Through a Glass, Darkly

Kamis, Juli 05, 2012


Judul: Cecilia dan Malaikat Ariel
Judul Bahasa Inggris: Through a Glass, Darkly
Pengarang: Jostein Gaarder
Penerjemah: Andityas Prabantoro
Proofreader: Eti Rohaeti
Desain Sampul: Andreas Kusumahadi
Cetakan I: 2008
Penerbit PT Mizan Pustaka
ISBN: 9789794335390

Novel ini adalah novel ketujuh karya Jostein Gaarder yang diterbitkan tahun 1996 dalam bahasa inggris, bercerita tentang seorang gadis kecil berusia 12 tahun yang bernama Cecilia. Sama seperti novel Gaarder lainnya yang bermuatan filsafat, novel ini berisikan filosofi tentang kematian dan kehidupan. Cecilia mengalami sakit yang memungkinkan dia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Cerita diawali pada masa Natal, dimana keluarga Cecilia mulai sibuk mempersiapkan Natal. Cecilia dihadiahi oleh dokternya sebuah diari Cina yang berbenang emas, tempat dimana Cecilia menuliskan kisah-kisah hidupnya. Cecilia sangat kesepian hingga suatu ketika ia kedatangan tamu malaikat Ariel di kamarnya. Cecilia akhirnya mempunyai teman bercerita dan bermain sampai Natal berakhir.


Seperti biasa, tokoh-tokoh dalam novel Jostein Gaarder, pasti memiliki arti, karena itu saya mencoba mencari apa maksud nama Cecilia dan Ariel. Menurut Wikipedia Dictionaries, pengertian nama Cecilia dan Ariel adalah:

Cecilia ( ; ) is a female given name of Latin origin meaning the way for the blind. It is derived from a Roman family name, which was itself derived from the Latin word caecus, meaning blind.

Ariel: is a given name from Biblical Hebrew that literally means "lion of God".



Baik Cecilia maupun Ariel digambarkan tidak memiliki rambut (botak). Kebotakan pada Cecilia kemungkinan akibat terapi kanker dan obat-obat yang diminumnya, sedangkan pada Ariel, disamping botak, ia digambarkan tidak memiliki alis. 

Agak aneh Mizan menerjemahkan buku ini dengan judul Cecilia dan Malaikat Ariel, sebab sangat jauh berbeda dengan judul aslinya: Through a Glass, Darkly. Dugaan saya, judul buku ini diterjemahkan menjadi demikian dikarenakan ada banyak puisi, novel, lagu, dan film yang berjudul: Through a Glass, Darkly. Wikipedia mencatat bahwa ada sekitar 8 judul film, 6 judul lagu, dan 13 karya sastra berupa novel maupun puisi yang berjudul Through a Glass, Darkly. Apa makna kata tersebut? Penelusuran terhadap berbagai sumber diperoleh informasi sebagai berikut:

1. Istilah tersebut merupakan kutipan dari salah satu surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Dalam bahasa Inggris, ayat tersebut berbunyi: Now we see through a glass, darkly; but then face to face: now I know in part; but then shall I know even as also I am known (1 Corinthians 13:12). Hal itu disampaikan Paulus untuk menegaskan dalam konteks bahwa jemaat di Korintus haruslah mendasari perbuatannya dalam kasih. Kasih itu tidak akan lenyap namun pengetahuan manusia terbatas dan berlalu. Karena itu, jika saat ini pengetahuan manusia terbatas seperti melihat bayang-bayang samar dalam cermin, suatu saat akan dibukakan sehingga akan mengerti akan segala ketidaktahuan dan misteri.

2. Dalam novel Dunia Sophie, Jostein Gaarder menulis konsep pemikiran Plato yang mengatakan bahwa realitas itu terbagi menjadi dua wilayah (Dunia Sophie, 2010, 151)

satu wilayah adalah dunia indra, yang mengenainya kita hanya dapat mempunyai pengetahuan yang tidak tepat atau tidak sempurna dengan menggunakan lima indra kita. Di dunia ini, "segala sesuatu berubah" dan tidak ada yang permanen. Dalam dunia indra ini tidak ada sesuatu yang selalu ada, yang ada hanyalah segala sesuatu yang datang dan pergi.
Wilayah yang lain adalah dunia ide, yang mengenainya kita dapat memiliki pengetahuan sejati dengan menggunakan akal kita. Dunia ide ini tidak dapat ditangkap dengan indra, tetapi ide (atau bentuk-bentuk) itu kekal dan abadi.
selanjutnya Gaarder menambahkan:
Jika kamu melihat sebuah bayang-bayang Sophie, kamu akan mengira bahwa pasti ada sesuatu yang menimbulkan bayang-bayang itu. Kamu melihat bayang-bayang seekor binatang. Kamu kira itu mungkin seekor kuda, tetapi kamu tidak begitu yakin. Kamu berbalik dan melihat kuda itu sendiri-yang tentu saja benar-benar indah dan lebih tegas bentuknya daripada "bayang-bayang kuda" yang kabur. Plato juga percaya bahwa semua fenomena alam itu hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal (Dunia Sophie,2010, 153)

Dari dua informasi di atas, dapat disimpulkan (sementara) bahwa pemikiran Paulus dipengaruhi oleh pemikiran Plato. Masih ada lagi contoh-contoh pemikiran Plato yang dipakai Paulus dalam surat-suratnya yang lain, namun barangkali akan dibahas pada sesi lain saja :)

Percakapan-percakapan antara Cecilia dan Ariel adalah percakapan yang membicarakan antara dunia dan sorga, antara kehidupan dan kematian, antara manusia dan malaikat, antara mimpi dan kenyataan, antara misteri kefanaan dan kekekalan, antara cerminan dunia dan surga, antara cara pandang manusia dan cara pandang Tuhan. Semua pembicaraan tersebut bermuara pada satu kesimpulan bahwa pada dasarnya manusia tidak mengerti dan mengetahui bagaimana misteri kehidupan selanjutnya. Manusia hanya dapat meraba, menjangkau, namun seperti melihat bayang-bayang samar, semuanya terlihat tidak jelas.

Kehadiran Ariel di cerita ini adalah 'mempersiapkan' mental Cecilia dimana Ariel mulai menjelaskan pada Cecilia asal muasal mengapa tercipta makhluk yang dinamakan manusia, apa perbedaan manusia dengan malaikat, bagaimana malaikat memandang kehidupan di bumi dan di galaksi, mengapa anak-anak dan orang dewasa pada dasarnya adalah sama, apa yang sifatnya fana dan apa yang sifatnya kekal dan abadi, apakah keindahan pikiran dan daya pikir, apakah rahasia alam semesta akan terkuak. Hingga sampai akhirnya buku diari cina milik Cecilia tidak diisi lagi dan memantulkan sinar-sinar warna-warni

Ada beberapa hal yang menjadi kebiasaan Gaarder dalam bercerita lewat novel-novelnya. Pertama, Gaarder lebih memilih menyajikan pertanyaan-pertanyaan ketimbang memberi penjelasan. Hal ini berkaitan dimana dalam mencari pengetahuan, dimulai dengan mengajukan pertanyaan. Namun, pertanyaan dalam bidang filsafat tidak diakhiri dalam bentuk jawaban, tetapi pertanyaan yang lebih besar, Atau dengan kata lain, setiap jawaban menimbulkan pertanyaan lagi. Hal itu terlihat dalam percakapan antara Cecilia dan Ariel, baik Cecilia maupun Ariel saling mengajukan pertanyaan. Apakah itu juga pertanyaan dalam benak kita?
 bisakah kau beritahu kenapa malaikat tak punya rambut di kepala mereka?
Bagaimana Nenek hafal sesuatu 'di luar kepala' adalah bagian dari teka teki akbar yang sedang kita bicarakan. Tidakkah pernah terlintas di pikiranmu bahwa otak manusia adalah substansi paling misterius di seluruh jagat raya?
Dan ruh bersifat ilahiah, iya kan?

Novel ini telah difilmkan di pada tahun 2008 dengan judul dalam bahasa Norwegia "I et speil i en gåte". Melihat trailer film ini, saya jadi dapat melihat visualisasi malaikat Ariel yang botak, pendek, tanpa alis, dapat terbang, serta bagaimana penampakan Cecilia yang cantik.





Pada dasarnya Gaarder tetap menggunakan fantasi sebagai media penceritaan. Sebenarnya dari cerita ini, kita tidak tahu apakah percakapan antara Cecilia dan Ariel adalah benar-benar terjadi (secara fiksi), atau hanyalah cerita dalam pikiran Cecilia? Pada sebuah event The International Board on Books for Young People (IBBY)tahun 2002 di Basel, Jostein Gaarder mengatakan bahwa cerita adalah cara belajar yang menerobos lintas sosial, politik, dan budaya.Lengkapnya ia mengatakan sebagai berikut:
story providing the whole of humanity with a common "mother tongue" — across all political, cultural and historical divides. He emphasized the responsibility of parents in today's society since growing children still want and feel the need for books.
Bagi saya, percakapan-percakapan tersebut adalah sesuatu yang membuat kita berpikir ulang tentang kehadiran kita di dunia ini. Bagaimana cara kita memandang bulan di langit, menghirup udara segar setiap hari, mendengar nyanyian burung di pagi hari, memandang barisan bukit-bukit hijau, ada orang yang dikasihi, dan sebagainya..Tugas kita apa? Saya teringat pada buku Andar Ismail, Selamat Berjuang dimana panggilan kita di dunia adalah berkarya dan bekerja. Bekerja sebagai apa? bekerja sebagai tangannya Tuhan:

Tangan kita menjadi tangan Tuhan yang melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Tangan yang menggapai, tangan yang membelai. Tangan yang terbuka, tangan yang membalut luka. Tangan yang menyuapi, tangan yang merestui. Tangan yang menghijaukan halaman, tangan yang melestarikan lingkungan. Tangan yang melepas tali pengikat, tangan yang membawa selamat.

Menurut saya, buku ini bagus dibaca, setidaknya membuat sedikit bayang-bayang buram menjadi sedikit lebih tidak buram.


helvry sinaga | 5 Juli 2012

PS. Pernahkah kalian menutupkan mata, lalu membayangkan wajah kalian sendiri? hasilnya bagaimana? apakah jelas atau buram atau tidak bisa?



You Might Also Like

2 komentar

  1. Saya sukaa buku ini, saya suka reviewnya ( sayang tak ada tombol 'like' ) :D

    BalasHapus
  2. haa..terimakasih ceu :d
    iya nih tombol likenya perlu dipasang disini :a

    BalasHapus