Impian Perawan

Sabtu, Januari 21, 2012

Judul: Impian Perawan
Pengarang: Nugroho Suksmanto
Desain sampul: Hasta/Adhitya Dharma
Gambar sampul: Biscuits Levre-Utile,1897 karya Alphonse Mucha
Setting: Fitri Yuniar
Cetakan: Kedua (April 2009)
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: xii + 122 halaman
ISBN: 9789792241792

Buku ini adalah kumpulan cerpen karya Nugroho Suksmanto yang beberapa diantaranya telah diterbitkan di berbagai media cetak. Sebuah pengantar oleh Budi Dharma, yang memberi sentuhan akademis pada karya Nugroho ini. Ia memberi peristilahan unity in variety.

Baik Socrates maupun Aristoteles berpendapat bahwa sastra merupakan cerminan dari realita atau mimesis. Nugroho menggunakan cerpen sebagai media penyampaian realita pada para pembaca. Tidak hanya sastra sebenarnya, karya seni seperti patung, lukisan, lagu, drama, tari, dan sebagainya.

Budi Dharma menambahkan seorang pemikir bernama Horace mengingatkan bahwa sastra harus memenuhi dulce et utile. Dulce adalah rasa nikmat, rasa haru, atau rasa apapun yang menjadikan pembaca tertarik, dan utile adalah kegunaan atau manfaat. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa sesuatu keindahan ataupun manfaat juga tergantung bagaimana pembaca meresponi sastra tersebut.



Ada tigabelas cerpen dalam buku ini, yaitu:
1. Impian Perawan
2. Obsesi
3. Skandal-skandal utang
4. Burung di atas Kuburan
5. Cinta-cinta terpenjara
6. Teratai Malam
7. Khitan, Anjing, dan Kesetiaan
8. Ibu dan Syair Kematian
9. Pilihan Perempuan
10. Langkah Bermartabat
11. Puisi di tengah Musibah
12. Merangkai Tragedi
13. Bertahan di Selatan.

Membaca kumpulan cerpen ini, saya tak perlu mengkonfirmasi apakah cerita dalam cerpen tersebut benar-benar terjadi atau tidak, namun paling tidak cerita itu benar-benar terjadi dalam imajinasinya.

Nugroho juga menyelipkan beberapa puisinya dalam cerpen. Salah satunya Puisi berjudul Cinta dalam cerpen Cinta-cinta Terpenjara:
...
Cinta seperti senja yang akrab di matamu...
Setelah langkah yang meremukkan tulangmu
Ia datang, seperti taburan mutiara
cinta mengambil rupa
dalam semburat tak terduga
bertemu...terpisah...penyangkalan...berharap...
...

Kesan mendalam terhadap ibunya juga diceritakan Nugroho dalam Cerpen Ibu dan Syair Kematian,
Ibu sering membaca puisi, baik karya sendiri atau cuplikan dari sebuah antologi. Ibu bilang untuk menggugah perasaan agar lebih peka menerima pesan-pesan mengandung arti yang perlu dipahami. Kemudian bersama-sama membangun ruang komunikasi, dengan pengantar bahasa-bahasa samar.

Permasalahan sosial tentang pertambangan batubara yang tidak memedulikan lingkungan serta menggeliatnya pembangunan di ibukota yang berdampak pada tergusurnya orang-orang Betawi ke pinggiran Jakarta. Kedua cerita tersebut terangkum dalam "Merangkai traggedi" dan "Bertahan di Selatan." Mungkin kedua cerita itu hanya sekelumit tentang parahnya tindakan pembabatan hutan Kalimantan maupun upaya penggusuran Orang Betawi, namun tidak ada yang membantah kebenaran hal tersebut, seolah itu adalah kejadian biasa yang lazim dan segera berlalu.

Yang menjadi judul kumpulan cerpen ini adalah Impian Perawan. Sebuah kisah tentang bagaimana pandangan seorang gadis dalam menyikapi tuntutan orang timur. Tema ini juga diusung oleh Sanie B. Kuncoro dalam Garis Perempuan. Ada esensi mendalam yang dikemukakan oleh Nugroho, karena itu mengkritisi kesuperioran pria dalam menentukan pilihan.

Fakta-fakta lain yang menjadi bahan cerita Nugroho adalah Skandal-skandal utang. Nugroho cukup berani menggunakan nama asli di dalam karyanya, sesuatu yang agak jarang digunakan oleh sastrawan dalam menyampaikan pesan peristiwa lewat cerita. Sebut saja kejadian pasangan yang mati dalam mobil di Anyer, kasus utang di Bank BNI, tentang pengusaha tambang, dan penggusuran orang Betawi. Bukan hanya nama orang , nama tempat juga ditulis Nugroho dengan tidak menyamarkan nama asli.


Saya menemukan buku ini pada obralan buku gramedia dan tertarik pada covernya, terkesan klasik. Dan memang iya, cover ini muncul pada akhir abad 19 di Prancis. Cover buku ini adalah lukisan iklan biskuit yang diproduksi oleh Levre-Utile. Iklan ini dibuat pada tahun 1897 oleh Alphonse Mucha. perbedaan gambar cover buku ini dengan lukisan asli ada pada isi dalam piring yang dipegang oleh model, serta warna rambut model itu sendiri.Saya sendiri tidak menemukan penjelasan tentang gambar ini, mungkin hasil penelusuran di google menunjukkan tautan dalam Bahasa Prancis yang tidak saya pahami.

Penelusuran lebih lanjut, saya mengetahui bahwa novel Kaladitha, karya Seno Gumira Atmaja terinspirasi dari cerpen Nugroho, Petualangan Celana Dalam. Jika Anda membaca kedua karya itu akan menemukan kemiripan cerita dan informasi di dalamnya saling melengkapi, suatu kolaborasi karya sastra yang luar biasa. Selain Kaladitha, novel Kronik Betawi karangan Ratih Kumala beride dari cerita Nugroho tentang Jakarta.

Jadi, sungguh sayang jika Anda melewatkan membaca karya dari beliau ini. Anda bisa menemukan tulisannya di blognya ini. Ia memberi tagline: Perindu jalan sejati yang ingin tidur dalam do'a. Seorang bengil yang ngaku sufi, berhati dekil yang sok suci.

Selamat menemukan keindahan dan manfaat.
Helvry | 20 Januari 2012

You Might Also Like

6 komentar

  1. Covernya bagus bgt memang. Judul menarik. Dan isinya~ hiks, penasaran tapi aku agak ga tertarik baca cerpen.. coba kalau itu bukan kumcer..

    BalasHapus
  2. @Okky: hehehe...beda selera yah...aku penyuka cerpen, tapi coba dulu deh baca kumpulan cerpen leila s chudori yang berjudul 9 dari nadira. itu cerpen bersambung jadinya seperti novel :a

    BalasHapus
  3. Kalau cerpen bersambung biasanya aku masih suka mas... coba deh nanti aku cari bukunya :D

    BalasHapus
  4. Nugroho ini aku belum baca cerpen2nya baru baca2 puisinya yang suka lucu kadang2 nyleneh :)

    BalasHapus
  5. Iya lho, komentar yang pertama datang di benak saya pas lihat buku ini adalah sampulnya. Sampulnya unik! :)

    BalasHapus