Christ the Lord: Out of Egypt
Senin, Mei 18, 2009Christ the Lord: Out of Egypt by Anne Rice
My rating: 3 of 5 stars
Paperback, 392 pages
Published December 2006 by PT Gramedia Pustaka Utama (first published 2005)
Judul Asli: Christ the Lord Out of Egypt: A Novel
Kristus Tuhan Meninggalkan Mesir
Pengarang: Anne Rice
Alih Bahasa: Esti Ayu Budihabsari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I: 2006
392 hlm; 20 cm
Bagaimana cara kita mengenal seseorang? Ada banyak cara. Hal yang paling umum dilakukan adalah dengan berkenalan langsung, bercakap-cakap dengannya, bertukar pikiran, ide, dan pengalaman, dan mungkin saja mengajaknya berjalan-jalan. Namun bagaimana mengenal tokoh yang sudah muncul ke dunia ini sebelum kita lahir? misalnya, bagaimana cara kita mengenal bapak pendiri bangsa ini? jawabnya tentu saja dengan membaca kisah hidupnya yang ditulisnya sendiri atau yang ditulis orang lain, atau dengan membaca buah-buah pikirannya dalam berbagai tulisan.
Menarik sekali membicarakan tokoh yang menjadi pusat utama novel ini. Yesus Kristus. kehidupannya yang cuma 33,5 tahun di dunia, menjadi buah pembicaraan orang dari masa ke masa. Tulisan-tulisan tentang perjalanan hidupnya dibuat oleh murid-muridNya dalam keempat Injil di Alkitab.
Anne Rice, seorang penulis Amerika terkenal, adalah seorang yang tumbuh di keluarga Katolik Ibrani-Amerika yang menghabiskan masa kecilnya di New Orleans. Anne Rice sendiri terlahir dengan nama Howard Allen O'Brien pada 4 October 1941. Nama Anne bermula ketika seorang nun (anggota dari komunitas wanita yang berjanji melayani Tuhan sepanjang hidupnya) menanyakan Anne, siapa namanya. ia menjawabnya, "Anne." Sejak itu, nama yang dikenakannya adalah Anne, bukan Howard Allen. Sedangkan Rice adalah nama suaminya, Stan Rice, yang tadinya seorang ateis namun karena cintanya pada Anne, ia meneguhkan kembali janji pernikahannya dalam agama Katolik.
Novel ini menceritakan perjalanan Yesus dan keluarganya keluar dari Tanah Mesir. Peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan Herodes pada masa kelahirannya, membuat orangtuanya-Maria dan Yusuf- bersama-sama saudara-saudara yang lain untuk mengungsi ke Mesir. Tujuh tahun di Mesir, mereka kembali pulang ke tanah leluhur. Keputusan kembali lagi ke Galilea karena pertimbangan bahwa Herodes sudah digantikan oleh anaknya, dan anaknya tidak "seganas" ayahnya.
Perjalanan pulang ke Yerusalem, bersamaan waktunya dengan perayaan Paskah. Mereka mengunjungi Bait Allah. Paskah pada saat itu adalah peringatan keluarnya Bangsa Israel dari Tanah Mesir. Setelah itu, Mereka mengunjungi Elisabet, sepupu Maria. Elisabet sudah sangat tua, dan ia menyerahakan anaknya, Yohanes bin Zakharia kepada kaum Ennese untuk belajar agama.
Perjalanan ke Bait Allah untuk pertama kali setelah keluar dari Aleksandria sangat tidak menyenangkan. Pada saat itu, tentara menyerbu kesana, puluhan orang mati, dan itu disaksikan oleh Yesus dan keluarganya. Untungnya, tidak ada yang mati dari antara mereka. Namun, ha itu membuat trauma yang mendalam dalam hati mereka.
Nazaret. Itulah kota yang dituju oleh mereka. Banyak bekas-bekas bangunan yang ditinggalkan oleh pemiliknya karena serangan dari tentara Romawi. Profesi Yusuf sebagai tukang kayu sangat strategis. Ia banyak menerima pesanan untuk membangun kembali rumah-rumah yang sudah rusak. Ia dibantu oleh saudara-saudara yang lain, Kleopas, Alfeus, Simon beserta anak-anak mereka yang juga adalah sepupu Yesus.
Banyak pertanyaan dalam hati Yesus kecil yang tidak terjawab, ketika ia menanyakannya, ia mendapat jawaban, bahwa ia akan menerima jawabannya jika nanti sudah dewasa. Satu-persatu pertanyaan dalam hatinya mulai terungkap.
Mengapa malaikat mendatangi Maria ibu Yesus,
Mengapa ia lahir di Bethlehem,
Mengapa Orang Majus tidak kembali lagi ke Herodes setelah pulang mengunjungi bayi Yesus,
Menulis novel dengan riset. Itulah yang dilakukan oleh Anne Rice. Buku yang berjudul Jesus of Nazareth, King of the Jews, mengawali mimpinya untuk menulis "biografi" Yesus dalam sebuah karya novel. Disamping itu, dengan pengumpulan bahan-bahan dan sumber-sumber lain ia belajar banyak hal dalam melakukan penyusunan novel itu.
Penggambaran suasana kota dan Bait Allah sangat jelas. Kelihatan sekali Anne menjiwai suasana masa itu. Anne sangat pintar menceritakan detil kondisi tempat dan suasana yang terjadi.
Novel yang menarik, namun menurut saya agak sulit menggambarkan hubungan tokoh-tokoh itu. Misalnya sepupu-sepupu Yesus, tidak diceritakan dengan jelas siapa ayah dan ibunya, kita harus siap dengan secarik kertas dan pulpen untuk menggambarnya bagan-nya, namun tidak mengurangi keasyikan untuk menyelesaikannya hingga halaman terakhir.
0 komentar