The Unknown Errors of Our Lives

Minggu, April 17, 2011

The Unknown Errors of Our Lives: Kesalahan-Kesalahan yang Tidak Diketahui dalam Hidup Kita
by Chitra Banerjee Divakaruni
illustrator: Satya Utama Jadi
Translator: Gita Yuliani K.
Paperback, 264 pages
Published February 2010 by PT. Gramedia Pustaka Utama (first published 2001)
ISBN13 9789792253689

Selama masih hidup di dunia fana ini, kita tidak akan luput dari kesalahan. Dari kesalahan yang dilakukan, terbagi menjadi kesalahan yang disadari maupun kesalahan yang tidak disadari. Orang bijak adalah orang yang belajar dari kesalahan.

Pernahkah anda memasuki suatu lingkungan baru yang sama sekali berbeda sekali manusia maupun sosialisasinya dengan lingkungan sebelumnya? Pernahkah merasakan dimana lingkungan baru tersebut begitu menyesak, sehingga setiap hari terasa lama dan itu membuatmu malas untuk bangun pagi, karena hari yang membosankan akan segera dimulai.



Buku karangan Divakaruni ini, bukanlah semacam karya baru di dunia sastra yang menggambarkan hubungan antara India-Amerika. Karya lain yang turut menceritakan bagaimana kehidupan imigran India di Amerika misalnya adalah film My name is Khan, atau novel Midnight’s Children pada tahun 1981 karya Salman Rushdie, Namesake karya Jhumpa Lahiri.

Mengapa terjadi imigrasi ke Amerika? Sebelum ada amandemen mengenai kebijakan keimigrasian pada tahun 1965,sebagian besar imigran yang masuk Amerika adalah pendatang dari negara-negara Eropa. Dalam salah satu artikel di www.theatlantic.com , James Fallows menyatakan kuota yang tidak adil ini sebagai 'jumlah terbesar ras' didalam masyarakat Amerika. Setelah kebijakan dibuat, pendatang dari dunia ketiga ikut meramaikan "bursa" imigran di Amerika. Selain itu, Amandemen UU Imigrasi mengatur bahwa imigran tidak harus dari etnik tertentu, melainkan karena hubungan kekeluargaan. Hal ini berarti orang di luar Amerika yang mempunyai hubungan darah secara langsung dengan warga negara amerika mendapatkan kemudahan untuk dapat masuk ke Amerika. Tanpa batasan, setiap orang yang disponsori oleh keluarga warga Amerika, apakah dia seorang yang tidak berpendidikan, orang tua, pengangguran mendapat hak khusus untuk masuk ke Amerika.

Mengapa Amerika yang menjadi tujuan? Amerika Serikat bagaimanapun tetap menjadi tujuan utama bagi imigran, dengan 42,8 juta pada 2010, sekitar 20 persen dari jumlah imigran di seluruh dunia.Negara lainnya dengan penduduk kelahiran asing yang tinggi mencakup Rusia, Jerman, Arab Saudi, Kanada, Inggris, Spanyol, India dan Ukraina, menurut IOM (International Organization for Migration). Selain itu menurut IOM, Pada 2025 orang-orang muda yang memasuki angkatan kerja di negara-negara berkembang akan melampaui angkatan kerja total sekarang ini di negara-negara industri. Di masa mendatang, bukan hanya Amerika, Ekonomi-ekonomi yang tumbuh dengan cepat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin itu menjadi semakin populer sebagai negara-negara tujuan pekerja imigran.

Data-data jumlah Imigran
Wikipedia menulis sebagai berikut.
Sejak liberalisasi kebijakan imigrasi tahun 1965, jumlah imigrasi generasi pertama yang menetap di Amerika Serikat telah berlipat empat dari 9.6 juta jiwa pada 1970 menjadi 38 juta jiwa pada 2007[4] 1.046.539 jiwa mengalami naturalisasi sebagai warga negara AS pada 2008. Negara emigran terbesar ke Amerika Serikat adalah Meksiko, India, dan Filipina.


Di samping karena hubungan keluarga yang menyebabkan emigrasi dari India ke Amerika, istilah lain yang dikenal adalah brain drain atau human capital flight. Human capital flihgt yaitu emigrasi dalam jumlah yang cukup besar oleh individu yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang tinggi. Alasan utama beremigrasi yaitu karena alasan kesempatan pekerjaan yang kurang di negeri sendiri, kekacauan politik, resesi ekonomi, pengaruh keluarga, keinginan untuk hidup lebih sejahtera). Menurut Aaron Chaze (2007), yang melakukan penelitian di 61 negara berkembang, dimana sebagian besar para braindrainer memilih bermigrasi ke negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), terutama Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Perancis, dan Jerman. Saat ini terdapat sebanyak 50.000 (5%) dokter India yang bekerja di negeri Paman Sam serta ratusan ribu manajer, teknisi, dan ahli komputer bekerja di Microsoft, McKinsey & Company, Citigroup, dan berbagai firma teknologi informasi di kota-kota metropolitan Amerika.

UNDP memperkirakan, India kehilangan sekitar dua miliar dollar AS per tahun akibat migrasi teknisi dan ahli komputer, yang diperkirakan mencapai 2,2 juta orang sampai akhir tahun 2008. Bagaimana dengan Indonesia? Beruntung, Indonesia termasuk yang paling rendah, yakni kurang dari 5% dari golongan terdidik yang bermigrasi ke negara-negara maju.

Selama lebih dari 30 tahun yang lalu. India secara rutin merupakan negara pengekspor tenaga muda yang terampil ke negara-negara maju. Dimulai pada awal tahun 1960-an, lulusan terbaik dari Indian Institute of Technology (IITs) meninggalkan India dalam jumlah yang cukup besar untuk kemudian bekerja pada Silicon Valley, Amerika Serikat. Saat ini, komunitas India di Amerika, baik imigran maupun mereka yang terlahir di sana, merupakan komunitas dengan proposi cukup besar sehingga dianggap mewakili populasi asal Asia. Kini para profesional asal India tersebut telah menguasai sedikitnya 8.000 perusahaan di bidang komunikasi, informasi dan teknologi di kawasan Silicon Valley dengan pemasukan sebesar US$ 4 miliar ditambah dengan penyediaan lapangan kerja sebanyak 17.000 kursi.

Fenomena ini mau tidak mau membawa dampak terhadap kehidupan hubungan sosial antar bangsa Amerika dan India. Divakaruni menuliskan bagaimana orang India berhadapan dengan budaya baru bagi mereka, serta tantangan dari dalam maupun dari luar diri mereka. Keluarga. Inilah tema yang paling kontekstual dengan budaya Orang Timur. Sebagaimana bangsa Indonesia, orang india tetap menempatkan keluarga dalam posisi penting dalam kehidupan mereka. Walau kadang efek negatifnya ialah konflik-konflik muncul karena hubungan dekat itu sendiri.

Seandainya saja ditulis dalam konteks Indonesia yang bermigrasi ke Amerika, saya rasa tidak sulit memahami kumpulan cerpen ini. Jujur saya akui, saya harus membaca ulang, agar mendapat inti ceritanya. Apalagi, Divakaruni menambahkan istilah-istilah Bengali yang membuat saya melewati begitu saja.


Buku ini terdiri dari sembilan cerpen, yaitu:
1. Nyonya Dutta menulis surat
2. Kecerdasan Benda-benda Liar
3. Kehidupan Orang-orang Asing
4. Cinta Seorang Pria baik
5. Apa yang Diketahui Tubuh
6. Anak-anak yang Terlupakan
7. Masa Kaktus yang Berbunga
8. Kesalahan-kesalahan yang Tidak Diketahui Dalam hidup kita
9. Nama-nama Bintang dalam Bahasa Benggali

Dari kesembilan cerita pendek karangan Divakaruni ini, semuanya bertokoh utama perempuan yang karakternya berbeda-beda sesuai perannya sebagai: ibu mertua, putri, ibu rumah tangga, kakak perempuan, yang mengalami pergulatan yang cukup serius akibat perbenturan kebudayaan dan tradisi India terhadap mereka, anak mereka, di tempat tinggal baru, Amerika.

Cara menyampaikan Divakaruni sungguh memesona. Nyonya Dutta menceritakan kisah hidupnya selama di Amerika yang tinggal bersama anak dan menantunya lewat surat kepada sahabatnya di India. Divakaruni menggambarkan betapa Nyonya Dutta merasakan hidup di apartemen sungguhlah begitu berbeda dengan kehidupan di India. Divakaruni dengan penuturan khas (khas India kali ya) menuliskan Kasih seorang kakak pada adiknya, kehangatan keluarga jauh lebih berharga dari kehidupan yang serba teratur, memaafkan pengalaman masa kecil yang pahit, cinta itu universal-di benua manapun tetap ada-meraih kebahagiaan merupakan keputusan diri, kebahagiaan dan kesedihan sepertinya saling bergantian mengisi hidup kita, tinggal bagaimana menghadapinya sesuai waktu masing-masing, saat kau pulang kampung dengan membawa cucu ke orang tuamu, perhatikan bahwa kau melihat masa kecilmu di sana.

Dari kumpulan cerpen beliau ini, kita dapat mengetahui bahwa wanita (masih) menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga orang India. Atas dasar itu, ia mendirikan semacam LSM, yang bernama Maitri pada tahun 1991, lembaga itu berperan mendampingi wanita khususnya yang dari Asia Selatan yang menjadi korban kekerasan. Dan dari wawancara diketahui bahwa wanita yang datang ke Maitri itu adalah sumber inspirasinya menulis tentang imigrasi, terutama wanita imigran asal Asia Selatan.

Buku ini cocok didiskusikan. Terutama yang berkaitan dengan isu imigran, jender, budaya, hubungan manusia. Saya berandai dari penulis kita juga turut memberi kontribusinya dalam bentuk pengabdian di LSM. Turut prihatin dengan banyaknya kasus kekerasan pada wanita yang tidak tersuarakan.

Empat bintang.

--------------------------------
Chitra Banerjee Divakaruni pada Tahun 1976 meninggalkan kampung halamannya di Calcutta, India untuk tinggal di Amerika, saat itu ia berusia 19 tahun. Kumpulan cerpennya, Arranged Marriage, dianugerahi American Book Award pada tahun 1995, dan dua novelnya The Mistress of Spices dan Sister of My Heart telah difilmkan.

Atas kisah hidupnya itulah Divakaruni berpesan pada imigran seperti dirinya supaya berjuang untuk menciptakan kehidupan baru. Divakuruni mengatakan bahwa kehidupan sebagai imigran sangat-sangat sulit, namun justru itu yang membuatnya sebagai sumber inspirasi. " Kita melukis dari dua budaya, dengan dua paket cara pandang dunia. Ia menyimpan kenangan itu dalam puisi, novel, dan juga cerita pendek. Puisinya adalah Black Candle and Leaving Yuba City. Karya fiksinya sendiri telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa, termasuk Belanda, Ibrani, Indonesia dan bahasa Jepang.

Sumber bacaan:
http://library.thinkquest.org/07aug/00782/id/how-third-world.html
Artikel Ilmiah BRAIN DRAIN, MASALAH BESAR BAGI NEGARA BERKEMBANG* *Oleh: Hariyanto Jurusan EP FE Universitas Sebelas Maret Surakarta
http://en.wikipedia.org/wiki/Chitra_Banerjee_Divakaruni
Words matter: conversations with Asian American writers Oleh King-Kok Cheung
http://id.wikipedia.org/wiki/Imigrasi_ke_Amerika_Serikat
http://www.antaranews.com/berita/1291069734/jumlah-imigran-dapat-meningkat-menjadi-405-juta-pada-2050

You Might Also Like

5 komentar

  1. Belum baca yg ini. Ada unsur magic realism-nya juga gak? Aku rada malas kalo ada, yg Palace of Illusions kubaca semata2 karena unsur Mahabarata-nya

    BalasHapus
  2. kayaknya nggak ada mbak. kalau ada pun, mungkin kebudayaan india emang kayak gitu. :d

    BalasHapus
  3. I do like this, thanks for the info :c

    BalasHapus
  4. @Ananda: you're welcome. Thanks for visiting :)

    BalasHapus
  5. wah resensi ini kaya akan info2 sejarah, jd bisa belajar banyak ttg imigran di USA. Nice

    BalasHapus