Judul Asli: The Virgin Blue
Penulis: Tracy Chevalier
Alih Bahasa: Lanny Murtiharjana
Ilustrasi dan desain sampul: Dina Chandra
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Juli 2006
360 hlm; 23 cm
ISBN: 9792221662
Inilah buku kedua Tracy yang saya baca setelah The Lady and The Unicorn. Sepertinya Tracy menggunakan wanita sebagai tokoh sentral dalam karya-karyanya. Membaca buku ini, kita dibawa kembali ke alam-alam pedesaan dan pertanian Prancis pada awal abad 16. Sepertinya tidak seru bila tidak didahului dengan konteks historis.
Latar Belakang
Sebuah gerakan yang awalnya mengkritisi kebijakan gereja (katolik Roma). Seorang bernama Martin Luther memulai gerakan itu di Jerman pada tahun 1517. Pokok-pokok yang dipertanyakannya adalah mengenai remisi atas dosa yang dapat diperjualbelikan serta tidak diperbolehkannya menerjemahkan Alkitab dari bahasa latin ke bahasa lainnya. Hal itu dinilai tidak fair, manakala tidak semua orang (terutama orang awam) mengerti bahasa latin. Gerakan ini dinamakan dengan nama Reformasi. Karena gerakan memprotes kebijakan gereja (katolik) itulah maka aelanjutnya Luther dan pengikutnya dinamakan Protestant.
Raja Henry VIII dari Inggris pertama kali tidak setuju dengan gerakan Luther. Ia khawatir dengan bahwa bila orang akan 'menyerang' gereja maka suatu saat akan menyerang monarki. Namun ia berubah pikiran ketika Pope Clement VII-Pemimpin tertinggi gereja Katolik di Roma- menolak membatalkan pernikahannya dengan Catherine of Aragon. Sebelumnya Catherine telah menikah dengan saudara Henry VII yaitu Raja Arthur. Namun pernikahan Catherine dan Raja Arthur hanya lima bulan, sebab Raja Arthur meninggal dunia dan kemudian Catherine menikah dengan saudaranya, Henry VIII. Pada dasarnya Henry VIII ingin mempertahankan dinasti Tudor, dengan mencari keturunan laki-laki. Pernikahannya dengan Catherine mendapatkan seorang putri. Akhirnya, Henry VIII memutuskan memisahkan gereja Inggris dengan Gereja Katolik Roma, dan pada tahun 1534 ia mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin tertinggi gereja sekaligus pemimpin tertinggi negara. Henry VIII akhirnya membolehkan Alkitab bahasa Ibrani untuk diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan digunakan di seluruh gereja di Inggris.
Penulis: Tracy Chevalier
Alih Bahasa: Lanny Murtiharjana
Ilustrasi dan desain sampul: Dina Chandra
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Juli 2006
360 hlm; 23 cm
ISBN: 9792221662
Inilah buku kedua Tracy yang saya baca setelah The Lady and The Unicorn. Sepertinya Tracy menggunakan wanita sebagai tokoh sentral dalam karya-karyanya. Membaca buku ini, kita dibawa kembali ke alam-alam pedesaan dan pertanian Prancis pada awal abad 16. Sepertinya tidak seru bila tidak didahului dengan konteks historis.
Latar Belakang
Sebuah gerakan yang awalnya mengkritisi kebijakan gereja (katolik Roma). Seorang bernama Martin Luther memulai gerakan itu di Jerman pada tahun 1517. Pokok-pokok yang dipertanyakannya adalah mengenai remisi atas dosa yang dapat diperjualbelikan serta tidak diperbolehkannya menerjemahkan Alkitab dari bahasa latin ke bahasa lainnya. Hal itu dinilai tidak fair, manakala tidak semua orang (terutama orang awam) mengerti bahasa latin. Gerakan ini dinamakan dengan nama Reformasi. Karena gerakan memprotes kebijakan gereja (katolik) itulah maka aelanjutnya Luther dan pengikutnya dinamakan Protestant.
Raja Henry VIII dari Inggris pertama kali tidak setuju dengan gerakan Luther. Ia khawatir dengan bahwa bila orang akan 'menyerang' gereja maka suatu saat akan menyerang monarki. Namun ia berubah pikiran ketika Pope Clement VII-Pemimpin tertinggi gereja Katolik di Roma- menolak membatalkan pernikahannya dengan Catherine of Aragon. Sebelumnya Catherine telah menikah dengan saudara Henry VII yaitu Raja Arthur. Namun pernikahan Catherine dan Raja Arthur hanya lima bulan, sebab Raja Arthur meninggal dunia dan kemudian Catherine menikah dengan saudaranya, Henry VIII. Pada dasarnya Henry VIII ingin mempertahankan dinasti Tudor, dengan mencari keturunan laki-laki. Pernikahannya dengan Catherine mendapatkan seorang putri. Akhirnya, Henry VIII memutuskan memisahkan gereja Inggris dengan Gereja Katolik Roma, dan pada tahun 1534 ia mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin tertinggi gereja sekaligus pemimpin tertinggi negara. Henry VIII akhirnya membolehkan Alkitab bahasa Ibrani untuk diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan digunakan di seluruh gereja di Inggris.