Gereja-gereja Tua di Jakarta
Minggu, Mei 10, 2009Gereja-gereja Tua di Jakarta by Adolf Heuken
My rating: 4 of 5 stars
Gereja-gereja Tua di Jakarta
Seri: Gedung-gedung ibadat yang tua di Jakarta
Yayasan Cipta Loka Caraka
2003
240 hlm
Orang yang tidak mengenal masa lalu, akan kehilangan masa depannya
inilah kalimat dalam pembuka buku ini. Adolf Heuken, seorang pastor berkebangsaan Jerman, sangat menyukai sejarah. Baginya, tempat dimana ia tinggal, ia harus mengetahui asal muasalnya. Sewaktu ia tinggal di Mangga Besar, ia bertanya pada orang di sekitarnya tentang latar belakang Mangga Besar. Ia tidak puas, karena jawabannya macam-macam dan bervariasi.
Akhirnya, ia melakukan riset sendiri. Mengumpulkan buku-buku dan artikel dan menelusuri kembali Jakarta, ia menulis buku tentang Jakarta tempo dulu. Akhirnya ia sendiri lebih terkenal sebagai seorang penulis dibandingkan sebagai seorang pastur.
Bersama Yayasan Cipta Loka Karya yang didirikannya, ia menulis serta menerbitkan buku buku antara lain Kamus Dwibahasa Indonesia-Jerman (ditulis bersama E.R.T. Sinaga; buku ini sangat populer dan bajakannya dapat dijumpai di mana-mana) dan kebalikannya, Deutsch-Indonesisch Wörterbuch, serta buku mengenai sejarah Jakarta: Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta. Selain itu ia juga membuat bibliografi mengenai sejarah Jakarta berjudul Sumber-sumber asli sejarah Jakarta. Ia juga menulis buku sejarah mengenai gereja dan masjid tua di Jakarta. Untuk kalangan internal katolik ia menulis pula Ensiklopedia Katolik dan Jungen für Christus: Ein Buben-Buch yang ditulisnya bersama Roman Bleistein.
Buku ini adalah buku pertama dari trilogi seri Gedung-gedung ibadat yang tua di Jakarta. Dalam buku ini, kita mengetahui mengapa ada Gereja Portugis di Batavia kala itu,padahal yang berkuasa adalah Belanda. Salah satu peninggalan gereja Portugis ada di Jalan Pangeran Jayakarta, Mangga Besar.
Dari bacaan ini kita juga diajak untuk menghargai bangunan-bangunan kuno di Jakarta, karena pemerintah sendiripun tidak memberi perhatian untuk itu. Dicetak di atas kertas lux, sehingga enak dibaca. pembaca juga diajak berimajinasi dengan melihat lukisan-lukisan kuno (sebagai pengganti foto) Batavia.
Pada penutup kata pengantarnya, Adolf Heuken mengatakan,
semoga sajian ini merangsang orang untuk menggiatkan penyelidikan sejarah. Siapa tahu, fakta baru mungkin ditemukan
0 komentar