Setahun setelah menulis tentang Hari Buku Nasional pada setiap 17 Mei, saya kembali menulis dengan topik yang sama. Kalau tulisan yang lalu lebih mempersoalkan aksesibilitas terhadap buku di Indonesia, kali ini saya ingin mengulas dari sudut pandang berbeda. Mari sejenak kita simak data-data tentang literasi di Indonesia.
Pada 2012, menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca.
Menurut Perpusnas, Masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara anggota ASEAN, selain Indonesia, yang membaca dua sampai tiga buku dalam setahun. Bila dibandingkan dengan masyarakat Amerika Serikat, terbiasa membaca 10-20 buku per tahun dan masyarakat Jepang membaca 10-15 buku setahun.
Pada 2012, menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca.
Menurut Perpusnas, Masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara anggota ASEAN, selain Indonesia, yang membaca dua sampai tiga buku dalam setahun. Bila dibandingkan dengan masyarakat Amerika Serikat, terbiasa membaca 10-20 buku per tahun dan masyarakat Jepang membaca 10-15 buku setahun.