sumber: http://mylearningspringboard.com |
Pertanyaan yang muncul ketika membaca topik opini bareng BBI bulan ini: Hubungan dengan Pembaca, muncul pertanyaan: Apa dan Siapa yang berhubungan dengan pembaca? Beberapa blog teman-teman BBI saya datangi dan mulai mencerna apa yang ditulis oleh mereka. Pertanyaan pengarah oleh Divisi Event adalah sebagai berikut: Pernahkah kamu merasa sangat nyambung dengan sebuah cerita atau buku? Seolah kamu bisa relate dengan kisah si tokoh. Atau kamu membaca sebuah buku, tapi temanya bertentangan dengan moral pribadimu? Bagaimana jika sebuah buku begitu kontroversial, kamu nggak tahu bagaimana harus membuat review bukunya? Bagaimana kamu menyikapinya?
Judul di atas seolah-olah judul paper yang akan bikin pusing dengan kalimat-kalimat yang bereferensi pada teori-teori. Padahal setiap teori haruslah ada pembuktian empiris, agar teori tersebut langgeng, sebelum ada pembuktian baru yang menyanggah. Kok jadi ribet gini yak, hahaha
Tulisan ini merupakan hasil quick idea di grup pengurus BBI yang ingin memeriahkan ulang tahun Blogger Buku Indonesia di blog, dengan cepat dilontarkan, dibahas dan diramu oleh divisi event BBI menjadi postingan bareng.
Apa yang berubah?
Sebelum bergabung dengan BBI, saya biasa menulis review di goodreads.com, setelah punya blog dan terlebih blog buku, saya lebih cenderung mengurusi blog. Perubahan mendasar yang saya alami adalah, saya menghidupi dua dunia, yaitu dunia membaca dan dunia blogging. Hal ini sebenarnya saling berkaitan bahkan saling bergantung. Namun entah kenapa, saya masih belum dapat menyeimbangkannya dengan baik. Kadang kala tuntutan pekerjaan yang mengharuskan menulis (laporan) mengakibatkan energi untuk menulis resensi buku menjadi terkuras. Saya merasa kehilangan waktu atas kenikmatan berselancar mencari informasi buku di mesin pencari, mendatangi tempat-tempat di buku, bahkan mencari buku-buku terkait di perpustakaan dan menonton film hasil adaptasi dari buku demi mencari tahu/memahami buku-buku yang saya baca.
Hal kedua, pertemanan (absolutely!). Saya berbangga bisa mendapat banyak teman dari berbagai daerah, dimana setiap saya punya kesempatan berkunjung ke suatu daerah, saya berusaha menemui teman-teman BBI disana. Saya memaknai pertemanan tersebut sebagai wadah berbagi hidup. Sebab saya menyadari, bahwa saya banyak terbantu dengan kehadiran mereka, bukan hanya dalam hal buku dan ngeblog, tetapi jejaring persahabatan dan berbagi hal-hal lainnya. Coba bayangkan, hidup ini sendiri...aduh sepi banget, haha
Ketiga, keterampilan mengolah informasi. Di dunia media sosial, seperti twitter, facebook, whatsapp, dan macam lainnya, kita terhubung secara maya dengan banyak orang. Informasi sangatlah banyak berseliweran di area tersebut. Bagi saya, hal yang cukup menyenangkan adalah berburu buku di toko buku bekas di suatu kota, dengan kata kunci pada message teman BBI; "eh disini toko buku bekas di mana ya?" (ini mah bukan mengolah informasi).
Keempat, jadi tukang ngobrol. Bergabung di kepengurusan BBI, mau nggak mau jadi banyak ngobrolnya daripada ngeblognya (boong banget). Saya akui, meski ini merupakan komunitas dunia maya, obrolan secara offline lebih berkesan dan banyak memberikan ide-ide. Selain itu saya beruntung punya teman-teman BBI yang hebat-hebat dimana saya bisa berdiskusi banyak hal di luar buku tentu saja. Keberadaan anggota BBI lintas profesi ini semakin memperkaya khasanah pengetahuan saya.
Kelima, saya keberatan disebut penimbun buku. Sebab buku yang belum dibaca saya susun seperti di lapak, jadinya kan nggak nimbun. Suka nggak suka ini penyakit, tapi menyenangkan (loh). Sebenarnya ini adalah masalah sistemik dimana pemerintah tidak dapat menghadirkan perpustakaan yang lengkap, murah dan mudah terjangkau, yang mengakibatkan orang-orang (termasuk saya) membuat perpustakaan
Apa lagi?
Saya mimpinya bisa bertemu semua anggota blogger buku Indonesia
Dirgahayu BBI keempat.
salam
Helvry
Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar istilah bergumul? Kamus Besar Bahasa Indonesia online memberi arti bergumul sebagai berikut:
gumul 2 /gu·mul / v, bergumul /ber·gu·mul/ v 1 bergulat; bergelut: keduanya ~ di muka orang banyak; 2 ki melibatkan diri dng: sehari-hari dia harus ~ dng sampah-sampah untuk menghidupi keluarganya;
menggumuli /meng·gu·muli/ v ki memperdalam; mempelajari sebaik- baiknya: kini dia sedang ~ filsafat eksistensialisme;
pergumulan /per·gu·mul·an/ n perihal bergumul; pergulatan
menggumuli /meng·gu·muli/ v ki memperdalam; mempelajari sebaik- baiknya: kini dia sedang ~ filsafat eksistensialisme;
pergumulan /per·gu·mul·an/ n perihal bergumul; pergulatan
(sumber: http://kbbi.web.id/gumul-2)
Perhatikan pemakaiannya dalam kata "bergumul" memberi arti bahwa si subjek melibatkan diri pada sesuatu di hadapannya. Sementara kata "menggumuli" memberi arti bahwa si subjek mempelajari sebaik-baiknya atas sesuatu hal. Terdapat makna bahwa dalam bergumul atau menggumuli, terjadi suatu tindakan aktif untuk suatu tujuan. Terlihat seolah-olah dalam setiap pergumulan selalu ada yang menang. Dalam pergumulan yang penting adalah mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta obyek pergumulan tersebut. Sehingga dengan demikian dapat diambil sebuah keputusan dari hasil pengidentifikasian tersebut.
Buku Kumpulan Cerpen Rumah Bambu ini merupakan karya Romo Mangun yang dikumpulkan oleh Joko Pinurbo dkk dari dokumentasi yang masih tertinggal di rumah Romo Mangun. Kondisi awalnya tidak semua dalam naskah yang utuh siap cetak. Ada yang tidak terbaca, ada yang tidak jelas tahun penerbitannya. Dari 20 cerpen dalam buku ini, hanya tiga cerpen yang dimuat di media. Usaha mengumpulkan, mengetik ulang, serta menyunting cerpen ini patut diapresiasi tinggi, sebab inilah karya manusia yang dapat dinikmati generasi selanjutnya dalam rupa cerita yang reflektif. Kadang kala kita melihat kehidupan kita di dalamnya. Kehidupan yang sepertinya biasa-biasa saja, namun dimaknai luar biasa ketika dituliskan serta dibaca kembali. Ada kalanya kita merasa sebuah peristiwa atau kejadian sepertinya berlalu tanpa makna, namun sadarkan kita bahwa peristiwa atau kejadian tersebut bagi orang lain mempunyai maknanya tersendiri?
Ilustrasi Rumah Bambu (sumber: http://gomarketonline.com/2014/08/08/gambar-desain-rumah-bambu-sederhana.html) |
Saya tidak menyangka novel ini akan setebal lebih dari 500 halaman. Kesalahan saya adalah tidak mencicil membacanya dari awal. Dan beberapa kali dalam perjalanan saya naik kereta dimana waktu luang dalam perjalanan cukup longgar, saya tidak membawa novel tebal ini. Akhirnya saya cukup terlambat menyelesaikannya, sekaligus terlambat memposting review buku hadiah dari Santa saya.
Tema opini bulan ini adalah ekspekstasi. Lebih jelasnya dapat diuraikan, apa ekspekstasimu terhadap sebuah buku (yang akan dibaca).
Bicara masalah ekspekstasi, menurut saya, kita seharusnya mengalamatkannya pada penulisnya. Bukan pada bukunya. Artinya sejauh apa kita mengenal penulisnya, sejauh itu ekspektasi kita pada karya-karyanya. Jadi, kalau kita tidak mengenal penulisnya, barangkali ekspektasi kita kurang berdasar kuat.
Pengalaman saya dalam menimbang sebuah buku bertitik pada jenis bukunya, apakah sifatnya novel, kumpulan cerpen, biografi, buku sejenis literature, buku terbitan lawas, dan sebagainya. Intinya, saya meletakkan dulu jenis buku apa yang ingin saya baca, lalu menyerahkan sepenuhnya pada buku itu seperti apa isi/ceritanya, saya akan coba mengupas satu-satu sebagai berikut:
Novel. Untuk novel, ada dua sumber yang sayagunakan sebagai referensi. Pertama, review teman-teman BBI. Dari proses pembacaan itu saya dapat membayangkan bagaimana isinya. Kedua, penulis novel yang sudah saya dengar sebelumnya. Untuk novel-novel Indonesia, saya lebih menyukai penulis yang pernah saya baca karangannya. Dengan demikian, saya memahami gaya penulisan ceritanya.
Kumpulan cerpen. Bagi saya, membaca kumpulan cerpen merupakan salah satu cara untuk menerobos kebuntuan membaca. Satu cerita pendek dapat dilahap dengan cepat, dan tidak perlu ada keterkaitan dengan cerita-cerita lainnya. Saya tidak memusingkan siapa yang menulis, apakah terkenal atau tidak. Bagi saya, setiap penulis cerita pendek memiliki kekhasannya masing-masing. Cerita-cerita pendek karangan Romo Mangun lebih menceritakan kehidupan sehari-hari, Eka Kurniawan, suka mengejutkan, Gustf Sakai banyak menceritakan daerahnya Sumatra Barat. Demikian juga cerita-cerita pendek klasik, tidak terlalu beban untuk dibaca. Namun kesulitan menulis review cerpen ini adalah ketika kumpulan cerpen untuk pengarang yang berbeda-beda yang serring juga temanya tidak sama. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam mereviewnya.
Buku Sejarah, Politik. Tidak banyak ekspekstasi dari jenis ini sebab misi saya adalah mencari informasi. Karena itu saya teliti betul apakah buku jenis ini sudah berisikan informasi yang saya butuhkan. Pada umumnya, jika sudah cocok pada satu penerbit, pertimbangan saya lebih kepada kredibilitas penerbit buku tersebut. Dari pengamatan saya, peminat buku jenis ini sudah tersegmentasi. Jadi, para penggemar bukunya akan selalu mencari jika ada edisi/judul terbaru. Penerbit yang cukup terkenal memproduksi buku ini antara lain: Komunitas Bambu, Yayasan Obor Indonesia, Marjin Kiri, Kepustakaan Gramedia.
Kumpulan tulisan (essay). Hampir mirip dengan kumpulan cerpen, kumpulan tulisan ini ada yang satu buku terdiri dari beberapa penulis atau satu buku hanya oleh satu penulis. Dari kumpulan tulisan (essay) ini saya mempelajari isinya serta belajar bagaimana menuangkan ide-ide dalam suatu penulisan yang terstruktur.
Kumpulan puisi. Sebenarnya puisi ini yang sulit. Sebab membaca satu bait puisi sama sulitnya membaca puisi satu halaman. Sulit dalam arti mencoba menemukan arti/makna kalimat-kalimat yang menyusunnya. Karena itu, saya tidak melihat siapa penulisnya. Semua buku kumpulan puisi saya coba lahap. Terkadang dari satu buku kumpulan tersebut, hanya satu atau dua saja yang saya suka. Barangkali hanya itu yang sesuai dengan harapan saya, dan saya mengerti.
Buku-buku terbitan lawas. Salah satu "hobi" saya yang baru adalah menelusuri buku-buku terbitan Indonesia lama yang masih menggunakan ejaan oe, tj, dj, j. Intinya buku-buku yang masih berejaan sebelum EYD. Entah kenapa saya merasa di abad berbeda pada saat membaca buku-buku tersebut. Bagi saya, suatu keasyikan tersendiri menemukan Bahasa Indonesia sekarang bersumber dari bahasa Melayu yang boleh dibilang masih orisinil, tanpa pengaruh istilah asing yang diindonesiakan.
Sekali lagi, menurut saya ekspektasi terhadap buku sebenarnya merupakan proses pencarian. Bila pada satu buku tidak memuaskan, maka cari lagi. Menurut saya, buku yang sesuai ekspektasi pada dasarnya adalah hasil komunikasi yang baik antara kita sebagai pembaca dengan penulisnya. Dan mungkin itu juga seninya, dimana tidak semua buku sesuai harapan, agar kita menyadari tidak semua keinginan itu tercapai.
Bandung-Depok, 2 Februari 2015
Sesungguhnya ini postingan yang terlambat. Setelah saya menerima riddle yang diberikan oleh Santa saya, saya hanya melakukan penelusuran di google. Dan lewat postingan ini, saya menyatakan untuk dan atas nama sendiri bahwa saya tidak melakukan praktek curang dengan blogwalking ke peserta Secret Santa 2014 sebelum postingan ini di buat untuk mencari siapa Santa saya.
Keterlambatan ini murni karena banyak faktor. Pertama, saya belum selesai membaca novel pemberiannya yang tebalnya lebih 500 halaman (tebal banget ah). Kedua, saya tidak begitu yakin dengan tebakan saya, sebab clue yang diberikannya saya tidak dapat jawaban yang memuaskan. Ketiga, persoalan teknis pada minggu ini dimana saya tidak dapat berkutat dengan laptop karena sedang mengikuti kelas diklat yang tidak ada mejanya serta diasramanya tidak ada colokan listrik. Ditambah jadwal diklatnya yg cukup padat dari suobuh sampai malam. Alhasil weekend ini saya sukses tepar.
Tapi saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya karena memberikan saya Novel Malaikat Lereng Tidar ini, sebab isinya sangat kaya dengan muatan sejarah. Selain iti yang sukai dari novel tersebut adalah pada tiap judul selalu diakhiri satu bait puisi. Review lengkapnya pasti saya kerjakan dengan senang hati.
Satu lagi saya ucapkan terimakasih pada Santa saya yang lain-yang tidak secret-yang memberikan novel remy sylado juga yang berjudul Perempuan Bernama Arjuna. Ah tahun 2014 kemarin sepertinya menjadi Tahun Remy Sylado. Big gracias..
Saya mencoba menebak dari clue yang diberikan, dan apakah benar atau salah biarlah Santa yang mengkonfirmasinya disini. Tebakan saya yang menjadi Santa saya di tahun 2014 adalah YULIANA PERMATA SARI.
Itu saja dari saya...kalau salah saya mohon maaf :)
Buat Divisi Event, saya minta maaf juga atas keterlambatannya ya..Good job!
Sampai jumpa lagi tahun depan.
Keterlambatan ini murni karena banyak faktor. Pertama, saya belum selesai membaca novel pemberiannya yang tebalnya lebih 500 halaman (tebal banget ah). Kedua, saya tidak begitu yakin dengan tebakan saya, sebab clue yang diberikannya saya tidak dapat jawaban yang memuaskan. Ketiga, persoalan teknis pada minggu ini dimana saya tidak dapat berkutat dengan laptop karena sedang mengikuti kelas diklat yang tidak ada mejanya serta diasramanya tidak ada colokan listrik. Ditambah jadwal diklatnya yg cukup padat dari suobuh sampai malam. Alhasil weekend ini saya sukses tepar.
Tapi saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya karena memberikan saya Novel Malaikat Lereng Tidar ini, sebab isinya sangat kaya dengan muatan sejarah. Selain iti yang sukai dari novel tersebut adalah pada tiap judul selalu diakhiri satu bait puisi. Review lengkapnya pasti saya kerjakan dengan senang hati.
Satu lagi saya ucapkan terimakasih pada Santa saya yang lain-yang tidak secret-yang memberikan novel remy sylado juga yang berjudul Perempuan Bernama Arjuna. Ah tahun 2014 kemarin sepertinya menjadi Tahun Remy Sylado. Big gracias..
Saya mencoba menebak dari clue yang diberikan, dan apakah benar atau salah biarlah Santa yang mengkonfirmasinya disini. Tebakan saya yang menjadi Santa saya di tahun 2014 adalah YULIANA PERMATA SARI.
Itu saja dari saya...kalau salah saya mohon maaf :)
Buat Divisi Event, saya minta maaf juga atas keterlambatannya ya..Good job!
Sampai jumpa lagi tahun depan.
Berhubung kita tinggal di benua Asia, kita pingin tahu, sebenarnya apa sih peristiwa masa lampau di sekitar kita yang terjadi? Dalam regional Asia, seberapa banyak yang kita tahu? Karena itu, saya membatasi reading challenge ini pada tokoh dan peristiwa yang terjadi di Asia Pasifik.
Ide membuat reading challenge dengan tema sejarah sudah lama saya pikirkan, namun saya tidak mempunyai kesempatan yang luang untuk merancang logo maupun aturan-aturan mainnya. Tujuan reading challenge ini adalah di samping belajar tentang Sejarah, kita belajar bagaimana sejarah berkorelasi pada kehidupan saat ini. Adapun ruang lingkup Asia And Pacific History Reading Challenge ini yaitu:
- Peserta bisa berdomisili di seluruh Indonesia dan luar Indonesia,
- Buku-buku bertema sejarah yang berlokasi di Asia Pasifik, yaitu meliputi Benua Asia dan Australia.
- Bisa berupa buku nonfiksi seperti buku literatur, kumpulan esai. Namun, tidak menutup bagi buku fiksi yang berupa novel, yang tentu saja bertema fiksi sejarah (history fiction). Asalkan mengambil lokasi di Asia Pasifik.
- Peserta reading challenge tidak dibatasi minimal buku.
- Periode reading challenge adalah Januari s.d. Desember 2015
- Review buku tersebut dapat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
- Review berisikan tentang buku, sila berkreasi sendiri bagaimana isi reviewnya. Point pentingnya adalah di dalamnya ada meninjau, mengkritisi, serta berefleksi atas hasil pembacaan buku tersebut.
- Peserta diwajibkan untuk membuat master post Asia Pacific History Reading Challenge, namun tidak diwajibkan membuat wrap up posting-nya.
- Membuat banner Asia Pacific History Reading Challenge di sidebar blog masing-masing.
- Membuat banner Asia Pacific History Reading Challenge di postingan yang berkaitan.
- Menyetor tautan postingan review pada kolom komentar di bawah ini.
Hadiah:
Akan ada dua kategori hadiah, yaitu untuk Fiksi dan Nonfiksi, dengan perincian sebagai berikut:
- Fiksi: Paket buku senilai Rp.100.000
- Nonfiksi: Paket buku senilai Rp200.000
Selamat mengikuti, semoga kita bertambah ilmu, bertambah bijaksana.
Tadinya saya mau buat History Reading Challenge untuk "menghabiskan" buku-buku saya yang bertema sejarah. Namun, setelah blogwalking dan menemukan Evyta membuat reading challenge ini, saya langsung tertarik untuk mengikutinya. Ternyata setelah saya perhatikan buku-buku nonfiksi saya, tidak akan mungkin dihabiskan dalam program baca bareng BBI.
Rencana saya, saya akan membaca buku berjenis biografi, sejarah, filsafat, teologi, dan tambahan buku semacam Chicken Soup. Saya tidak mau agresif. Dalam setahun empat buku saja sudah luar biasa. Sejujurnya dalam memburu buku, saya lebih senang dengan nonfiksi karena "umur"nya tidak tergantung pada trend seperti buku-buku fiksi pada umumnya. Tentunya mereview buku nonfiksi adalah tantangan cukup besar. Seperti Buku Krakatoa karangan Simon Winchester, saya menghabiskan waktu kurang lebih sebulan mengumpulkan data-data lain di luar buku tersebut, serta membuat reviewnya. Demikian juga buku yang bernuansa Arsitektur seperti Medan Merdeka karangan Adolf Heuken, SJ, saya menelusuri kembali Jalan Medan Merdeka di seputaran Monas, untuk mengerti bangunan-bangunan yang ada di sana.
Dan biasanya, buku-buku seperti ini saling berkaitan dengan buku lainnya. Jadi akhirnya saya mulai berburu karangan Simon Winchester lainnya yang berkaitan dengan kota-kota maupun buku-buku tentang wilayah tempo doeloenya Batavia Adolf Heuken.
Jika Anda tertarik, sila berkunjung ke laman host reading challenge ini.
Semoga saya berhasil :)