang-panjang ga bisa kesimpen :((

    Terus terang saya pribadi paling menantikan review bang Helvry ttg Monte Cristo, sedemikan kayanya novel ini sampai saya penasaran ingin tahu cerita lebih dalam tentang Aexander Dumas dan hubungannya dengan sejarah Perancis yang menjadi setting dalam novel Monte Cristo.

    Waktunya mepet, ga sempet browsing-browsing jadi pilihan membaca blog bang Helvry sudah mencakup semuanya. Nice review! :)

    BalasHapus
  4. "..because it speaks so powerfully to our need to fantasize impossible victories of the individual against injustice" >> yup, tepat sekali. Meski kita tetap percaya bahwa balas dendam itu salah, tapi kita justru senang baca kisah balas dendam sebagai pelampiasan kemarahan kita pada ketidakadilan yg kita alami sendiri.

    BalasHapus
  5. wow...lengkap banget bang.
    sepertinya aku mulai memahami pola resensi bang helvry nih
    sangat informatif bang..good job :) (*alah..kayak bos lagi ngomong sama bawahannya..hihihi)

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. @annisa: trimakasih, whaaa..ada gitu pengetahuan yang bolong-bolong? :o

    BalasHapus
  8. @nophie: haa? suka sama saya? trimakasih :h
    *hilang fokus*

    kalau yang namanya fiksi sejarah, biasanya berkaitan dengan kisah nyata. Kita nggak tahu berapa persen nyata berapa persen fiksi. Keasyikan tersendiri kalau berhasil mengetahui ada kisah nyata dibalik kisah fiksi :a

    modalnya cuma Paman Google kok Nop :d

    BalasHapus
  9. @mia: wah saya dinanti...:h
    *kembali kehilangan fokus*

    yang lebih seru lagi sebenarnya membicarakan novel Monte Cristo ini hubungannya dengan Wuthering Height yang sudah teman-teman baca bareng bulan lalu. Aku ada baca sebuah artikel perbandingan element The Count of Monte Cristo dengan Wuthering Height berkaitan dengan kejadian dahulu yang akan mempengaruhi kehidupan yang akan datang. Sepertinya menarik ;q

    BalasHapus
  10. huaaaaa lengkap banget, dikupas satu persatu ^^ jadi lebih jelas dan nggak bingung, yah romantisnya dikit banget ya? hehehe

    BalasHapus
  11. @fanda: disini kecerdasan Dumas, cerita membalaskan dendamnya dibungkus cerita yang menawan, dan Cristo sendiri bahkan menyesali perbuatannya.

    saya malah lebih melihat suasana kehidupan bangsawan yang mengutamakan gengsi dan harta alih-alih cinta. Mungkin itu gambaran zaman dulu kali yaah

    BalasHapus
  12. @althesia: wah pola saya bulet nih :c
    siyaap bos laksanakan! :p

    BalasHapus
  13. @sulis: sebenarnya mau menggali lebih banyak lagi, tetapi takut nggak keuber, bener-bener buru-buru nih, lagian materi romantisnya :t sedikit juga saya dapat, ahahaha

    BalasHapus
  14. beginilah kl pecinta sejarah mereview sebuah novel yg ada kaitannya dgn sejarah, kita bisa mengetahui sejarah ttg Napoleon.. thx for good review.

    BalasHapus
  15. Saya lebih suka belajar sejarah lewat fiksi.... dan review hehehehee... Jempol :q utk bang Helvry buat review yang super duper luengkaaaaappp

    BalasHapus
  16. waaaa baca reviewnya seperti baca review di koran2, keren =D btw aku link blognya ya!

    BalasHapus
  17. @om tan: trimakasih om, kemarin saya malah lama di sekitaran napoleon, hampir lupa nulis review ini, hehehe

    BalasHapus
  18. @melisa: iya mel, sekarang baru ngerasa belajar sejarahnya kalau lewat fiksi nggak terbeban dengan ngapal ini itu, hehe..thanks yaah

    BalasHapus
  19. @astrid: oiyaah..saya juga tarik linknya embak yaaah..tengkyu..tengkyuu

    BalasHapus
  20. :q:q:q
    Waaah reviewnya saingan ma Rahib. Suka!
    hhmmm..dari review ini dan review Esi, pertanyaanku terjawab. Gambar yang di sampul itu bukan rumah tahanan. Walau sama-sama dibangun di atas karang.

    Makasih dah sharing sebanyak itu.

    BalasHapus
  21. trimakasih mba Ally, foto cover itu kalau dilihat sepintas juga bukan penjara Cheateau D'If, soalnya struktur tiangnyanya bersusun, sementara penjara Cheateau D'if hanya terdiri dari 3 tiang besar.

    BalasHapus
  22. Sukaaaaaaaaaa............nice post^^.........nice blog...........^^.
    Aku suka sejarah terutama Prancis^^
    Suka baca novel juga^^ bagus nih di sini buat referensi^^
    Keep posting y^^

    BalasHapus
  23. @Nita: trimakasih makasih sudah mampir di sini, sering-sering datang yaah :)

    BalasHapus
  24. Sayang sekali saya tidak berkesempatan membaca terjemahan bahasa Indonesianya. Jujur novel ini salah satu favorit saya sepanjang masa. Saya nangis di bab-bab terakhir sampai bercucuran air mata, walaupun sebenarnya ceritanya happy ending, namun kalau kilas balik ke kehidupan Edmond kok jadi miris ya.

    Bikin review buku ini salah satu yang tersulit lho buat saya. Terlalu banyak yang mau dimasukin, tapi akhirnya malah ga masukin apa-apa.

    Nice thing to include the history of Napoleon. Penting tuh, kalo ga pasti ga paham yang di awal-awal itu sebenernya apaan sih. Thanks ya..

    BalasHapus
  25. @Listra: trimakasih sudah berkunjung :a
    Dalam menulis review ini, saya memang bertanya-tanya mengenai latar belakang kisah Napoleon. Revolusi Prancis memang menyisakan banyak cerita seperti karya sastra, musik, sains, politik dan sebagainya. Dan bumbu revolusi prancis itu ditambah dengan kisah nyata seperti di atas, jadilah novel ini.

    BalasHapus
  26. Lengkap euy resensinya :D
    Aku juga suka banget novel ini, Helv. Baca berkali-kali ga ada bosennya. Tapi dulu yg aku baca versi penerbit lain yang sampulnya dominan hitam dgn gambar laki-laki. Cuma satu sih yg dulu kepikiran soal ceritanya, adegan minum racun terus pura2 mati yg dilakukan salah satu anak musuh Edmond agak2 mirip adegan di Romeo & Juliet :)

    @SP

    BalasHapus
  27. @SP
    *saya akan gunakan inisial ini aja* :c :c

    Ahaaa..drama banget yah sepertinya, pakai acara minum racun segala, mungkin sedang ngetrend pada zaman itu kali yah...tapi di kita masih mending ada acara minum madu #salahfokus.

    Udah nonton filmnya kan yah? Marseille itu baguuuus sekali *ngimpi kesana*

    yaah..mungkin kalau nggak ada bumbu-bumbu cinta-cintanya, film ini jg akan garing :o :o

    BalasHapus
  28. Malah belum pernah nonton filmnya, bagus ya? Kalau di film emang kudu ada cinta2annya biar seru.. wkwkwk.. Tapi kalau di sini, meski cerita cintanya ga terlalu dominan, udah terpuaskan sama aksi balas dendamnya yang mulusss dan lancar. Bener kata kamu, kalau zaman skrg, apa bisa urusan Edmond selancar itu ya? hehe..

    Wahh.. pengen ke Marseille? Aku pengen ke Kyoto n Laut Merah :c #lho #salahfokus

    -SP

    BalasHapus
  29. Bagus ih...apalagi yang perankan mademoseile Mercédès << sesuatu yang penting untuk digoogling :c :c

    Yah si Dantes dapat harta karun malah balas dendam, kalau aku sih maapin ajah, harta karunnya buat ongkos jalan-jalan ke Tokyo dan Laut Hitam aja :o :o <<bukan plagiasi #loh

    BalasHapus
  30. baca ini buku uda lama bgt nih jalam sma dikenalin sama pustakawan nya , tapi waktu baca kok sbagian critanya kok kayak pernah baca, setelah diingat ingat rupanya pernah baca yg versi donal bebek hohohoo jadi uda familiar sama kira2 ceritanya hgohohohohohoh tapi emank si dumas kalo bikin buku kok ceritanya bales dendam mulu yah

    BalasHapus
  31. Novel kesukaan sejak SD ini......

    BalasHapus
  32. apakah pada akhir ceritnya the count of monte ini bersama lagi dengan mercedes?

    BalasHapus