Batavia Kota Hantu
Minggu, September 05, 2010Batavia Kota Hantu by Alwi Shahab
My rating: 4 of 5 stars
234 pages
Published February 2010 by Penerbit Republika
ISBN 9789791102742
Ditulis oleh seorang wartawan senior pemerhati serius masalah sosial budaya kota Jakarta. Alwi Shabab lahir di Kwitang, Jakarta Pusat 31 Agustus 1936. Catatan Kwitang, konon berasal dari nama seorang Cina, Kwee Tiang Kam, yaitu penjual obat tradisional yang masyhur. Saking terkenalnya, kediaman penjual obat ini disebut Kwitang. ia telah menjalani profesi sebagai wartawan selama lebih dari 40 tahun. Tahun 1960 ia bekerja kantor berita Arabian Press Board di Jakarta. Sejak Agustus 1963 ia bekerja di Kantor Berita Antara. Selama sembilan tahun (1969-1978), ia menjadi wartawan Istana. setelah pensiun dari Antara tahun 1993, ia bergabung dengan Harian Umum Republika.
Ada 67 artikel beliau yang dikumpulkan lalu dibuat bukunya seperti ini. Artikel tersebut menceritakan Batavia sebagai kota yang penuh seluk beluk sejarah dan peristiwa. Dari lingkup artikel yang ditulisnya, saya menyimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Cakupan wilayah yang menjadi lokasi tulisan meliputi Kota Tua, Harmoni, Menteng, Senen, Jatinegara, Pasar Baru, Jalan Medan Merdeka, Pecenongan, Kebon Sirih, Kampung Melayu, Tanjung Priok.
2. Beberapa tempat/gedung bersejarah yang diulas meliputi Gambir, Pasar Baru, Gedung Harmonie, Gudang rempah-rempah VOC, Pasar Senen, Gedung Kesenian Jakarta, Hotel Wisse di Rijswijk (Jalan Veteran), Pulau Onrust (Kepulauan Seribu).
mengapa judul buku ini Batavia Kota Hantu?
Artikelnya dimuat di paling awal, saya menelusuri kata "hantu" di artikel tersebut, dan saya hanya menemukan hanya satu kata, hanya di paragraf pertama. Dikatakan "kota hantu" karena pada Tahun 1815, Batavia lama (di seputaran kota tua) telah menjadi kawasan yang sangat menyeramkan. Benteng dirubuhkan, istana Gubernur Jenderal dirubuhkan. Kota tidak sehat akibat ancaman penyakit kolera, karena sanitasi yang buruk. Siapa yang melakukan? Dialah Herman William Daendels. Sejak itu pusat pemerintahan berpindah ke kawasan Weltevreden (Lapangan Banteng).
Buku ini sebenarnya menarik. Namun sayangnya tidak ada klasifikasi setiap artikel. 67 artikel dicetak begitu saja tanpa ada "bridging" yang menghubungkan, padahal ulasannya cukup menarik andai saja diramu sedemikian rapi. Saya juga menemukan kesalahan cetak yang cukup fatal yakni tidak sesuai daftar isi dengan halamannya. Pada artikel " Batavia 1935, Jakarta 1997 tertulis di daftar isi di halaman 43. Padahal sebenarnya artikel tersebut ada di halaman 41. Dan parahnya, artikel sesudahnya menjadi selisih-selisih 2 halaman. Hmm..sepertinya daftar isinya tidak diupdate fieldnya.
Namun begitu, E.S. Ito mengatakan bahwa Alwi Shahab menjadi narasumber penting dalam pembuatan novel "Rahasia Meede". Hal itu diungkapkannya di blognya disini. Namun ketika saya mencari kisah Pieter Erberveld tersebut di buku ini, sayangnya tidak ada. Saya berharap jika pihak editor Penerbit Republika sedikit bersusah payah mengumpulkan artikel-artikel beliau mengenai Batavia dan menyajikannya seperti Rosihan Anwar di bukunya, Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia, saya yakin buku ini menjadi best seller (sok peramal).
Akhirnya 4 bintang untuk Pak Alwi, dikurangi satu bintang untuk penerbit.
@hws06092010
0 komentar