Caldas (The Story of A Shipwrecked Sailor)

Rabu, Oktober 31, 2012


Buku ini dibuka dengan pengantar dari redaksi:
Bagaimana rasanya menjadi Pahlawan? Redaksi LKiS memberikan panduan: Ajukan pertanyaan ini kepada Gabriel Garcia Marquez dan ia akan menjawab melalui kisah Luis Alejandro Velasco, yang menjadi tokoh utama dalam novel ini. 

Ini adalah satu karya GGM yang nonfiksi. Dikenal sebagai master fiksi, GGM menulis kisah ini berdasarkan pengalaman pribadi dari seorang pelaut Kolombia, Luis Alejandro Velasco. GGM masih sebagai penulis muda di Koran El Espectador. Ketika menulis cerita ini.Buku berjudul asli The Story of a Shipwrecked Sailor ini dituliskan dalam bentuk cerita bersambung di harian El Espectador pada tahun 1955 dan dijadikan dalam bentuk buku pada tahun 1970.
Caldas
Judul Inggris: The Story of A Shipwrecked Sailor
Judul Spanyol: Relato de un náufrago
Penulis: Gabriel Garcia Marquez
Penerjemah: Rizadini
Editor: Retno Suffatni
Rancang sampul: Si Ong
Setting/layout: Santo
Penerbit: Pustaka Sastra LKis Yogyakarta
xvi+ 124 hlm

Pada Februari 1958, sebuah kapal perusak Kolombia yang berisi 8 pelaut berlayar ke dari Alabama, Amerika ke Cartagena, Kolombia melalui Laut. Karibia. Mereka adalah pelaut-pelaut yang berpengalaman Kolombia. Penelusuran melalui pemetaan Google maps, diperoleh gambar sebagai berikut, dimana Titik A adalah Alabama, dan B adalah Cartagena, Kolombia. Dari google map, tidak dapat diketahui berapa jarak kedua titik tersebut.

sumber: Google Maps



Aha, saya menemukan jalur laut Caldas ini yang menggambarkan jalur pelayaran yang lebih detil:

sumber: dari sini

Di tengah perjalanan mengarungi samudera, kapal mereka dihantam ombak yang sangat hebat. Lokasinya diperkirakan di Laut Karibia, kira-kira dua jam perjalanan lagi menjelang Cartagena.  Sebelumnya pihak pemerintah Kolombia sudah mengerahkan kapal penyelamat, namun karena tidak ditemukan 8 orang pelat tersebut, maka mereka menyimpulkan bahwa tidak ada yang selamat. Luis Alejandro adalah satu-satunya yang selamat dalam kecelakaan tersebut.


Fakta Unik
Buku ini adalah kesaksian dari Luis Alejandro yang ditulis kembali oleh GGM dalam bentuk cerita pendek bersambung. Dari buku ini dan beberapa sumber lain, ada beberapa hal yang menarik untuk diketahui. Mari kita lihat satu-satu:

Caldas
twin-bofor (sumber: dari sini)
1.  Kapal ini mulai dibuat di Portugal tahun 1932, dan dijual oleh Portugal ke Kolombia tahun 1934
Kapal Caldas, menjalani perbaikan selama 8 bulan di Mobile, Alabama, Amerika Serikat. Setelah diperbaiki, kapal itu menuju ke Cartagena, Kolombia.
2. Kapal perusak Caldas bukan sekedar diperbaiki di Amerika Serikat pada tahun 1952, tetapi dimodernisasi persenjataannya antara lain pemasangan twin bofor (meriam dobel).
3. Kapal ini berbobot 1.219 ton (standar) atau 1.563 ton (full loading).
4. Kapasitas bahan bakar sebesar 296 ton.
5. Luis Alejandro terapung-apung di laut Karibia  selama 10 hari tidak makan (kecuali apakah burung camar termasuk makanan?)
6. Bayangkan kapal secanggih itu membawa mesin cuci.
7.Cerita ini ditulis dalam cerita bersambung selama dua minggu, awalnya Pemerintah Kolombia mendukungnya, namun ketika fakta sedikit mulai terbuka, dan orang-orang mulai tertarik membeli koran tersebut dan edisi sebelumnya. kemudian Pemerintah Kolombia mempropaganda bahwa cerita itu adalah suatu cerita yang benar-benar terjadi dan menyangkal membawa barang selundupan.
8. Luis Alejandro menyatakan: Burung camar memiliki naluri yang baik mempertahankan diri di darat, tetapi di laut mereka sangat sombong (h.57).



Cerita ini mengingatkan pada novel Ernest Hemingway yang berjudul The Old Man and the Sea, yang terbit lebih awal dari kisah Velasco ini. Bedanya, Santiago, si pelaut tua itu mengarungi samudra selama tiga bulanan untuk mencari seekor ikan Marlin Biru. Kisah delapan hari Velasco adalah kisah penyelamatan diri sendiri tanpa makanan, tanpa air minum, tanpa teman, yang tersisa tinggal semangat hidup.

Apa saja yang dilakukan Velasco selama terombang ambing sepuluh hari, itulah yang ditulis dengan cerdas oleh GGM. Dengan pengalaman jurnalis, ia bukan hanya sekedar menuliskan kembali kisah Velasco, tetapi turut menggambarkan bagaimana suasana kelam setiap jam, setiap hari, setiap malam. Dan buku ini terjemahannya sangat baik, sehingga membantu pembaca berimajinasi dengan keganasan laut terhadap Velasco:
Setelah tujuh hari hanyut, aku jadi terbiasa dengan laut, terbiasa dengan rasa cemas, tidak lagi harus memacu imajinasiku untuk memikirkan hal hal yang dapat membuatku bertahab hidup. Aku telah mengalami satu minggu yang keras di laut dengan terpaan angin dan ombak


Dialog-dialog batin di pikiran Velasco menjadi permenungan bagi kita, dimana sering kali berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang tampaknya tak akan selesai, yang mampu memupuskan harapan. Namun, menurut Velasco, berharap sampai matipun adalah suatu perjuangan.

Aku mengamati sisi perahu tempat aku selalu menandai hari-hariku dengan goresan,Ada delapan goresan, Hari ini belum aku tandai, kubuat goresan dengan jariku, kuyakin goresan itu akan menjadi yang terakhir, sembari merasa putus asa dan marah pada kenyataan bahwa mati ternyata lebih sukar dibandingkan terus bertahan hidup.

sekarang aku percaya luka itu telah menyelamatkan hidupku, Rasa sakit itu memaksaku utk memperhatikan tubuhku,
Ada hal-hal yang memang harus dilawan agar manusia tetap hidup. Setiap perjuangan oleh tiap manusia adalah perjuangan yang unik. Karena itu, pengalaman hidup mengajarkan bahwa memetik makna dari tiap perjuangan adalah seperti menyematkan tanda jasa bagi diri sendiri. Seharusnya hal itu bukanlah merupakan suatu kesombongan, tetapi suatu jalan utnuk menyadari betul bawa tanpa perjuangan, maka hidup tidak memberi perubahan. 

bila perahu dilengkapi dengan air minum, biskuit dalam bungkus kedap air, kompas, dan alat pancing, pasti aku tidak akan menemukan masalah mempertahankan hidup seperti sekarang ini, Tapi ada bedanya? aku tidak akan diperlakukan seperti pahlawan, Jadi dalam kasusku, kepahlawanan semata-mata terdiri atas kemampuanku bertahan hidup tanpa makan dan minum selama sepuluh hari dilaut.
Tentang Penulis
Gabriel Garcia Marquez dilahirkan di Aracataca, Kolombia, 1928. Peraih Nobel sastra tahun 1982. Pernah menempuh bangku kuliah di jurusan Ilmu Hukum di Universitas Nasional Kolombia, namun tak selesai. Ia pernah bekerja sebagai wartawan dan kontributor untuk sejumlah kantor berita di beberapa negara. Selanjutnya menjadi redaktur harian El Espectador di Bogota. GGM dikenal sebagai pengibar realisme magis dalam novel-novelnya seperti Seratus Tahun Kesunyian (1965), yang disebut-sebut novel terbaik selama abad 20. Karya-karya lain simpatisan gerakan kiri di negerinya itu antara lain kumpulan cerpen El Coronel No Tiene Quien le Escriba (1961), Los Funerales de la Mama Grande (1963), dan En General en Su Labirinto (1989). Ia juga menerbitkan buku nonfiksi (cat.dikutip dari halaman terakhir buku ini).

Posting Tokoh Penerima Nobel Sastra bersama Blogger Buku Indonesia | @BBI_2011

Jkt, 31 Oktober 2012

You Might Also Like

16 komentar

  1. Jadi Caldas itu kapal perang yang dipakai menyelundupkan mesin cuci? Dan yang menyelundupkan pemerintah Kolumbia? wow...

    Aku gagal membaca fiksinya om Marquez, tapi nampaknya non fiksinya lebih bisa diterima. Tapi tetap gak pengen baca, hahaha... Baca Old man & The Sea aja ahh..

    BalasHapus
  2. @Fanda: bukan hanya mesin cuci mbak, tapi juga kulkas, kompor, panci, kuali, :c :c :c

    beruntung sih aku berkenalan dengan karyanya yang nggak bikin kening berkerut, hehehe

    BalasHapus
  3. Ini fiksi, ta[i berasa non fiksi ya?
    kayak yg aku baca juga gitu...

    BalasHapus
  4. Hiiii,Engga kebayang terombang-ambing di lautan selama 10 hari. aku suka kalimat ini "sekarang aku percaya luka itu telah menyelamatkan hidupku, Rasa sakit itu memaksaku utk memperhatikan tubuhku".

    BalasHapus
  5. @Desty: cerita kesaksian hidup si Luis Alejandro, tetapi ditulis dalam cerita dari sudut pandang orang pertama, data-data di atas itu tidak ada diceritakan, tetapi lebih pada fakta nyata yang turut melatarbelakangi cerita ini.

    BalasHapus
  6. wah, reviewnya lengkap banget. Keren :)

    BalasHapus
  7. baru dengar istilah kapal perusak.

    Kupikir historical fiction, pas baca ulang lagi, ternyata nonfiksi. hhmm..sepertinya petualangan yang seru

    BalasHapus
  8. waah, helvry kalau ngereview padat euy, jelas. jadi pengen baca buku GGM yang ini. suka banget dan jatuh cinta sama tulisan-tulisannya..

    BalasHapus
  9. Marques juga kang? Gimana? apakah masih realisme magis? kayaknya buku2 beliau cocok deh kalo diresensi dan dibaca kang Helvry heheh

    BalasHapus
  10. @sabrina: tengkyu :a

    @ Ally: seru al, bukunya kecil dan seratusan halaman, nggak seribet seratus abad itu :c

    @indri: nuhun teh :a cobain deh teh, aku dapatnya pas PBJ kemarin :a

    BalasHapus
  11. @dion: saya harus belajar bahasa spanyol dulu keknya mas dion :o :o

    BalasHapus
  12. mantap kali mesin cuci, kompor itu diselundupkan hehe...

    BalasHapus
  13. Ini reviewnya bikin penasaran deh *langsung masukkin wishlist*

    Cerita nonfiksi itu, walopun sering muram, tapi selalu bikin penasaran.
    Dan paling suka sama kalimat ini : "bahwa mati ternyata lebih sukar dibandingkan terus bertahan hidup."

    Indeed. ;)

    BalasHapus
  14. Jadi ini kisah tentang seseorang yang terombang-ambing di tengah lautan lepas selama berhari-hari *waduh* --- sdh serem duluan membayangkan, mimpi buruk yang paling aq takuti, berada di tengah lautan lepas seorang diri :( klo baca bisa ikutan pingsan kali ya

    BalasHapus
  15. @kilasbuku: yah begitulah :a dan pemerintah Kolombia-nya malu karena ketahuan :o

    @asdewi: tapi aku jadi penasaran bagaimana kalau mbak dewi yang mereview buku ini :d

    @Hobbybuku: bacanya sambil ngemil mbak, biar nggak pingsan :a

    BalasHapus