Opini Bareng: Hubungan dengan Pembaca

Selasa, April 28, 2015

sumber: http://mylearningspringboard.com

Pertanyaan yang muncul ketika membaca topik opini bareng BBI bulan ini: Hubungan dengan Pembaca, muncul pertanyaan: Apa dan Siapa yang berhubungan dengan pembaca? Beberapa blog teman-teman BBI saya datangi dan mulai mencerna apa yang ditulis oleh mereka. Pertanyaan pengarah oleh Divisi Event adalah sebagai berikut: Pernahkah kamu merasa sangat nyambung dengan sebuah cerita atau buku? Seolah kamu bisa relate dengan kisah si tokoh. Atau kamu membaca sebuah buku, tapi temanya bertentangan dengan moral pribadimu? Bagaimana jika sebuah buku begitu kontroversial, kamu nggak tahu bagaimana harus membuat review bukunya? Bagaimana kamu menyikapinya?


Dari pernyataan diatas saya kutip beberapa kata kunci untuk memulai opini ini yaitu: nyambung dengan cerita buku, tidak nyambung dengan topik buku, bagaimana sikap/responnya.

Bicara nyambung atau tidak nyambung dengan buku, itu sangat lumrah. Intinya, tidak ada buku yang seluruhnya memuaskan harapan pembacanya. Hal ini saya rasa dapat dianalogikan dengan apakah semua pemikiran orang lain kita setujui? Buku merupakan wadah tukar menukar komunikasi pemikiran. Penulis mengkomunikasikan ide maupun khayalannya lewat buku, sementara pembaca akan menanggapinya dalam bentuk permenungan/refleksi, atau menulis tanggapan atas isi buku tersebut.

Maman S. Mahayana dalam bukunya, Pengarang Tidak Mati mengatakan bahwa dalam hubungan antara pengarang dan pembaca, keduanya tidak hanya menduduki tempatnya sendiri, tetapi hadir dalam peranannya yang saling melengkapi. Ringkasnya, tanpa pengarang, mustahil ada karya sastra. Tanpa pembaca, karya itu tidak akan mengungkapkan  fungsi sosialnya, dan sekaligus juga tidak akan memperlihatkan nilai keindahan estetiknya. Jadi, nilai estetik dan fungsi sosial karya sastra, baru muncul jika ia dinikmati masyarakat pembaca (hlm. 92). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa baik atau buruknya suatu bacaan merupakan respon dari hasil bacaan yang hadir di ruang pembaca.

Bicara masalah pemaknaan akan pengalaman membaca, saya berusaha menempatkan nilai-nilai yang belum saya ketahui menjadi sebuah pembelajaran, dan nilai yang sudah saya ketahui agar semakin tajam saya ketahui. Ketika saya membaca buku Calon Arang karangan Pramoedya Ananata Toer, semakin menajamkan saya melihat permasalahan kedudukan perempuan dalam sosial masyarakat, terutama pada saat zaman dulu. Apakah saat ini masih relevan? saya rasa iya. Rasanya, entah kenapa jika dalam suatu kelompok masyarakat terdapat Janda (apalagi masih muda), tanpa disadari stigma miring akan terlabelkan. Selanjutnya dimana posisi perempuan dalam pengambilan keputusan komunal? hingga saat ini masih banyak posisi kedudukan dalam masyarakat masih didominasi laki-laki. Sungguh saat memprihatinkan membaca berita terakhir yang menyebutkan adanya prostitusi perempuan di bawah umur. Seolah hingga saat ini kita belum dimerdekakan. Miris!

Bila membaca buku-buku sejenis chicken soup. Hal yang saya temukan yaitu bagaimana hidup dimaknai secara istimewa. Bahwa sesungguhnya kebahagiaan paling besar ditentukan oleh cara pandang. Buku Chicken Soup yang pernah saya review yaitu Chicken Soup for Writer's soul. Buku sejenis ini dekat dengan kehidupan sehari-hari. Mungkin kisahnya biasa bagi sebagian kita, namun editor chicken soup mampu menyajikannya dengan apik, sehingga tiap kisah dapat dimaknai sebagai suatu hal yang sangat berharga bagi penutur.

Have a litlle faith dimana mengingatkan kembali supaya terus menerus menyalakan harapan. Api harapan inilah yang seharusnya jangan padam, karena harapanlah yang menghidupkan. Jalan berliku dan panjang hidup ini mau tak mau harus dijalani dengan suatu tekad bahwa setiap perjalanan membawa pelajarannya sendiri. Dan seharusnya tidak ada perjalanan yang sia-sia. Pelajaran agar terus memelihara harapan sangat bagus diceritakan Mitch Albom melalui perjumpaan dengan Rabi dan pemimpin sebuah gereja di kotanya. Mitch melihat bahwa kedua orang yang ditemuinya, punya alasan untuk tetap bersemangat hidup dan memberi karya bagi sesama.

Bila ada suatu buku yang dapat dianggap buruk, itu boleh jadi karena kekusutan pengarangnya yang tidak mampu menulis dengan baik ataupun karena sebagai pembaca tidak dapat dapat memahami maksud pengarang akibat tidak luas cakrawala wawasannya. Bila saya menemukan seperti ini, saya akan mencoba menelusuri buku ini dari review-review yang ada di internet. Dengan metode pemilihan bacaan saya saat ini, boleh dikatakan menemukan buku buruk (versi saya) sudah lebih jarang sebab saya sudah memiliki target buku bacaan dan tersedianya sumber di internet untuk mencari informasi awal buku yang akan saya baca.

Akhirnya, saya menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang belum saya pahami. bagaimana saya harus mengkritisi cerita pendek, puisi, drama, novel, kumpulan esai, bahkan buku teks akademis, hal itu memiliki keunikan dan caranya sendiri. Karena itu, seperti penulis yang berpikir dan berlatih bagaimana menuliskan ide dan pemikirannya kepada pembacanya. Saya juga harus terbiasa berpikir dan berlatih menerjemahkan tulisannya penulis agar idenya saya dapatkan.



Bandung28042015

You Might Also Like

8 komentar