Chicken Soup for the Writer's Soul
Senin, Juli 18, 2011
Judul: Chicken Soup for the Writer's Soul "Harga Sebuah Impian"
Oleh Jack Canfield, Bud Gardner, Mark Victor Hanson,
Penerjemah: Rina Buntaran
Tebal: 198 halaman
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (2007)
ISBN: 9792225463
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, saya pernah membaca buku Quantum Learning, yang mungkin saat itu sedang ngetrendnya istilah Quantum. Pelajaran fisika mekanika quantum masih lumayan segar di kepala saya (saat itu). Pada saat itu materi dalam buku itu kira-kira "memprogram" diri sendiri untuk mencapai tujuan pelajaran dengan membuat semacam pohon perencanaan. Di benak saya saat itu, saya memutuskan untuk belajar menulis. Kenapa menulis? Saat itu saya pikir menulis itu menyenangkan. Namun, setelah mencoba, saya hanya berhasil pada tahap menulis buku harian. Dan buku harian saya itu sekarang entah kemana akibat dari pindah kos-kosan.
Selagi marak-maraknya jejaring sosial Friendster, dan kebetulan ada fasilitas blognya, maka saya mencoba belajar menulis di sana. Tetapi sayang, friendster sekarang berubah. baik foto-foto maupun profile dan postingan blog saya, tidak dapat ditemukan lagi disana, hiks.
Pada perjalanannya, kegiatan menulis saya tidak dapat bekerja dengan baik. Entahkah itu kehabisan ide, merasa hal yang akan saya tuliskan itu akan biasa saja, atau mood yang tidak dapat terkumpul dengan full team :). Setelah saya renung-renungkan sekarang, benar apa yang dikatakan oleh Sitta Karina pada twitternya:#Menulis, fiksi maupun non-fiksi, lahir krn kecintaan kita pd kata dan cerita. Jadi, bisa diawali dg banyak membaca. Hal ini dulu yang mungkin tidak saya identifikasi sebagai salah satu penghambat dalam menulis.
Dalam buku ini Anda tidak akan menemukan tips-tips menulis ataupun kiat-kiat menulis yang sukses. Buku ini memercikkan inspirasi. Buku ini adalah kumpulan tulisan dari penulis yang merasakan bahwa menulis itu adalah bagian dari hidup mereka yang berharga. Kita dapat mengetahui bagaimana proses bagaimana sisi lain dari penulis ketika mengawali, dan mempertahankan dunia kepenulisan mereka. Baiklah, saya akan mencoba menyarikan buku ini dengan bertanya pada mereka.
Menurut anda, apa itu menulis?
Terry McMillan: Menulis adalah tempat perlindunganku. Aku tidak bersembunyi di balik kata-katanya; aku menggunakan kata-kata itu untuk menggali di dalam hatiku untuk menemukan kebenaran.
Christine Clifford: Peran yang paling kusukai dan memenuhiku dengan perasaan bangga
Kate M. Brausen: Menulis adalah sejenis doa, yang terus membantuku mencapai dan menaklukkan hidupku tanpa merasa, pada akhirnya, ditaklukkan olehnya.
Apa pelajaran berharga dalam menulis?
Gene Peret: Yang pertama adalah dalam mewujudkan impian apapun harus dibutuhkan usaha. Impian mempunyai kekuatan yang sangat besar, tapi hanya ketika diperkuat oleh penelitian, pembelajaran, dan usaha. Yang kedua adalah jika kita menjalani prosesnya, kita akan mencapai tujuan kita.
Gregory Poirier: Uang bagiku merupakan produk sampingan yang menyenangkan dari menulis; uang bukan alasanku menulis.
Nora Profit: Jangan sampai kau meragukan dirimu sendiri. Kau akan rugi.
Siapakah yang mengenalkanmu menulis?
Cookie Potter: Ayahku. Ayahku membacakanku cerita atau bercerita untukku setiap malam.
Dierdre W. Honnold: Ibuku. Ia sangat suka bercerita tentang cerita yang suatu hari yang akan ia tulis dalam bukunya.
Mengapa Anda terus menulis?
Catharine Bramkamp: seseorang berkata padaku "Sahabat saya baru saja pindah, dan Anda mengatakan apa yang saya rasakan, tapi saya tidak punya kata-katanya."
Elizabeth Engstrom: Dunia memerlukannya. Itu pekerjaan kami.
Marilyn Pribus: Ketika kita menulis tentang hal-hal yang dirasakan orang di manapun-saat sulit, saat menyenangkan, keputusasaan, kegembiraan-sandi dikirim, seorang sahabat sejiwa menangkapnya, dan hubungan penting itu terjalin.
Apa pesan dari teladan Anda dalam menulis?
Sue Grafton: Ayahku mengatakan: Membungkuklah bersama angin. Ketika kekecewaan datang, sesuatu yang pasti kamu alami, jangan menjadi kaku karena perasaan pahit. Bersikaplah anggun. Pasrah. Anggap dirimu sendiri sebagai sebatang anak pohon, menyerah pada keadaan tanpa patah atau putus.
Dan Millman: Issac Bashevis Singer menulis, " Hidup adalah novel Tuhan; biarkan Tuhan yang menulisnya."
Ed Robertson: Ayahku berkata: "Kalau menulis tentang periode sejarah, kita harus menyajikan fakta yang benar. Kalau ada satu fakta yang tidak benar, seluruh cerita akan rusak."
Ethel Bangert: James A. Michener menyarankan pada penulis muda untuk melakukan penelitian mendalam sebelum mencoba menulis sebuah novel.
Apa pesan Anda bagi para (calon) penulis?
Howard Fast: Ada penulis yang berpenghasilan jutaan, dan ada penulis lain yang berpenghasilan sangat sedikit, tapi itu bukan ukuran nilai. Nilai sejati ada dalam dirimu dan hanya bisa diukur oleh pengertianmu akan keadaan manusia. Belajarlah untuk berpikir jernih, pahami mediamu dan pahami orang-orang.
Irving Wallace: Weidman menasihatiku "Pikirkan tentang menulis satu halaman, hanya satu halaman, setiap hari. Di akhir 365 hari, di akhir satu tahun, kamu mempunyai 365 halaman. Dan tahukah kamu apa yang kamu punya? Kamu mempunyai sebuah buku lengkap."
Setelah saya membaca kumpulan kisah para penulis ini, saya makin memahami kira-kira bagaimana suasana kebatinan si penulis di balik tulisan-tulisannya. Seperti profesi lain di luar penulis, kegagalan, frustrasi, tantangan, adalah masa-masa yang cukup berat. Para penulis ini berbagi kehidupan bahwa pada suatu titik akan ada kepuasan tersendiri yang entah itu sesuai dengan harapan sebelumnya atau tidak. Namun, pada intinya saya yakin mereka sependapat, bahwa mereka itu menikmati hidup ini dengan menulis.
Kembali pada tulisan saya di atas, saya membuka-buka lagi laman blog saya, kok ya masih belum terinspirasi? Pertanyaan kedua: "Bila dihubungkan dengan aktivitas membaca, mana yang lebih penting, sebanyak apa yang telah kau baca dengan sebanyak apa yang telah kau tulis?"
Yah..namun paling tidak saya sudahmengetik ulang menulis kutipan-kutipan di atas, semoga suatu saat otak dan jari-jari saya berkenan bekerja sama :)
@hws18072011
Oleh Jack Canfield, Bud Gardner, Mark Victor Hanson,
Penerjemah: Rina Buntaran
Tebal: 198 halaman
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (2007)
ISBN: 9792225463
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, saya pernah membaca buku Quantum Learning, yang mungkin saat itu sedang ngetrendnya istilah Quantum. Pelajaran fisika mekanika quantum masih lumayan segar di kepala saya (saat itu). Pada saat itu materi dalam buku itu kira-kira "memprogram" diri sendiri untuk mencapai tujuan pelajaran dengan membuat semacam pohon perencanaan. Di benak saya saat itu, saya memutuskan untuk belajar menulis. Kenapa menulis? Saat itu saya pikir menulis itu menyenangkan. Namun, setelah mencoba, saya hanya berhasil pada tahap menulis buku harian. Dan buku harian saya itu sekarang entah kemana akibat dari pindah kos-kosan.
Selagi marak-maraknya jejaring sosial Friendster, dan kebetulan ada fasilitas blognya, maka saya mencoba belajar menulis di sana. Tetapi sayang, friendster sekarang berubah. baik foto-foto maupun profile dan postingan blog saya, tidak dapat ditemukan lagi disana, hiks.
Pada perjalanannya, kegiatan menulis saya tidak dapat bekerja dengan baik. Entahkah itu kehabisan ide, merasa hal yang akan saya tuliskan itu akan biasa saja, atau mood yang tidak dapat terkumpul dengan full team :). Setelah saya renung-renungkan sekarang, benar apa yang dikatakan oleh Sitta Karina pada twitternya:#Menulis, fiksi maupun non-fiksi, lahir krn kecintaan kita pd kata dan cerita. Jadi, bisa diawali dg banyak membaca. Hal ini dulu yang mungkin tidak saya identifikasi sebagai salah satu penghambat dalam menulis.
Dalam buku ini Anda tidak akan menemukan tips-tips menulis ataupun kiat-kiat menulis yang sukses. Buku ini memercikkan inspirasi. Buku ini adalah kumpulan tulisan dari penulis yang merasakan bahwa menulis itu adalah bagian dari hidup mereka yang berharga. Kita dapat mengetahui bagaimana proses bagaimana sisi lain dari penulis ketika mengawali, dan mempertahankan dunia kepenulisan mereka. Baiklah, saya akan mencoba menyarikan buku ini dengan bertanya pada mereka.
Menurut anda, apa itu menulis?
Terry McMillan: Menulis adalah tempat perlindunganku. Aku tidak bersembunyi di balik kata-katanya; aku menggunakan kata-kata itu untuk menggali di dalam hatiku untuk menemukan kebenaran.
Christine Clifford: Peran yang paling kusukai dan memenuhiku dengan perasaan bangga
Kate M. Brausen: Menulis adalah sejenis doa, yang terus membantuku mencapai dan menaklukkan hidupku tanpa merasa, pada akhirnya, ditaklukkan olehnya.
Apa pelajaran berharga dalam menulis?
Gene Peret: Yang pertama adalah dalam mewujudkan impian apapun harus dibutuhkan usaha. Impian mempunyai kekuatan yang sangat besar, tapi hanya ketika diperkuat oleh penelitian, pembelajaran, dan usaha. Yang kedua adalah jika kita menjalani prosesnya, kita akan mencapai tujuan kita.
Gregory Poirier: Uang bagiku merupakan produk sampingan yang menyenangkan dari menulis; uang bukan alasanku menulis.
Nora Profit: Jangan sampai kau meragukan dirimu sendiri. Kau akan rugi.
Siapakah yang mengenalkanmu menulis?
Cookie Potter: Ayahku. Ayahku membacakanku cerita atau bercerita untukku setiap malam.
Dierdre W. Honnold: Ibuku. Ia sangat suka bercerita tentang cerita yang suatu hari yang akan ia tulis dalam bukunya.
Mengapa Anda terus menulis?
Catharine Bramkamp: seseorang berkata padaku "Sahabat saya baru saja pindah, dan Anda mengatakan apa yang saya rasakan, tapi saya tidak punya kata-katanya."
Elizabeth Engstrom: Dunia memerlukannya. Itu pekerjaan kami.
Marilyn Pribus: Ketika kita menulis tentang hal-hal yang dirasakan orang di manapun-saat sulit, saat menyenangkan, keputusasaan, kegembiraan-sandi dikirim, seorang sahabat sejiwa menangkapnya, dan hubungan penting itu terjalin.
Apa pesan dari teladan Anda dalam menulis?
Sue Grafton: Ayahku mengatakan: Membungkuklah bersama angin. Ketika kekecewaan datang, sesuatu yang pasti kamu alami, jangan menjadi kaku karena perasaan pahit. Bersikaplah anggun. Pasrah. Anggap dirimu sendiri sebagai sebatang anak pohon, menyerah pada keadaan tanpa patah atau putus.
Dan Millman: Issac Bashevis Singer menulis, " Hidup adalah novel Tuhan; biarkan Tuhan yang menulisnya."
Ed Robertson: Ayahku berkata: "Kalau menulis tentang periode sejarah, kita harus menyajikan fakta yang benar. Kalau ada satu fakta yang tidak benar, seluruh cerita akan rusak."
Ethel Bangert: James A. Michener menyarankan pada penulis muda untuk melakukan penelitian mendalam sebelum mencoba menulis sebuah novel.
Apa pesan Anda bagi para (calon) penulis?
Howard Fast: Ada penulis yang berpenghasilan jutaan, dan ada penulis lain yang berpenghasilan sangat sedikit, tapi itu bukan ukuran nilai. Nilai sejati ada dalam dirimu dan hanya bisa diukur oleh pengertianmu akan keadaan manusia. Belajarlah untuk berpikir jernih, pahami mediamu dan pahami orang-orang.
Irving Wallace: Weidman menasihatiku "Pikirkan tentang menulis satu halaman, hanya satu halaman, setiap hari. Di akhir 365 hari, di akhir satu tahun, kamu mempunyai 365 halaman. Dan tahukah kamu apa yang kamu punya? Kamu mempunyai sebuah buku lengkap."
Setelah saya membaca kumpulan kisah para penulis ini, saya makin memahami kira-kira bagaimana suasana kebatinan si penulis di balik tulisan-tulisannya. Seperti profesi lain di luar penulis, kegagalan, frustrasi, tantangan, adalah masa-masa yang cukup berat. Para penulis ini berbagi kehidupan bahwa pada suatu titik akan ada kepuasan tersendiri yang entah itu sesuai dengan harapan sebelumnya atau tidak. Namun, pada intinya saya yakin mereka sependapat, bahwa mereka itu menikmati hidup ini dengan menulis.
Kembali pada tulisan saya di atas, saya membuka-buka lagi laman blog saya, kok ya masih belum terinspirasi? Pertanyaan kedua: "Bila dihubungkan dengan aktivitas membaca, mana yang lebih penting, sebanyak apa yang telah kau baca dengan sebanyak apa yang telah kau tulis?"
Yah..namun paling tidak saya sudah
@hws18072011
12 komentar
Kutiopan-kutipannya buat aku jadi ingat buku ini apa aja isinya. Beneran dah lupa. Bacanya tiga tahun yang lalu sih.
BalasHapusEh selain ini ada dua buku Chicken Soup yang blom kesampaian pengen kubaca. Yang untuk Father and daughter's ma pet lover's. Dulu selalu nunda belinya. Sekarang nyesel. Udah nggak pernah liat lagi bukunya. hehe
Dulu bisa nulis apa aja. Tapi 2010 kemarin sempat mandeg, jadinya sekarang agak susah lagi untuk mulai. XDD
@Ally: yang pet lover's aku punya. tapi sepertinya belum baca juga.. #plak *ditampol Jack Canfield
BalasHapusugh...masih mending dirimu bisa nulis apa aja, kadang aku ngerasa tulisanku tak layak tampil, bahkan di blog sendiri, ahahaha...
yuuk sekali2 baca buku bareng Chicken soup, ahaha
waaahh.. udah lama banget ngga baca chicken soup, terakhir kali waktu jaman kuliah kayaknya, hehe.. Aku juga sempet mempertanyakan di blog lama kenapa aku lebih sering membaca daripada menulis padahal ide yang pengen ditulis banyak.. Karena memang bukan penulis profesional ya jawabanya adalah skala prioritas sajah hehe.. Ehm, jadi ceritanya mau jadi penulis nih? :) :) semangat !!
BalasHapus@annisa: yah kali aja bisa alih profesi, biar nanti pensiunnya bisa dinikmati, ahahaha
BalasHapuswah udh lama ga baca chicken soup, kangen juga baca lg.
BalasHapusEpi udh keliatan kok bakat menulisnya, buktnya kl nulis review lengkap banget dan banyak yg suka..
@ceu nanny: ahahaha...ceceu bisa aja :)
BalasHapusaku suka buku ini...sekarang banyak banget chicken soup, terjemahan maupun asli. jadi nggak kebaca semua. tapi buku ini tetep salah satu yg terfavorit...jadi kapan nih kita nerbitin buku? hihihi
BalasHapus@Atrid: eh iyaaaa..ide bagus mbak. Kita bikin buku Chicken soup for the Book Blogger :o :o :o
BalasHapushahahahaha
Belum pernah baca yang ini tapi selalu pengen baca Buku Chicken Soup dan jadi kepengen baca yang ini
BalasHapusAku suka banget chicken soup dari SMP. Dan yang ini baru nemu hiks hiks. Review ini bikin aku mupeng ma bukunya. Kutipan dan nasihatnya pun 'buat gue banget'
BalasHapusSaya bingung mau komentar apa. Pertanyaan-pertanyaan (yang dikutipkan bang Helvry) di atas... well, menampar saya ._.
BalasHapuswaahh.. udah lama bangets ngga baca2 seri chicken soup.. kalau memutuskan untuk kembali membaca seri ini, rasanya buku ini adalah buku yang tepat yang semoga aja sekelar baca bisa bikin kembali semangat untuk menulis XD
BalasHapus