Gurun Cinta (Le Desert de l'amour)
Selasa, Januari 10, 2012
Judul Asli: Le Desert de l'amour (The Desert of Love)
Penulis: Francois Mauriac
Penerjemah: Istiani Prajoko
Penyunting: Anton Kurnia
Penyerasi: Eldani
Pewajah Isi: Siti Qomariyah
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta, April 2010 (terbit pertama kali tahun 1925)
ISBN: 9789790242258
Dari zaman dahulu hingga sekarang, cinta masih merupakan misteri. Dalam buku The Colors of Love (1973), John Lee mengatakan ada tiga warna primer cinta yaitu: (1) Eros, (2) Ludos dan (3) Storge. Bila dijabarkan lebih lanjut, pengertian tiga warna primer tersebut adalah:
1. Eros – Loving an ideal person
2. Ludos – Love as a game
3. Storge – Love as friendship
Selanjutnya menurut John Lee, turunan warna primer tersebut menjadi tiga warna sekunder, yaitu:
1. Mania (Eros + Ludos) – Obsessive love
2. Pragma (Ludos + Storge) – Realistic and practical love
3. Agape (Eros + Storge) – Selfless love
Raymond Courreges, seorang anak berusia jatuh hati pada seorang wanita yang sering ditemuinya di trem setiap pukul 6 sore. Nama wanita itu adalah Maria Cross. Ayahnya, Paul Correges, berprofesi sebagai seorang dokter. Ayahnya sangat suka dengan kegiatan di laboratorium sampai larut, walau mendapat protes dari istrinya, Madame Courreges.
Keluarga Courreges adalah keluarga berada. Disamping Keluarga Paul Courreges, mereka tinggal bersama Madame Courreges senior (ibu Paul) dan dengan keluarga Basque yang adalah ipar dari Dokter Paul, karena Basque mengambil Lucie Courreges sebagai istrinya. Raymond Courreges digambarkan sebagai seorang anak yang badung. Ia banyak menghabiskan waktunya dengan menyusuri lorong-lorong sekolah. Ia juga senang menyendiri termasuk mengendarai trem yang merupakan sarana mendapatkan kebebasan baginya. Di antara keluarganya, Raymond termasuk orang yang cuek pada keadaan sekitar.
Setiap pagi, Raymond dan Paul berdampingan di kereta kuda. Raymond turun di Barriere de Saint Genes dan melanjutkan dengan jalan kaki ke sekolah. Sementara Paul melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit. Walaupun Paul dikenal sebagai orang yang disegani di rumah sakit atau di laboratorium, ia tidak berhasil membangun komunikasi yang baik dengan putranya.
Berkebalikan dengan putranya. Dalam tindakannya sehari-hari, dokter Paul dikenal orang karena kebaikan hatinya.Dokter Paul juga terkesan dingin dengan putrinya. Ia tidak begitu suka dengan menantunya yang adalah seorang tentara. Ia bahkan tadinya sudah menjodohkan seorang mahasiswa kedokteran pada putrinya, entah karena alasan satu profesi atau dapat teman untuk berdiskusi. Namun, putrinya tetap memilih Letnan Basque sebagai suaminya. Lagi-lagi masalah komunikasi. Hanya ia sendiri yang tahu apa yang menjadi keinginannya: Alasannya terlalu pribadi bagi dirinya, sehingga mustahil dia dapat membicarakannya dengan orang lain.(h.68)
Madame Courreges, istri dokter Paul digambarkan orang yang selalu berpikiran positif tentang suaminya. Ia tahu perangai suaminya yang selalu suka membaca jurnal alih-alih mengobrol dengan keluarga. Sebenarnya ia cukup menyadari bahwa semua perhatian yang ia berikan pada suaminya tidak membuat suaminya betah. Namun, ia sendiri tidak mengetahui bahwa ada seorang wanita lain yang telah memikat suaminya. Ia terlalu percaya pada jam-jam suaminya yang sedang bereksperimen di laboratorium maupun di tempat praktek. Padahal, tidak semua jam praktek maupun eksperimen itu sang dokter ada di ruangannya.
Hubungan antara Maria, Paul, dan Raymond pada dasarnya adalah akibat dari tidak tersedianya kebutuhan penerimaan akan cinta. Dengan kata lain, ketiga tokoh ini tidak merasakan limpahan cinta dari orang-orang terdekatnya. Cinta Paul pada Maria cenderung obsesif. Sementara Raymond pada Marie terkesan seperti 'pemenangan pertandingan.' Munculnya perasaan cinta Raymond pada Marie dikarenakan pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan karena seringnya bertemu di perjalanan trem tiap jam 6 sore di Bordeaux.
Namun, pada dasarnya kita hidup di dunia adalah dengan segala pilihan dan konsekwensinya. Kita tidak tahu akan apa yang terjadi besok, lusa, atau masa depan. Mauriac seperti membiarkan sosok Maria yang satu sisi adalah seorang yang tegas, keras, namun sekaligus lemah, seolah tak berprinsip. Dokter Paul dan anaknya berdebat bagaimana cara mereka memandang Maria. Tentu saja, Paul yang lebih dewasa dapat menilai dengan lebih komprehensif dibanding Raymond:
Selain itu, komunikasi yang kurang harmonis antara Raymond dan Paul, menyebabkan Raymond tidak mengenal ayahnya dari sisi-sisi tertentu. Tentu saja dalam hal kematangan berpikir serta pengalaman membuat Paul lebih unggul dari Raymond. Namun, dalam hal cinta, ternyata mereka memilih wanita yang sama, walau dengan pemaknaan yang berbeda, dan Paul menunjukkan kedewasaannya sebagai seorang ayah dengan mengatakan kepada Raymond:
Kembali pada jenis warna cinta di atas, bagaimana cinta mengatasi semua kemelut itu? Lalu apakah selalu cinta adalah jawaban?
Setiap orang punya jawabannya sendiri.
Helvry | Jakarta, 10.11.2012.
Penulis: Francois Mauriac
Penerjemah: Istiani Prajoko
Penyunting: Anton Kurnia
Penyerasi: Eldani
Pewajah Isi: Siti Qomariyah
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta, April 2010 (terbit pertama kali tahun 1925)
ISBN: 9789790242258
Dari zaman dahulu hingga sekarang, cinta masih merupakan misteri. Dalam buku The Colors of Love (1973), John Lee mengatakan ada tiga warna primer cinta yaitu: (1) Eros, (2) Ludos dan (3) Storge. Bila dijabarkan lebih lanjut, pengertian tiga warna primer tersebut adalah:
1. Eros – Loving an ideal person
2. Ludos – Love as a game
3. Storge – Love as friendship
Selanjutnya menurut John Lee, turunan warna primer tersebut menjadi tiga warna sekunder, yaitu:
1. Mania (Eros + Ludos) – Obsessive love
2. Pragma (Ludos + Storge) – Realistic and practical love
3. Agape (Eros + Storge) – Selfless love
Raymond Courreges, seorang anak berusia jatuh hati pada seorang wanita yang sering ditemuinya di trem setiap pukul 6 sore. Nama wanita itu adalah Maria Cross. Ayahnya, Paul Correges, berprofesi sebagai seorang dokter. Ayahnya sangat suka dengan kegiatan di laboratorium sampai larut, walau mendapat protes dari istrinya, Madame Courreges.
Keluarga Courreges adalah keluarga berada. Disamping Keluarga Paul Courreges, mereka tinggal bersama Madame Courreges senior (ibu Paul) dan dengan keluarga Basque yang adalah ipar dari Dokter Paul, karena Basque mengambil Lucie Courreges sebagai istrinya. Raymond Courreges digambarkan sebagai seorang anak yang badung. Ia banyak menghabiskan waktunya dengan menyusuri lorong-lorong sekolah. Ia juga senang menyendiri termasuk mengendarai trem yang merupakan sarana mendapatkan kebebasan baginya. Di antara keluarganya, Raymond termasuk orang yang cuek pada keadaan sekitar.
Setiap pagi, Raymond dan Paul berdampingan di kereta kuda. Raymond turun di Barriere de Saint Genes dan melanjutkan dengan jalan kaki ke sekolah. Sementara Paul melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit. Walaupun Paul dikenal sebagai orang yang disegani di rumah sakit atau di laboratorium, ia tidak berhasil membangun komunikasi yang baik dengan putranya.
Duduk di kereta kuda, pemuda itu mengerling ayahnya dengan penasaran, ingin mendengar dari hati ke hati. Sebetulnya, saat itu ayah dan anak bisa menjadi lebih akrab. Tapi pikiran dokter sedang jauh dari anaknya yang begitu sering ingin digapainya. Raymond siap mendengarkan, tapi dokter tidak menyadarinya (h.42).
Berkebalikan dengan putranya. Dalam tindakannya sehari-hari, dokter Paul dikenal orang karena kebaikan hatinya.Dokter Paul juga terkesan dingin dengan putrinya. Ia tidak begitu suka dengan menantunya yang adalah seorang tentara. Ia bahkan tadinya sudah menjodohkan seorang mahasiswa kedokteran pada putrinya, entah karena alasan satu profesi atau dapat teman untuk berdiskusi. Namun, putrinya tetap memilih Letnan Basque sebagai suaminya. Lagi-lagi masalah komunikasi. Hanya ia sendiri yang tahu apa yang menjadi keinginannya: Alasannya terlalu pribadi bagi dirinya, sehingga mustahil dia dapat membicarakannya dengan orang lain.(h.68)
Madame Courreges, istri dokter Paul digambarkan orang yang selalu berpikiran positif tentang suaminya. Ia tahu perangai suaminya yang selalu suka membaca jurnal alih-alih mengobrol dengan keluarga. Sebenarnya ia cukup menyadari bahwa semua perhatian yang ia berikan pada suaminya tidak membuat suaminya betah. Namun, ia sendiri tidak mengetahui bahwa ada seorang wanita lain yang telah memikat suaminya. Ia terlalu percaya pada jam-jam suaminya yang sedang bereksperimen di laboratorium maupun di tempat praktek. Padahal, tidak semua jam praktek maupun eksperimen itu sang dokter ada di ruangannya.
Hubungan antara Maria, Paul, dan Raymond pada dasarnya adalah akibat dari tidak tersedianya kebutuhan penerimaan akan cinta. Dengan kata lain, ketiga tokoh ini tidak merasakan limpahan cinta dari orang-orang terdekatnya. Cinta Paul pada Maria cenderung obsesif. Sementara Raymond pada Marie terkesan seperti 'pemenangan pertandingan.' Munculnya perasaan cinta Raymond pada Marie dikarenakan pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan karena seringnya bertemu di perjalanan trem tiap jam 6 sore di Bordeaux.
Namun, pada dasarnya kita hidup di dunia adalah dengan segala pilihan dan konsekwensinya. Kita tidak tahu akan apa yang terjadi besok, lusa, atau masa depan. Mauriac seperti membiarkan sosok Maria yang satu sisi adalah seorang yang tegas, keras, namun sekaligus lemah, seolah tak berprinsip. Dokter Paul dan anaknya berdebat bagaimana cara mereka memandang Maria. Tentu saja, Paul yang lebih dewasa dapat menilai dengan lebih komprehensif dibanding Raymond:
"...Aku tahu apa yang telah dilalui Maria Cross, dan aku tahu di suatu tempat di hatinya ada sesuatu yang membuatnya menjadi seorang santa...ya, sungguh, seorang santa....Tapi kau tidak akan pernah bisa memahami hal itu." (hlm.163)
Selain itu, komunikasi yang kurang harmonis antara Raymond dan Paul, menyebabkan Raymond tidak mengenal ayahnya dari sisi-sisi tertentu. Tentu saja dalam hal kematangan berpikir serta pengalaman membuat Paul lebih unggul dari Raymond. Namun, dalam hal cinta, ternyata mereka memilih wanita yang sama, walau dengan pemaknaan yang berbeda, dan Paul menunjukkan kedewasaannya sebagai seorang ayah dengan mengatakan kepada Raymond:
Manusia seharusnya selalu memikirkan kesulitan-kesulitan orang lain, dan suntikan-suntikan kecil tantangan itulah yang membuat darah selalu mengalir. Kau mengerti maksudku? Manusia tidak punya waktu untuk memikirkan penderitaan batinnya sendiri, memikirkan luka yang menghujam dalam-dalam sampai lubuk hatinya (h.277)Novel ini sarat dengan konflik. Tentu saja setiap pilihan akan membawa konsekwensi yang besar kecilnya tergantung peran si pengambil keputusan. Pilihan yang diambil Paul, misalnya membawa dampak ketidaknyamanan dalam rumah tangga mereka, istri, maupun anaknya. Sementara dari sisi Maria, ia membutuhkan orang yang mendampinginya setelah putranya meninggal, namun ia seolah tersembunyi dari kebutuhannya itu. Dari sisi Raymond, seorang anak muda yang masih menggebu-gebu yang belum mengenal cinta yang bertanggung jawab. Dari sisi istri Raymond, yang terus berusaha membuat suaminya betah bersamanya walau hanya mengobrol setengah jam pada suatu hari, ia sangat senang luar biasa.
Kembali pada jenis warna cinta di atas, bagaimana cinta mengatasi semua kemelut itu? Lalu apakah selalu cinta adalah jawaban?
Setiap orang punya jawabannya sendiri.
Helvry | Jakarta, 10.11.2012.
11 komentar
Oh ya ampun. Cerita ini sulit dibaca. Mungkin karena karya tahun 1930-an, atau karena terjemahan bahasa Inggris dari bahasa Prancis. Hmmm penerjemahnya pastilah jago abis nih bisa nerjemahin ke dalam Bahasa Indonesia dengan sukses.
BalasHapusbang epi, kalimat yg ini ada yg hilang:
BalasHapusRaymond Courreges, seorang anak berusia (?) jatuh hati....
hehehe... nice review :n
Selalu bagus deh reviewnya~
BalasHapusKarakter2 yg habis dikupas tuntas dan kok tahu sih ada pembagian cinta segala.. hehe.
Nice mas helvry :D
@mbak dina: wah mbak dina juga jago nerjemahin kan? tengkyu banget deh sama penerjemah yang mengenalkan dengan karya-karya sastra. :a
BalasHapus@nura; wah..nura selamat datang di sini, gitu pertama datang langsung cermat banget ngeliat ada kalimat yang kurang lengkap :q
BalasHapus@Okky: trimakasih :a
BalasHapus...itu masih belum kupas tuntas, masih kupas kulitnya doang :o
Errr...kok kayaknya buku ini berpotensi bikin aku zzzzzzz... ya? :i
BalasHapus@fanda: seru lagi mbak. hihihi
BalasHapushttp://sallytheexplorer.blogspot.com/
BalasHapuswow, sepertinya sedikit mbulet tapi menarik juga :). keren review-nya :)
BalasHapus@enggar: trimakasih mbak enggar. saya juga agak bingung mereview novel ini karena sudah lebih sebulan yang lalu dibaca :a
BalasHapustrimakasih atas kunjungannya kesini :q