Selamat Bergumul by Andar Ismail

Kamis, Maret 26, 2015

Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar istilah bergumul? Kamus Besar Bahasa Indonesia online memberi arti bergumul sebagai berikut:

gumul 2 /gu·mul / v, bergumul /ber·gu·mul/ v 1 bergulat; bergelut: keduanya ~ di muka orang banyak; 2 ki melibatkan diri dng: sehari-hari dia harus ~ dng sampah-sampah untuk menghidupi keluarganya;

menggumuli /meng·gu·muli/ v ki memperdalam; mempelajari sebaik- baiknya: kini dia sedang ~ filsafat eksistensialisme;

pergumulan /per·gu·mul·an/ n perihal bergumul; pergulatan
Perhatikan pemakaiannya dalam kata "bergumul" memberi arti bahwa si subjek melibatkan diri pada sesuatu di hadapannya. Sementara kata "menggumuli" memberi arti bahwa si subjek mempelajari sebaik-baiknya atas sesuatu hal. Terdapat makna bahwa dalam bergumul atau menggumuli, terjadi suatu tindakan aktif untuk suatu tujuan. Terlihat seolah-olah dalam setiap pergumulan selalu ada yang menang. Dalam pergumulan yang penting adalah mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta obyek pergumulan tersebut. Sehingga dengan demikian dapat diambil sebuah keputusan dari hasil pengidentifikasian tersebut.



Pengarang: Andar Ismail
Editor: Rika Uli Napitupulu-Simarangkir
Penerbit: BPK Gunung Mulia, cet.9 (2009)

 
Buku Selamat Bergumul ini merupakan karya kesekian Andar Ismail. Buku ini merupakan permenungan atas iman. Bicara tentang iman berarti mempersoalkan kembali tentang apa yang kita pegang sebagai dasar keyakinan kita. Apakah dasar tersebut memang mutlak, atau senantiasa berubah sesuai perkembangan kondisi zaman, atau sesuai cara pandang kita?

Bahwa dalam hidup ini tidak ada yang tidak bergumul. Dalam hidup selalu ada pilihan-pilihan serta pengambilan keputusan. Hal itu selalu terjadi dua kondisi: tepat mengambil keputusan atau keliru mengambil keputusan.

Andar Ismail menggarisbawahi dalam buku Selamat Bergumul ini yaitu iman dan keimanan, percaya dan mempercayakan. Inilah poin penting dalam pergumulan, bahwa dalam meyakini sesuatu, ada dasar berupa iman dan kepercayaan.

Saya mengutip kembali pokok-pokok pikiran dalam tiap bab buku ini:
  1. Itulah arti iman, yaitu bersikap teguh dalam suatu sikap percaya dan menindaklanjuti sikap percaya itu. 
  2. Siapa sih yang luput dari kelemahan. Orang yang paling kuat pun ada kelemahannya. Shophetim pun ada keburukannya. Pahlawan pun ada kejelekannya.
  3. Berdoa adalah bertemu dan menyatu, berdoa adalah melarut dan terhanyut. Dalam intimitas itu, kata-kata terasa tidak memadai. Kata-kata tidak mampu mengungkapkan kedalam suatu intimitas. Bahkan dalam keadaan seperti itu kata-kata bisa terasa mengganggu.
  4. Takut akan Tuhan dalam arti ngeri lebih merupakan reaksi yang berlangsung sementara. Sebaliknya, takut dalam arti hormat lebih merupakan sikap yang langgeng.
  5. Tidak ada penduduk asli. Tidak ada penduduk pribumi. Semua orang adalah keturunan imigran. Semua orang adalah pendatang.
  6. Dalam masyarakat tradisional Jawa dikenal rumpun monco-pat, yaitu sebuah desa yang dikelilingi oleh empat desa lain, sesuai dengan empat mata angin dan empat unsur alam lain, termasuk empat warna utama (putih, merah, hitam dan kuning). Keempat warna itu tampak dalam beras: ada beras putih, beras merah, beras (ketan) hitam, tetapi mana beras kuning? Seorang saudara Dewi Sri telah hilang. Maka orang pun mewarnai nasi dengan kunir supaya menjadi nasi kuning atau supaya Dewi Sri bisa berkumpul dengan saudara-saudaranya secara lengkap.
  7. bahwa perkembangan reaksi rasa percaya terdiri dari tiga tahapan: prakritis, kritis, dan pascakritis.
  8. Benediktus (480-550) menyatakan bahwa kesalehan dan kepandaian bukan perkaran ini atau itu, melainkan ini dan itu. Penekanan pada kesalehan saja bisa bersikap menjauhi buku dan mencurigai ilmu. Sebaliknya, penekanan pada kepandaian saja bisa berbentuk sikap melecehkan aspek kesalehan.
  9. Dalam novel Emile, Jean-Jacques Rouesseau (baca: siang siak ruso) membungkus prinsip teologi/pedagogi dan ilmu politik dalam bentuk cerita. Bagi Rousseau, percaya (begitu juga sangsi) adalah perasaan.
  10. Dalam hal percaya, hubungan selalu datang dari dua arah. Kita bisa salah paham. Kita mengira bahwa dalam hubungan percaya, kitalah yang berprakarsa dan bersibuk dalam berhubungan dengan Tuhan. Sebenarnya tidak. Dalam prakteknya, kita baru ingat Tuhan hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Padahal Tuhan selalu mengingat kita.
  11. Inilah yang membedakan orang dari hewan. Orang bisa punya harapan, sebab itu orang bisa hilang harapan. Hewan tidak bisa punya harapan, sebab itu hewan tidak bisa kehilangan harapan. Itu sebabnya hewan tidak bisa bunuh diri. Teologi Pengharapan dituangkan Dostoevsky dalam Novel The House of the Dead.
  12. Kata Ibrani aman atau emin berarti mempertetapkan hati, mendasarkan hati dan mengamankan hati. Kata Indonesia aman dan iman berakar sama dengan Kata Ibrani tersebut. Iman adalah rasa pasti dalam ketidakpastian dan rasa aman dalam ketidakamanan.
  13.  Sejarah bacang (makanan dari lontong diisi daging) adalah kenangan ironis bahwa orang terpercaya malah tidak dipercaya.
  14. Lewis Sherill (1892-1957) mengatakan sikap meninjau ulang sikap kita terhadap diri sendiri menulis: "A believer in Christ has been set free from condemnation: then let him so regard himself, and accept in his own estimate of himself what has been pledged by the Lord God."
  15. Pertumbuhan iman yang sehat terjadi secara wajar dalam proses waktu yang lama.
  16. Blaise Pascal mempertanyakan apa sebenarnya tujuan hidup. Apakah tujuan hidup adalah mencari Allah? Pascal menulis:"Tidak mungkin Allah dapat menjadi tujuan, apabila Ia tidak merupakan titik tolaknya juga."
  17. Perpisahan memang pedih. Hati terasa pilu. Mulut terasa bisu. Tetapi, perpisahan tidak bisa terhindar. Ada waktu berkumpul, ada waktu berpisah.
  18. Yang penting sini (dalam pemahaman Alkitab) bukanlah apa kepercayaan kita, melainkan apa kepercayaan pengarang ayat itu. Kita bukan memasukkan kepercayaan kita ke dalam sebuah ayat, melainkan mengeluarkan isi kepercayaan dari ayat itu.
  19. Kita juga bisa terjebak mencari karunia-karunia yang istimewa. Akibatnya karunia-karunia yang biasa terlewat, padahal justru karunia yang biasa-biasa itu yang lebih diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
  20. Perasaan rindu bisa menyenangkan. Berbahagialah orang yang merindu. Apa jadinya kalau hati kita begitu keras seperti batu sehingga tidak pernah bisa merindu. Perasaan rindu juga merupakan bagian dari iman.
  21. Iman diinformasikan dan ditumbuhkan bukan hanya melalui media lisan seperti khotbah, melainkan juga melalui media tercetak seperti buku. Bahkan sebenarnya buku jauh lebih ampuh ketimbang khotbah.
  22. Iman kita akan tetap kerdil dan kekanak-kanakan kalau kita terus menerus diperlakukan dengan lunak dan kalau semua keinginan kita dikabulkan.
  23. Bereferensi pada puisi anonim yang terhimpun dalam A Thousand Years of Vietnamese Poetry
  24. Berumah tangga adalah suatu hubungan. Percaya kepada Tuhan adalah suatu hubungan. Semua bentuk hubungan bertumbuh dalam jangka waktu yang panjang.
  25. John Fawcett mengenang kejadian pembatalan kepindahannya dengan mengarang lagu "Blest be the tie that binds."
  26. ..."Inilah kesalahan orang-orang beragama. Berbicara ini dan itu tentang sorga, tetapi tugasnya di dunia diabaikan, yaitu tugas mendatangkan kesejahteraan di dunia.
  27. Agama-agama ibarat roti dengan rupa bentuk. Adonan atau esensi agama itu sama, yaitu perasaan religius. Inti perasaan religius adalah takjub bercampur rasa takut kepada Yang Ilahi.
  28. dalam keadaan stress, beriman adalah keluar dari lubang galian kita sendiri yang gelap dan sesak, lalu memandang ke langit yang lebar dan menghirup udara yang segar.
  29. Bahaya delusi bukan hanya sikap yakin yang berlebihan atas keyakinan kita, melainkan juga kecenderungan untuk mempersalahkan keyakinan orang lain yang berbeda dengan keyakinan kita.
  30. Beriman adalah ibarat menunggu. Kita tidak atau belum melihat apa yang kita tunggu namun kita tetap menunggu.
  31. Berada seorang diri dan berada bersama memang saling melengkapi. Kita tidak bisa terus-menerus sendirian. Sebaliknya, kita juga tidak bisa terus menerus berada bersama dengan orang lain. Kita memerlukan kedua-duanya.
  32. Cerita-cerita Andersen terasa hidup karena tokoh-tokoh yang tampil merupakan simbolisasi dari orang-orang di masa kecil Andersen. Jalan hidup tokoh utama dalam ceritanya penuh tantangan dan kesulitan, namun sambil mengatasinya si pelaku utama melihat celah hikmah.
  33. Iman bukan prestasi kita. Dalam hal iman kita tidak berprestasi apa-apa. Kita hanya bertumpu, seperti roda bertumpu pada poros. Cuma itu.
Helvry Sinaga
Cirebon, 26 Maret 2015


You Might Also Like

1 komentar