Pengumuman BloBukHel Present 2012: Inspiring People
Minggu, Desember 02, 2012Mohon maaf sebelumnya karena pengumuman BloBukHel Present 2012 ini mundur dari jadwal seharusnya, 30 November 2012. Keterlambatan tersebut disebabkan antara lain karena proses penilaian yang lumayan berat serta kendala teknis dimana pada tanggal 30 November kemarin, load kerja sedang tinggi-tingginya dan suatu kejadian di penghujung jam kantor yang membuat mood terganggu. Sabtu kemarin juga seharian tidak bisa posting karena ada acara di rumah. Karena itu, mohon maafkan saya...
Kembali ke tema yang diusung pada giveaway kali ini yaitu "Inspiring People", saya juga ingin membagi siapa yang menginspirasi saya untuk membaca. Sejak kecil, orang tua saya sudah membelikan bacaan kepada anak-anaknya (saya tiga bersaudara). Bacaannya bukanlah buku atau komik. Karena kedua jenis itu cukup mahal bagi kami. Meski begitu, orangtua kami tidak pernah pelit untuk membelikan buku pelajaran sekolah. Ayah saya, seorang majelis di gereja, dan ia sering membeli buku-buku terbitan BPK Gunung Mulia, dan seringnya buku-buku yang beliau beli adalah buku yang sifatnya renungan sehingga dapat dibaca anak-anak seperti saya. Beranjak sekolah, kami dibelikan majalah Bobo. Bobo menjadi 'jembatan' antara kami (yang tinggal di kota kecil) dengan kehidupan anak-anak modern (Jakarta). Dari Bobo, saya mengimajinasikan Dunia fantasi, Taman Mini Indonesia Indah, cerita Pak Janggut, Oki dan Nirmala, Husin dan Asta, dan sebagainya. Dan sayapun pernah terkenal di sekolahan karena pernah menang kuis "Uji Imajinasi" dan wesel senilai Rp25.000 pernah saya cairkan di kantor pos. Bacaan saya pada masa itu juga tergolong bukan untuk usia anak-anak, itu karena ayah saya berlangganan majalah Tempo, dan ibu saya berlangganan Kartini (kemudian berhenti dilanjutkan Tabloid Nova). Jadi kapan membeli buku? hampir tidak pernah! kecuali buku pelajaran. Satu-satunya jalan adalah ke perpustakaan di kota saya. Di situlah saya pernah membaca buku "Seratus Tokoh paling Berpengaruh"
Saya masih ingat, ketika masih SD saya sedikit dimarahi sama orangtua saya karena saya berkeras dan memang kepingin banget satu buku tentang kesehatan. Seperti buku bantuan terhadap kecelakaan kecil. Buku itu ditawarkan oleh penjual yang datang dari rumah ke rumah. Buku itu sangat menarik, sebab kaya warna dan kertasnya bagus. Namun harganya tidak bersahabat. Saat itu seingat saya harganya adalah Rp40.000. Cukup mahal bagi keluarga kami. Ibuku menawar kepada si penjual, namun si penjual bergeming bertahan dengan harga segitu. Demi melihat saya yang memang berkeinginan sekali untuk memiliki buku itu, ibuku mengalah. Mungkin itulah anak kecil. Tidak mau tahu darimana uang datang, yang penting keinginan terpenuhi. Saya pura-pura tidak melihat wajah ibu saya yang masam, buku itu begitu bagusnya, saya tak bosan melihat-lihatnya. Thanks Mommy..I love you.
Pernah suatu kali bapak saya juga membelikan buku pengetahuan 101 percobaan fisika/kimia yang pasti berhasil. Bapak langsung memesan (lewat surat) ke penerbit Gramedia. Untuk ukuran kota kecil seperti kotaku, buku-buku seperti itu tidak akan tersedia di toko buku. Inilah perkenalan saya pada buku-buku di luar buku pelajaran sekolah.
Kalau sewaktu sekolah dan kuliah, saya mungkin terpaksa tidak berbelanja buku, sebab kiriman orangtua saya cukup untuk hidup, dan saya harus berbagi dengan kedua adik saya yang juga butuh buat sekolah. Sekarang setelah saya sudah bekerja. Saya bersyukur bisa menyisihkan uang untuk membeli buku. Buku yang membuat saya berselera membaca lagi setelah sekian lama vakum adalah Laskar Pelangi. Entah kenapa saya persahabatan ikal dan kawan-kawan itu sungguh menyentuh saya. Saya teringat dengan sahabat saya sebangku dulu di SD. Kami sama-sama suka membaca. Dulu jangankan membayangkan perpustakaan, bukunya aja susah. Karena itu ketika saya dan sahabat saya mendapat buku (terbitan balai pustaka kayaknya) dari kantor depdikbud untuk sekolah kami. Rasanya senang sekali. Kami sering membaca selama guru menerangkan di depan kelas. Buku di letakkan di tengah, nanti siapa yang terakhir selesai di halaman buku sebelah kanan, ia akan memberikan kode supaya membalik ke halaman berikutnya. Saya sudah lupa baca buku apa aja dengan metode seperti itu, tapi yang saya ingat justru momen bacanya, bukan buku apa yg dibaca. Jadi lewatnovel itu, seolah perjumpaan saya (kembali) dengan buku.
Kembali ke pengumuman!
Sungguh saya terkagum-kagum dengan komentar yang masuk dalam giveaway ini. Saya tidak menyangka sambutannya luar biasa, meski 20 peserta yang berminat, namun saya melihatnya adalah 20 pembaca yang mendapat pengaruh dan turut memberi pengaruh. Saya terharu membaca cerita teman-teman. Saya membayangkan posisi yang teman-teman alami. Sungguh kadangkala ketika mengetahui cerita orang lain, membuat kita tambah bersyukur. Dan lagi saya sangat sulit menemukan pemenang. Karena itu saya membahasakannya dengan terfavorit. Sebab, cerita teman-teman semua sungguh sangat menginspirasi saya. Karena itu, agar menjadi pengingat bagi saya dan mungkin pengunjung blog ini, saya salin kembali apa komen teman-teman.
--start--
1. Aulia
Saya terinspirasi membaca dari Ayah. Meskipun Beliau dan Ibu sama-sama suka membaca, Ayah yang lebih getol mengajak anak-anaknya untuk baca buku lebih sering. Beliau yang membelikan kami komik Conan pertama. Beliau juga yang membelikan saya novel pertama saya. Saya masih ingat waktu itu dibelikan novel terjemahan pertama, sayangnya lupa judulnya apa. Karena gaya bahasa buku terjemahan itu memang agak kaku, saya yang waktu itu berumur 5 tahun tidak bisa menikmatinya. Lalu saya dibelikan lagi satu novel tipis bernuansa Islami. Sejak itu, saya jatuh cinta pada buku dan membaca. Kalau pergi ke mall pun, saya selalu meminta Ayah untuk ke Gramedia. Dan di sana, Beliau akan membelikan saya satu buku. Sampai saat ini, Beliau juga masih getol mengajak saya membaca genre yang out of box (bagi saya yang keseringan membaca novel-novel young adult). Ayah juga meminjamkan saya Rahasia Meede, sementara orang lain harus mencari-cari buku ini. iya, Ayahlah yang mengajari saya untuk mencintai kata-kata baik dengan membaca atau menulisnya. :)
Dan untuk pertanyaan, "Apa yang Anda lakukan bila melihat ada teman/rekan yang tak mampu membeli buku/bacaan?" Saya jadi ingat posting-nya Mbak Ana (bukunyasapi.blogspot.com) yang berjudul, "Bound By Books". Di sana, Mbak Ana bercerita tentang seorang anak SMP yang ingin membeli novel teenlit di Buku Moo tapi harus mengumpulkan uang dulu. Untuk menjawab pertanyaan tadi: saya pasti akan membelikan teman saya buku yang dia inginkan. Akuilah, semua orang menyukai kejutan yang menyenangkan kan? Apalagi kalo pulang ke rumah ada paket isinya buku yang udah lama nangkring di wishlist.
2. Desty
Orang yang menginspirasi saya untuk membaca adalah papa. Sejak kecil, kami selalu dibelikan buku, tapi bukan novel, melainkan non fiksi, ensiklopedia, buku agama, dsb. Suatu waktu, mamaku pulang dari rumah saudara, dan membawa banyaak sekali buku-buku cerita (Lima sekawan, STOP) dan komik (Nina, donald bebek). Katanya itu punyanya tanteku. Sejak saat itu, saya selalu bermimpi untuk bisa membeli lebih banyak buku bacaan. Dan akhirnya kesampaian waktu kuliah (dgn menyisihkan uang saku dari orang tua).
Kalau ada teman yg ga bisa beli buku bacaan saya pasti meminjamkan buku (itu kalau dia mau pinjam). Saya ga mau ngasih duit buat beli buku, karena bisa jadi ntar ga dibeliin buku kan?
3. Fanda
1. Yang menginspirasi aku untuk membaca: kedua ortuku.
2. Sejak kecil aku sudah dikenalkan pada buku, bahkan aku masih menyimpan sebuah buku bergambar (bukan komik) yang dibelikan papa-mama di tobuk bekas ketika aku masih berumur 9 bulan (lihat http://bukubukufanda.blogspot.com/2012/04/fantasi-friday-1.html). Bukan hanya membelikan, ketika aku masih terlalu kecil untuk membaca, mama sering membacakan buku itu (juga komik2 superhero & dongeng2) buatku; aku ingat saat-saat itu adalah salah 1 masa terindah di masa kecilku. Setelah aku bisa membaca, gantian papaku mengenalkan aku ke buku-buku bermutu seperti Pustaka Dasar (pengetahuan umum, terbitan Gramedia), Alfred Hitchcock (Trio Detektif), Enyd Blyton, Tintin hingga Agatha Christie, juga bacaan2 yang mendidik moral dari Mahabharata (versi Kosasih) hingga Winnetou. Jadilah aku tumbuh sebagai seorang yang menganggap bahwa manusia tak dapat berkembang dan mejadi dewasa seutuhnya tanpa kasih sayang dan...buku (berlebihan? tidak buatku!)
3. Terus terang belum pernah bertemu teman yang tak mampu membeli buku, jadi belum terpikir. Kurasa dengan adanya banyak rental, perpustakaan dan ebook gratis, makin banyak orang bisa mengakses buku. ;)
4. A.S. Dewi
Inspirator saya dalam membaca adalah orangtua.
Saya masih ingat, semasa kecil dulu ibu menjaga kami dengan gaya cuek. Jadi beliau mengurung kami dan dirinya dalam satu ruangan, lalu menaruh semua mainan milik kami (cuma saya dan kakak sih waktu itu) serta buku, dan Mama pun akan asyik membaca. Rasa penasaran saya akan buku muncul kala melihat Mama yang larut dalam dunia bukunya itu,saya penasaran semenggoda apakah dunia itu sampai Mama bisa segitu hanyutnya.
Inspirator kedua sekaligus terbesar adalah Ayah.
Jadi gini, waktu saya kecil ortu punya kebiasaan ceritain bedtime story yang dilakukan bergantian oleh mereka (tergantung siapa yg gak sibuk).
Bedtime story-nya ibu saya sih biasalah, tentang si kancil, timun mas, bawang merah bawang putih, Cinderella, pokoknya yang umum.
Bedtime story-nya Ayah yang seruuu. Ayah cerita tentang mitologi Yunani, tentang Zeus & Para Titan, Apollo & Daphne, Cupid & Psyche, sampai ke mitologi India dan Nordic. Kisah2 seperti Mahabrata, Dewa Loki, Valkyrie, dkk itu jadi pengantar tidur saya. Cara bercerita Ayah seru. Saking serunya malah suka lupa tidur dan besok siangnya maksa2 Ayah cerita lanjutannya.
Nah Ayah selalu bilang Ayah tahu banyak cerita keren itu karena Ayah suka membaca. Kurang lebih Ayah bilang gini : "Kalo kamu bisa baca sendiri, pasti lebih seru. Masih banyak lho cerita keren yang belum papa ceritain. Contohnya Oda Nobunaga. Kamu tahu dia kan? Tapi gimana dengan Hideyoshi dan Tokugawa? Pernah dengar nama Hitler, Lenin, Mao Zhe Dong dan pengaruh mereka pada dunia? Papa sih gak ada waktu ceritain itu semua. Kamu aja yang cepat bisa baca trus baca sendiri."
Sebenarnya saya jarang liat Ayah membaca. Rasanya beliau sibuk banget dengan kerjaannya. Kalo pun saya liat Ayah membaca, itu pastilah tentang textbook ato jurnal yang berkaitan dengan kerjaannya. Tapi Ayah memang punya perpustakaan yang mengagumkan. Buku2nya gak terlalu banyak, tapi keren-keren. Penuh dengan ensiklopedi dan buku sejarah. Dan suatu kali dulu, saat saya terkagum-kagum liat tebelnya buku-buku Ayah, beliau pernah bilang : "Wi, mumpung kamu masih kecil, masih punya banyak waktu luang, mending kamu baca buku yang banyak. Makin dewasa, makin sedikit buku yang bisa kamu baca."
Dan kalimat itulah yang bikin saya tetap membaca sampai hari ini. Karena ucapan Ayah benar. Saya ngerasa, makin ke sini makin sedikit jumlah buku bacaan saya dalam setahun. Dan karenanya saya pengen terus membaca selama saya masih mampu.
Untuk pertanyaan kedua, tergantung sih.
Tergantung yang dia butuhkan/mau buku apa? Kalo mudah dicari dan saya mampu belikan, ya saya belikan.
Kalo dia gak mampu beli buku dan saya juga agak mampu beliin yang baru tapi saya punya, ya saya kasi buku saya itu.
Walopun sayang sama buku2 saya, tapi saya juga gak segitu posesifnya. Klo emang ada yg butuh banget, dan saya udah baca, saya sih gak masalah sebarkan. Selama dia pasti baca aja. Kan sakit hati klo buku yg saya kasih cuma dibiarin jadi kolektor debu aja.
5. Ren
Berhubung temanya inspiring people, mencoba share pengalaman membaca. Jujur tidak ada satupun yang menginspirasi aku untuk membaca. Kebutuhan ini sudah kayak mendarah daging. Sejak kecil hal pertama yang aku ingat adalah betapa sukanya aku membaca. Di rumah cuma aku yang kutu buku, adikku cuma suka baca komik dan lebih suka belanja, orangtuaku selalu marah kalau aku kebanyakan baca. Jadi, orang yang menginspirasiku membaca adalah diriku sendiri. Aku yang ga bisa hidup sehari tanpa membaca, tanpa melihat kata - kata, tanpa mengejanya di pikiran. Lalu menjawab point terakhir, jika ada temanku yang kesusahan dalam mendapatkan buku, tentu saja aku bakalan bantu dia. Akan kupinjamkan bukuku, bahkan akan kubelikan buku yang dia mau. Sayangnya, selama ini ga ada yang seperti itu. Teman/rekan sejawat di sekitarku bukanlah maniak baca sepertiku. Sedih juga sih ^^.
6. bacaanbzee
Orang yg pertama kali menginspirasi saya dalam membaca adalah kakak perempuan saya. Apapun yg dia baca selalu dibagi denganku, otomatis bacaan kami sama, dan untungnya sampai sekarang saya tidak menyesal/kecewa dengan pilihannya. Saya menikmati apa yg sudah saya baca sejak masa kecil, dan dengan senang hati akan mengulangnya sekarang.
Orang pertama lainnya (karena saya tidak yakin mana yg duluan) adalah ayah saya yg juga kutu buku. Awalnya beliau hanya membelikan buku untuk kakak saya (yg kemudian dibagi dengan saya), tetapi seiring saya bertambah dewasa, dan koleksi ayah saya bertambah karena membuat perpustakaan, saya kemudian banyak membaca buku2 agama milik ayah saya. Meskipun kebanyakan yg saya baca hanya yg ringan2 saja, tetapi itulah bekal yg paling penting untuk menjalani hidup di dunia.
Kemudian fast forward ke beberapa bulan yg lalu, saat saya kembali dari 'belantara' ke dunia literasi, saya dipertemukan dengan Baca Klasik yg di belakangnya ada kak Fanda dan Melisa. Karena mereka lah saya bernostalgia kembali ke bacaan saya semasa masih dipengaruhi oleh kakak saya. Saya belajar kembali tentang apa itu klasik, yg dulu hanya saya nikmati, kini saya belajar mengkajinya lebih mendalam.
Jika ada teman yg tidak mampu membeli buku, dan dia suka membaca, dengan senang hati akan saya pinjamkan koleksi buku saya. Terutama buku yg saya sukai, senang sekali jika bisa mendiskusikan bersama-sama tentang buku yg disukai. Sekali waktu jika momennya tepat, saya juga akan memberikan hadiah buku yg bagus untuknya. Apalagi sejak bergabung dengan BBI, saya telah merasakan indahnya berbagi.
7. Sabrina
Saya suka membaca karena mungkin saya memang punya gen membaca. Kedua orang tua sama-sama suka baca waktu mereka masih kecil. Saya terinspirasi membaca mungkin karena Mama saya. Dia suka beliin buku sejak saya kecil, jadi sudah besar pun jadi kebiasaan. Sejauh ini saya belum pernah melihat teman yang tidak bisa membeli buku. Teman-teman saya rata-rata tidak suka membaca. Tapi kalau saya melihat orang yang tidak bisa membeli buku, saya akan meminjamkannya atau membelikannya buku jika saya punya uang saat itu.
8. Nyi Penengah Dewanti
Pada saat SMA saya tidak pernah membeli novel atau buku bacaan sejenisnya, ga ada dana, mending buat nyicil beli LKS. Lalu saya kerja ke LN sebagai TKW, di sana kenal dengan kak Mila, dia sering meminjami saya buku, berbekal karena malu pinjam terus saya mulai membeli buku, dan keterusan sampai sekarang, hingga lambat laun membuat saya ingin menciptakan dan menulis buku sendiri
9. peri hutan aka Sulis
Kalau ditilik kebelakang orang yang mengispirasi saya membaca tidak ada, hehe. Soalnya bener-bener g ada panutan. Awal saya mula membaca ketika menemukan buku Mira W: Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat di umpukan buku abah, isenglah dibaca eh ga taunya suka. Trus kelas 5-6 SD suka banget beli majalah ataupun tabloit gara-gara dulu suka banget sama grub band Westlife dan telenovela Amigos, getol banget ngikutin info terbaru mereka. Masuk SMP aku kenal dengan dunia komik, waktu itu iseng ikut temen yang mau minjem komik, penasaran jadi ikut pinjem juga (temen aku ini masuk penginspirasi enggak ya? hehe), masuk SMA aku mulai mengenal dunia teenlit keterusan sampai awal kuliah. Nah, mulainya bener-bener freak sama baca buku itu ketika kuliah, bosen banget dengan pelajaran yang ada, sebagian besar waktu digunakan untuk seneng-seneng, jalan-jalanlah, nonton filmlah. Waktu nyewa film itu, disampingnya ada rental buku, iseng lagi lihat-lihat, nyoba pinjam eh malah keterusan, hampir empat kali sehari pinjam sampai-sampai petugasnya hapal dan aku dapet boneka karena berhasil ngumpulin struk pinjam buku diatas dua ratus ribu sebulan, rekor XD. Jadi, kalau ditanya siapa yang menginspirasi susah, semua serba nggak sengaja. Ada lingkungan, ada keadaan, ada kakak yang mengenalkanku sama genre Historical romance waktu kuliah yang dulu dia juga suka banget nyewa buku dan ketika ketahuan abah aku suka banget beli buku dia jadi bercerita dulu waktu muda dia juga hobi baca buku sejenis Kopingho sampai Mira W. Dari kecil nggak di didik untuk suka baca tapi dengan sendirinya, semua ketidaksengajaan itu aku jadi dekat dengan buku .
Mengapa bisa terpengaruh? Udah aku sebutkan juga di atas, pertama karena bosan. Sejak dulu suka banget nonton film, puncaknya waktu SMA, tapi ketika nonton film uforianya hanya sementara, film selesai udah. Beda ketika berhadapan dengan buku, kita menikmati setiap huruf, setiap kata, setiap kalimat, setiap paragraf, setiap bab. Setelah selesai rasanya nagih, dan baca buku itu nggak ada bosannya walau kadang mood bisa hilang juga. Kedua penasaran. Lihat temenku pinjam komik, lihat temenku bawa buku teenlit di sekolah, lihat kakakku asik baca buku romance, ak jadi penasaran, apa bagusnya sih? Kita nggak akan tahu kalau tidak merasakan sendiri bukan? Ketika, mungkin darah suka membaca udah mengalir di dalam diriku kali ya #hasyah XD, dilihat dari masa lalu abah yang ternyata suka baca juga walau nggak pernah membelikanku buku bacaan .
Melihat seseorang nggak bisa beli buku, sama . Dari dulu aku nggak pernah minta uang sama ortu buat beli buku, dari dulu mereka sudah bertihtah, silahkan baca tapi nggak menyarankan beli, pinjamlah. Dan kalau mau beli pakai uangmu sendiri. Bukannya mereka pelit, mereka maunya membelikan buku kalau buku pelajaran saja, untuk sekolah/pendidikan mereka mau mengeluarkan uang berapa pun, kalau buat beli novel suruh beli sendiri, malang nian nasibku :(. Dari dari situ aku belajar harus benar-benar bisa memilah buku mana yang bener-bener aku sukai dan ingin aku koleksi, makanya aku lebih sering pinjam buku daripada beli buku. Apalagi jaman masih sekolah, godaan jalan-jalan, jajan, beli aksesoris, baju, tas, sepatu, apalagi anak cewek, behhhh, nggak akan cukup itu uang saku. Jadi, buat sesama teman yang nggak mampu beli buku langkah yang paling manjur adalah PINJAM, nggak haram kok, haramnya kalau nggak dibalikin XD. Boleh minjam buku darimana saja, teman, perpus, taman bacaan atau rental selama itu bisa membuat kita puas, banyak cara kok untuk membaca buku, nggak perlu pergi ke Roma . Sekarang pun udah banyak tempat yang menyediakan pinjam buku gratis selain perpus sekolah atau perpus sekolah. Misalnya kalau online kita bisa pinjam buku gratis di pinjambuku.org atau buat yang berdomisili di Solo mampirlah ke Ganesha bukunya lumayan komplit. Hidup Pinjam
10. M Isnaini
Inspirasi membaca datang dari diri saya sendiri. Sebagai jurnalis sekaligus dosen, membaca adalah sebuah keharusan. Hal ini juga yang saya tekankan pada mahasiswa saya. Tentu, bila ada teman yang tidak mampu beli buku, akan saya bantu, meskipun sebenarnya, kondisi ini (tidak/kurang mampu beli buku) sangat sulit ditemui, apalagi di Jakarta
11. FJ
Namanya Fitri, tapi biasa dipanggil Fifit oleh kebanyakan orang. Aku mengenalnya ketika aku pindah sekolah dari SMP ke MTs.
Bisa dibilang kami langsung akrab. Kami bisa mengobrol banyak hal--termasuk pelajaran yang bikin alergi kebanyakan teman-teman kami. Hingga aku menyinggung soal Harry Potter. Dia bilang dia punya novelnya dan berjanji untuk membawa salah satu novelnya ke sekolah besok.
Buku HP yang dibawanya adalah Harry Potter and the Goblet of Fire.
Saat itu aku sedang berada dalam titik rendah kehidupanku. Tapi setelah membaca kisah Harry Potter, aku merasa malu. Malu sebab Harry masih bisa tabah padahal masalahnya lebih gawat dariku. Dan tidak sepertiku, di benaknya sama sekali tidak terlintas pikiran untuk menutup buku kehidupannya.
Semenjak saat itu aku suka membaca buku.
Setiap menyelesaikan sebuah buku bagus, aku ingin sekali membagikan pada dunia dengan menuliskannya dalam sebuah review di blog atau goodreads. Tapi ketika mendapati sebuah komentar "...tapi harganya itu loh, nggak kuat" dan sejenisnya, percayalah, aku tahu rasanya jadi orang itu.
Dalam beberapa kesempatan, aku akan mengajaknya (orang yang merasa nggak kuat beli buku), untuk mengikuti jejakku. Yakni, jangan terpaku pada beli buku sendiri. Kenyataannya, 85% lebih koleksi bukuku adalah hadiah. Kebanyakan dari ikut giveaway dan kuis-kuis di twitter. Banyak lho orang-orang baik yang mengadakan giveaway dan beberapa penerbit Indonesia setiap minggu selalu mengadakan kuis berhadiah buku melalui social media. Saran aku kalau mau ikutan kuis atau giveaway, jangan mudah kecewa. Kalah itu kadang bikin... Kalau istilahnya sekarang, nyesek. Tanamkan dalam diri kamu bahwa buku itu (hadiah giveaway) memang belum ditakdirkan untuk kamu baca atau isi buku itu mungkin tidak berguna dalam kehidupanmu atau mungkin isinya bisa kamu temukan di buku lain.
12. Ally
Orang yang menginspirasi aku jadi suka baca tuh ada dua. Pertama dosen filsafat waktu kuliah dulu. Namanya Pak Rahmat. Setiap ngajar, beliau selalu bawa beberapa buku baik yang terkait dengan materi yang beliau ajarkan maupun hanya sekedar "pamer" ke Mahasiswa. Dan selalu ngasih tahu kalau itu adalah beberapa dari banyak buku koleksinya. Yah, beliau selalu mendorong semua mahasiswanya untuk membaca lebih banyak.Satu kalimat dari beliau yang selalu aku kutip sampai sekarang "Membaca itu Menyenangkan".Kalimat itu jadi mantera kalau aku lagi males baca textbook padahal ujian dah dekat. Walau nggak sampai baca sebanyak sekarang, tapi beliau yang buat aku jadi sering ke perpustakaan untuk nyari referensi. Jadi rajin baca textbook yang udah dibeli. Beliah juga sempat buat aku berdecak kagum, pas ngaku kalau Beliau juga baca Harry Potter. XD
Nah,orang yang kedua tuh Kobo (bukan nama sebenarnya). Salah satu member Kubugil yang kecepatan bacanya tuh hebat banget. Awalnya sih cuman bertukar informasi tentang buku Torey Hayden. Kemudian hari dia ngasih tahu aku buku-buku yang keren apa aja. Dan benar saja, semua buku rekomendasinya benar-benar bagus ceritanya. Kalau Kobo dah bilang satu buku, aku pasti beli. Yang buat aku bisa jadi kutubuku khususnya buku-buku fiksi macam sekarang, nggak lain juga karena Kobo.
Seingatku sih nggak pernah nemu orang yang tidak mampu membeli buku. Yang ada tuh orang-orang yang nggak mau beli buku padahal mampu, dan akhirnya malah minjem buku. Tapi kalau pun ketemu orang-orang yang nggak mampu, mungkin aku bakal ngasih pinjem koleksiku.
13. Sinta Nisfuanna
1. orang yang telah menginspirasi Anda membaca
Bingung mau menjawab apa, karena saya suka membaca karena sekolah menuntut untuk membaca [apa sekolah termasuk siapa?] Awal-awal gemar membaca majalah anak-anak, keluarga sekitar saya tidak ada yang suka membaca
2. mengapa Anda terpengaruh padanya
-
3. apa yang Anda lakukan bila melihat ada teman/rekan yang tak mampu membeli buku/bacaan?
meminjamkan koleksi, atau memberikan buku yang mungkin malah jadi sia-sia kalau hanya teronggok di lemari saya
14. Astrid
Sebenarnya aku tidak tahu pasti siapa yang menginspirasiku untuk senang membaca buku. Rasanya membaca buku sudah menjadi bagian dari hidup saya sejak lamaaa sekali. Namun kalau diingat-ingat, perjalanan ke toko buku bersama Mama lah yang membuat aku jatuh cinta pada buku pertama kalinya. Kecintaan itu makin bertambah sejak aku menemukan koleksi buku Mama di loteng rumah, tumpukan Agatha Christie yang tampak mengintimidasi namun sekaligus membuat penasaran. Rumah kami tak pernah sepi dari buku, hingga sekarang pun Mama masih rajin ke toko buku dan membaca, meski bacaannya lebih berkisar pada buku-buku arsitekturnya, sesuai profesinya saat ini. Mama memperkenalkanku dengan dunia yang menakjubkan, dan meski selera kami berbeda, kecintaannya pada bukulah yang menjadikanku seperti sekarang ini. Mama mengajarkanku bahwa tak pernah ada kata terlambat untuk memperluas dunia kita melalui buku.
Karena buku sudah menjadi bagian duniaku, sulit rasanya membayangkan ada orang-orang yang tidak mampu membeli buku bacaan. Aku termasuk orang yang tidak pernah pelit meminjamkan bacaan, selama memang orang yang dipinjami mencintai buku sepertiku. Beberapa kegiatan menyumbang buku yang makin marak akhir-akhir ini juga menjadi salah satu jalan untuk mengabulkan keinginan para pencinta buku yang tak seberuntung aku. Mudah-mudahan kecintaan mereka pada buku tak pernah luntur. Seperti Mama yang selalu menjadi inspiratorku.
15. Hobby Buku aka Maria
Mmm...jika harus memilih 1 nama orang mempengaruhi kegemaranku membaca, maka oarng tersebut adalah mama-ku. Dulu, saat pertama kali belajar membaca&menulis, beliau kesulitan mengajari diriku, padahal beliau sendiri seorang pengajar. Entah mengapa bagiku, huruf-huruf yang ada didepan mata, tidak bisa dipahami. Kemudian setelah melalui proses yang cukup lama serta kerja keras, kemampuan baca juga sudah memadai, timbul masalah baru, pergaulan anak-anak yang membuat diriku tak lepas dari godaan&iming2 berbagai mainan (syukur blm ada gadget saat itu ). Dengan akalnya, beliau menggiring diriku untuk meraih prestasi masuk ranking di kelas dan bisa dengan bebas memilih bacaan di tobuk Gramedia (hanya boleh beli buku, tidak boleh mainan atau sejenisnya). Berbekal prinsip tidak mau rugi, maka daripada tidak mendapat hadiah sama sekali, jadilah diriku berburu buku mulai dari karya Enid Blyton, Alfred Hitchcock, dll. Maka tanpa sadar, hal ini terus berlanjut hingga remaja. Keuntungan lain yang kudapat dari koleksi buku itu, banyak teman-teman yang suka pinjam semasa SD, dan akhirnya kusewakan setiap weekend kepada mereka, uangnya dikumpulkan kemudian bisa digunakan untuk membeli buku-buku lain yang kusukai (prinsip tidak mau rugi ternyata tertanam sejak kecil hehe, tapi juga karena kesadaran bahwa kedua orang tua bukan orang kelas menengah keatas yang mampu memberikan setiap keinginanku). Saat menginjak SMP, melalui perpustakaan sekolah diriku mulai mengenal literatur asing yang menggoda, dan sekali lagi karena tak mampu membelinya (tidak tahu juga carinya dimana), maka aku mengikuti program barter-buku dan support anak kurang mampu. Setiap buku/majalah yang masih bagus tapi tidak mau dikoleksi lagi, bisa disumbangkan melalui yayasan sekolah, dan sebulan sekali, diadakan undian pesertanya, yang beruntung akan dapat edisi asli buku-buku klasik anak-anak. Kegiatan menyumbang buku ini sempat terhenti semasa SMA, berlanjut saat kuliah lewat anak asuh (program pendek, sebulan sekali). Saat bekerja di bidang SDM, bacaan merupakan bahan utama, terutama untuk membantu support rekan-rekan diluar Jawa. Maka mulainya pencarian dan perkenalan dengan pihak tobuk terkait hingga penerbit untuk memperoleh buku-buku dengan harga miring untuk meringankan mereka yang berada diluar Jawa. Tak disangka perjalanan itu membuatku mampu memiliki 'semacam' online-book-shop, dan kini tantangan baru muncul, melalui dunia maya, melalui dunia blog, kuingin menyebarkan kesukaan akan bacaan yang lebih luas. Sungguh beruntung ada salah satu wadah yang tepat, yaitu BBI, yang memudahkan hubungan serta berita tentang perbukuan. Sebelum kututup penjelasan panjang lebar ini, satu hal yang ingin ku-kutip : Jika ingin memancing kesukaan membaca yang lebih lama, berikan waktu Anda untuk menjelaskan serta tak pernah bosan memberikan inputan, buat challenge sehingga 'hadiah' akan jauh lebih bermakna daripada sekedar pemberian karena kasihan belaka.
16. Tezar
Pertama-tama saya mau menyebutkan bahwa saya termasuk lambat dalam membaca. Sampai kelas 1 SD bahkan saya belum bis amembaca. Mungkin guru SD saya sudah bilang kepada orang tua saya. Dan tiba suatu hari, sepulang kerja, ayah saya, membawa sekumpulan kartu. Kartu itu ternyata berupa kartu-kartu bertuliskan huruf, untuk saya belajar membaca. Lambat laun, karena bentuknya yang unik, saya jadi semakin senang bermain dengan kartu tersebut. Dan Lama-kelamaan, huruf demi huruf, akhirnya saya semakin hafal, dan memudahkan saya untuk membaca. Karena itu untuk 2 pertanyaan pertama, saya memilih Ayah sebagai tokoh yang menginspirasi. Dan yang kedua dengan cara mengenalkan kepada saya cara untuk bisa membaca. Kebetulan saat ini, saya sedang membaca buku Bukuku Kakiku. Buku ini berisi berbagai pengalaman tokoh terkait dengan buku sebagai bacaan. Dan mayoritas memang menyebutkan orang tua sebagai pijakan mereka untuk mengenal buku. Untuk jawaban pertanyaan nomer 3, terkait rekan/teman yang tidak memiliki kemampuan finansial untuk membeli buku, saya sarankan untuk bis amengunjungi sumber buku sendiri, yang bisa diakses semua orang: Perpustakaan. Banyak yang tak tahu letak perpustakaan umum di daerahnya, bahkan tak tahu kalau daerahnya memiliki perpustakaan. Ini yang masih banyak belum tersosialisasikan. Seolah-olah dana pemerintah tak berguna, begitu melihat tumpukan buku teronggok begitu saja di perpustakaan. Perpustakaan, adalah surga bagi pecinta buku. Banyak buku bagus di sana. Kita bis alebih kaya ilmu jika mau meluangkan wkatu rutin ke sana. Oleh karena itu, jawaban saya adalah: kunjungi perpustakaan. Perpustakaan selalu terbuka untuk penggila buku, kaya ataupun miskin. Yang mampu beli buku atau tidak.
17. orybun aka Alvina
Mama adalah orang yang paling pertamakali menginspirasi saya untuk membaca. Mengapa dia? Saat ia masih hidup, saya ingat ada banyak koleksi komik yang dibelikan setiap saya naik kelas, jadi juara, atau sekadar saat jalan-jalan ke Gunung Agung. Pun ketika Mama sudah meninggal, semua koleksinya alhasil berpindah tangan ke saya, anaknya yang paling suka membaca. Sempat ingin dikiloin sama Papa, tapi saya melarang keras, akhirnya buku-buku beliau ikut bersama saya dari Jakarta ke Magetan, sebuah kota kecil di Jawa Timur. Sebagian besar hanya bundelan majalah, koleksi Mira W atau novel seri Wiro Sableng yang sudah menguning kertasnya. Tapi dengan itu saya tau bahwa dengan mengoleksi buku, kelak saya punya sesuatu yang bisa saya wariskan untuk anak-anak saya. Buku yang akan menceritakan seperti apa kesukaan saya, pesan-pesan kehidupan yang awet sepanjang masa yang termaktub dalam buku-buku koleksi saya, atau sekadar hiburan ketika mereka kelak butuh keceriaan saat saya tiada.
Bila ada teman yang tidak sanggup atau tidak mampu membeli buku bacaan, maka yang akan saya lakukan adalah meminjaminya buku yang saya miliki dan ia suka. Mungkin sesekali membelikan kejutan untuknya dengan diam-diam, seperti sebuah buku yang sangat ia impikan. :)
18. Kilas Buku aka Fadhilatul Muharam
Sejak kecil saya sudah senang membaca buku. Ayah saya yang menurunkan kebiasaan ini. Ketika kecil saya selalu diajak mengunjungi toko buku dan dibelikan berbagai buku cerita dan majalah kesukaan saya. Bahkan di rumah pun ayah memiliki berbagai banyak buku dan majalah yang yaa meski tidak tertata rapi. Dan saya selalu saja mencari bacaan-bacaan yang ada di rak buku ayah, meski sebenarnya saya tidak pernah mengerti topik bahasannya. Begitulah cara ayah menginspirasi saya membaca. Yang paling menyenangkan adalah ketika para sepupu sedang berkumpul di rumah saya dan kami berlomba-lomba mengambil buku di rak ayah dan membaca dengan tenang.
Melihat orang lain yang kurang mampu membeli buku membuat saya merasa sedih. Pernah suatu hari seorang teman tidak dapat membeli buku yang akan ia gunakan dalam skripsi, saya berusaha membantu teman sebisa mungkin dengan setidaknya membelikan dirinya sebuah buku, namun sayang ketika itu ia tidak ingin menggunakan buku yang sudah terlanjur saya beli. Well, tak apa, saya justru senang dengan setidaknya memiliki niat membantu teman meski kurang terwujud saat itu. :)
Dan sebenarnya sejak dulu, saya sudah mengidamkan untuk memiliki Taman Bacaan khususnya bagi anak. Nanti ketika berkeluarga meski berperan sebagai seorang istri dan ibu, saya akan mampu memberi manfaat kepada masyarakat dengan taman bacaan yang saya (akan) miliki. Semoga terwujud, Aamiin.
PS. Saya juga mendukung program blogger hibah buku seperti salah satunya yang dilakukan Mbak Anazkia.
19. Melody Violine
Orang yang menginspirasi saya untuk membaca adalah sepupu saya. Dia punya komik banyak sekali (di mata saya sewaktu kecil itu) dan memperkenalkan saya kepada rental2 buku langganannya. Kalau ada teman yang suka membaca tapi tidak mampu menimbun, eh, membeli buku, saya sarankan agar ia menyewa di rental buku.
20. Nana
Orang yang menginspirasiku untuk suka membaca adalah temanku dulu waktu kuliah S1, namanya Anto. Dia memang suka membaca sih, tapi yang membuatku terinspirasi justru bukan hobi membacanya, tapi omongannya tentang membeli buku. Dulu aku sedang mengeluh karena salah membeli buku kuliah. Harga buku itu lumayan mahal, jadi aku lumayan kesal juga. Tapi dia hanya menepuk bahuku dan bilang: "Na, beli buku itu nggak pernah nggak berguna. Baca aja, pasti kamu akan dapat manfaatnya suatu hari nanti. Jangan pernah menyesal mengeluarkan uang karena membeli buku." Dan benar, walau buku itu tidak aku perlukan ketika kuliah, tapi ketika kerja aku justru memerlukan buku itu. Aku bersyukur sudah membeli buku itu. Omongan temanku itu selalu aku ingat dan sejak itu aku tidak pernah membatasi untuk membeli dan membaca buku yang aku rasa menarik atau aku rasa aku perlu untuk membacanya.
Banyak baca tentu berarti banyak buku yang menimbun di rak buku. Biasanya buku-buku seperti itu aku jual lagi dengan harga murah *suka aku jual di blogku lhooo* atau aku sumbangkan. Mamaku kebetulan adalah seorang guru les untuk anak-anak tidak mampu di gereja dan aku juga suka membantu. Mama dan aku banyak menemukan anak-anak yang tidak mampu mengerjakan soal matematika dalam bentuk soal cerita karena mereka jarang membaca. Jangankan untuk beli buku bacaan, untuk biaya hidup saja mereka sulit. Oleh karena itu, biasanya buku-buku novel teenlit yang ringan-ringan kusumbangkan ke murid-murid mamaku agar bisa mereka baca. Aku dan mama juga suka memborong buku-buku anak-anak murah meriah di bazar-bazar buku untuk diberikan pada mereka.
Aku sudah merasakan manfaat membaca dan rasanya memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menikmatinya juga sangat menyenangkan.
--end--
Dan setelah bersemedi, Juri memutuskan komentar terfavorit adalah dari:
Alvina.
Selamat!
Saya mengucapkan terimakasih pada rekan-rekan yang sudah meluangkan waktu dan berbagi di sini. Saya percaya bukan hanya saya saja yang terberkati, namun orang-orang yang berada di sekeliling Anda semua. Tetaplah menginspirasi. Mari jadikan dunia lebih baik dengan keberadaan kita.
Sampai jumpa di giveaway tahun depan
Salam baca
Helvry
2 komentar
Oryy... selamattt....
BalasHapus:D
-kilasbuku-
sip sip sip
BalasHapus