Tema opini bulan ini adalah ekspekstasi. Lebih jelasnya dapat diuraikan, apa ekspekstasimu terhadap sebuah buku (yang akan dibaca).
Bicara masalah ekspekstasi, menurut saya, kita seharusnya mengalamatkannya pada penulisnya. Bukan pada bukunya. Artinya sejauh apa kita mengenal penulisnya, sejauh itu ekspektasi kita pada karya-karyanya. Jadi, kalau kita tidak mengenal penulisnya, barangkali ekspektasi kita kurang berdasar kuat.
Pengalaman saya dalam menimbang sebuah buku bertitik pada jenis bukunya, apakah sifatnya novel, kumpulan cerpen, biografi, buku sejenis literature, buku terbitan lawas, dan sebagainya. Intinya, saya meletakkan dulu jenis buku apa yang ingin saya baca, lalu menyerahkan sepenuhnya pada buku itu seperti apa isi/ceritanya, saya akan coba mengupas satu-satu sebagai berikut:
Novel. Untuk novel, ada dua sumber yang sayagunakan sebagai referensi. Pertama, review teman-teman BBI. Dari proses pembacaan itu saya dapat membayangkan bagaimana isinya. Kedua, penulis novel yang sudah saya dengar sebelumnya. Untuk novel-novel Indonesia, saya lebih menyukai penulis yang pernah saya baca karangannya. Dengan demikian, saya memahami gaya penulisan ceritanya.
Kumpulan cerpen. Bagi saya, membaca kumpulan cerpen merupakan salah satu cara untuk menerobos kebuntuan membaca. Satu cerita pendek dapat dilahap dengan cepat, dan tidak perlu ada keterkaitan dengan cerita-cerita lainnya. Saya tidak memusingkan siapa yang menulis, apakah terkenal atau tidak. Bagi saya, setiap penulis cerita pendek memiliki kekhasannya masing-masing. Cerita-cerita pendek karangan Romo Mangun lebih menceritakan kehidupan sehari-hari, Eka Kurniawan, suka mengejutkan, Gustf Sakai banyak menceritakan daerahnya Sumatra Barat. Demikian juga cerita-cerita pendek klasik, tidak terlalu beban untuk dibaca. Namun kesulitan menulis review cerpen ini adalah ketika kumpulan cerpen untuk pengarang yang berbeda-beda yang serring juga temanya tidak sama. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam mereviewnya.
Buku Sejarah, Politik. Tidak banyak ekspekstasi dari jenis ini sebab misi saya adalah mencari informasi. Karena itu saya teliti betul apakah buku jenis ini sudah berisikan informasi yang saya butuhkan. Pada umumnya, jika sudah cocok pada satu penerbit, pertimbangan saya lebih kepada kredibilitas penerbit buku tersebut. Dari pengamatan saya, peminat buku jenis ini sudah tersegmentasi. Jadi, para penggemar bukunya akan selalu mencari jika ada edisi/judul terbaru. Penerbit yang cukup terkenal memproduksi buku ini antara lain: Komunitas Bambu, Yayasan Obor Indonesia, Marjin Kiri, Kepustakaan Gramedia.
Kumpulan tulisan (essay). Hampir mirip dengan kumpulan cerpen, kumpulan tulisan ini ada yang satu buku terdiri dari beberapa penulis atau satu buku hanya oleh satu penulis. Dari kumpulan tulisan (essay) ini saya mempelajari isinya serta belajar bagaimana menuangkan ide-ide dalam suatu penulisan yang terstruktur.
Kumpulan puisi. Sebenarnya puisi ini yang sulit. Sebab membaca satu bait puisi sama sulitnya membaca puisi satu halaman. Sulit dalam arti mencoba menemukan arti/makna kalimat-kalimat yang menyusunnya. Karena itu, saya tidak melihat siapa penulisnya. Semua buku kumpulan puisi saya coba lahap. Terkadang dari satu buku kumpulan tersebut, hanya satu atau dua saja yang saya suka. Barangkali hanya itu yang sesuai dengan harapan saya, dan saya mengerti.
Buku-buku terbitan lawas. Salah satu "hobi" saya yang baru adalah menelusuri buku-buku terbitan Indonesia lama yang masih menggunakan ejaan oe, tj, dj, j. Intinya buku-buku yang masih berejaan sebelum EYD. Entah kenapa saya merasa di abad berbeda pada saat membaca buku-buku tersebut. Bagi saya, suatu keasyikan tersendiri menemukan Bahasa Indonesia sekarang bersumber dari bahasa Melayu yang boleh dibilang masih orisinil, tanpa pengaruh istilah asing yang diindonesiakan.
Sekali lagi, menurut saya ekspektasi terhadap buku sebenarnya merupakan proses pencarian. Bila pada satu buku tidak memuaskan, maka cari lagi. Menurut saya, buku yang sesuai ekspektasi pada dasarnya adalah hasil komunikasi yang baik antara kita sebagai pembaca dengan penulisnya. Dan mungkin itu juga seninya, dimana tidak semua buku sesuai harapan, agar kita menyadari tidak semua keinginan itu tercapai.
Bandung-Depok, 2 Februari 2015
Sesungguhnya ini postingan yang terlambat. Setelah saya menerima riddle yang diberikan oleh Santa saya, saya hanya melakukan penelusuran di google. Dan lewat postingan ini, saya menyatakan untuk dan atas nama sendiri bahwa saya tidak melakukan praktek curang dengan blogwalking ke peserta Secret Santa 2014 sebelum postingan ini di buat untuk mencari siapa Santa saya.
Keterlambatan ini murni karena banyak faktor. Pertama, saya belum selesai membaca novel pemberiannya yang tebalnya lebih 500 halaman (tebal banget ah). Kedua, saya tidak begitu yakin dengan tebakan saya, sebab clue yang diberikannya saya tidak dapat jawaban yang memuaskan. Ketiga, persoalan teknis pada minggu ini dimana saya tidak dapat berkutat dengan laptop karena sedang mengikuti kelas diklat yang tidak ada mejanya serta diasramanya tidak ada colokan listrik. Ditambah jadwal diklatnya yg cukup padat dari suobuh sampai malam. Alhasil weekend ini saya sukses tepar.
Tapi saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya karena memberikan saya Novel Malaikat Lereng Tidar ini, sebab isinya sangat kaya dengan muatan sejarah. Selain iti yang sukai dari novel tersebut adalah pada tiap judul selalu diakhiri satu bait puisi. Review lengkapnya pasti saya kerjakan dengan senang hati.
Satu lagi saya ucapkan terimakasih pada Santa saya yang lain-yang tidak secret-yang memberikan novel remy sylado juga yang berjudul Perempuan Bernama Arjuna. Ah tahun 2014 kemarin sepertinya menjadi Tahun Remy Sylado. Big gracias..
Saya mencoba menebak dari clue yang diberikan, dan apakah benar atau salah biarlah Santa yang mengkonfirmasinya disini. Tebakan saya yang menjadi Santa saya di tahun 2014 adalah YULIANA PERMATA SARI.
Itu saja dari saya...kalau salah saya mohon maaf :)
Buat Divisi Event, saya minta maaf juga atas keterlambatannya ya..Good job!
Sampai jumpa lagi tahun depan.
Keterlambatan ini murni karena banyak faktor. Pertama, saya belum selesai membaca novel pemberiannya yang tebalnya lebih 500 halaman (tebal banget ah). Kedua, saya tidak begitu yakin dengan tebakan saya, sebab clue yang diberikannya saya tidak dapat jawaban yang memuaskan. Ketiga, persoalan teknis pada minggu ini dimana saya tidak dapat berkutat dengan laptop karena sedang mengikuti kelas diklat yang tidak ada mejanya serta diasramanya tidak ada colokan listrik. Ditambah jadwal diklatnya yg cukup padat dari suobuh sampai malam. Alhasil weekend ini saya sukses tepar.
Tapi saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya karena memberikan saya Novel Malaikat Lereng Tidar ini, sebab isinya sangat kaya dengan muatan sejarah. Selain iti yang sukai dari novel tersebut adalah pada tiap judul selalu diakhiri satu bait puisi. Review lengkapnya pasti saya kerjakan dengan senang hati.
Satu lagi saya ucapkan terimakasih pada Santa saya yang lain-yang tidak secret-yang memberikan novel remy sylado juga yang berjudul Perempuan Bernama Arjuna. Ah tahun 2014 kemarin sepertinya menjadi Tahun Remy Sylado. Big gracias..
Saya mencoba menebak dari clue yang diberikan, dan apakah benar atau salah biarlah Santa yang mengkonfirmasinya disini. Tebakan saya yang menjadi Santa saya di tahun 2014 adalah YULIANA PERMATA SARI.
Itu saja dari saya...kalau salah saya mohon maaf :)
Buat Divisi Event, saya minta maaf juga atas keterlambatannya ya..Good job!
Sampai jumpa lagi tahun depan.
Berhubung kita tinggal di benua Asia, kita pingin tahu, sebenarnya apa sih peristiwa masa lampau di sekitar kita yang terjadi? Dalam regional Asia, seberapa banyak yang kita tahu? Karena itu, saya membatasi reading challenge ini pada tokoh dan peristiwa yang terjadi di Asia Pasifik.
Ide membuat reading challenge dengan tema sejarah sudah lama saya pikirkan, namun saya tidak mempunyai kesempatan yang luang untuk merancang logo maupun aturan-aturan mainnya. Tujuan reading challenge ini adalah di samping belajar tentang Sejarah, kita belajar bagaimana sejarah berkorelasi pada kehidupan saat ini. Adapun ruang lingkup Asia And Pacific History Reading Challenge ini yaitu:
- Peserta bisa berdomisili di seluruh Indonesia dan luar Indonesia,
- Buku-buku bertema sejarah yang berlokasi di Asia Pasifik, yaitu meliputi Benua Asia dan Australia.
- Bisa berupa buku nonfiksi seperti buku literatur, kumpulan esai. Namun, tidak menutup bagi buku fiksi yang berupa novel, yang tentu saja bertema fiksi sejarah (history fiction). Asalkan mengambil lokasi di Asia Pasifik.
- Peserta reading challenge tidak dibatasi minimal buku.
- Periode reading challenge adalah Januari s.d. Desember 2015
- Review buku tersebut dapat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
- Review berisikan tentang buku, sila berkreasi sendiri bagaimana isi reviewnya. Point pentingnya adalah di dalamnya ada meninjau, mengkritisi, serta berefleksi atas hasil pembacaan buku tersebut.
- Peserta diwajibkan untuk membuat master post Asia Pacific History Reading Challenge, namun tidak diwajibkan membuat wrap up posting-nya.
- Membuat banner Asia Pacific History Reading Challenge di sidebar blog masing-masing.
- Membuat banner Asia Pacific History Reading Challenge di postingan yang berkaitan.
- Menyetor tautan postingan review pada kolom komentar di bawah ini.
Hadiah:
Akan ada dua kategori hadiah, yaitu untuk Fiksi dan Nonfiksi, dengan perincian sebagai berikut:
- Fiksi: Paket buku senilai Rp.100.000
- Nonfiksi: Paket buku senilai Rp200.000
Selamat mengikuti, semoga kita bertambah ilmu, bertambah bijaksana.
Tadinya saya mau buat History Reading Challenge untuk "menghabiskan" buku-buku saya yang bertema sejarah. Namun, setelah blogwalking dan menemukan Evyta membuat reading challenge ini, saya langsung tertarik untuk mengikutinya. Ternyata setelah saya perhatikan buku-buku nonfiksi saya, tidak akan mungkin dihabiskan dalam program baca bareng BBI.
Rencana saya, saya akan membaca buku berjenis biografi, sejarah, filsafat, teologi, dan tambahan buku semacam Chicken Soup. Saya tidak mau agresif. Dalam setahun empat buku saja sudah luar biasa. Sejujurnya dalam memburu buku, saya lebih senang dengan nonfiksi karena "umur"nya tidak tergantung pada trend seperti buku-buku fiksi pada umumnya. Tentunya mereview buku nonfiksi adalah tantangan cukup besar. Seperti Buku Krakatoa karangan Simon Winchester, saya menghabiskan waktu kurang lebih sebulan mengumpulkan data-data lain di luar buku tersebut, serta membuat reviewnya. Demikian juga buku yang bernuansa Arsitektur seperti Medan Merdeka karangan Adolf Heuken, SJ, saya menelusuri kembali Jalan Medan Merdeka di seputaran Monas, untuk mengerti bangunan-bangunan yang ada di sana.
Dan biasanya, buku-buku seperti ini saling berkaitan dengan buku lainnya. Jadi akhirnya saya mulai berburu karangan Simon Winchester lainnya yang berkaitan dengan kota-kota maupun buku-buku tentang wilayah tempo doeloenya Batavia Adolf Heuken.
Jika Anda tertarik, sila berkunjung ke laman host reading challenge ini.
Semoga saya berhasil :)
Postingan ini mendadak saya buat di tengah tengah tugas yang mendesak di akhir tahun 2014 ini dengan perangkat seadanya.
Jadi, mohon maklum bentuknya acak acakan.
Pertama, saya mengucapkan terima kasih kepada Santa yang membelikan saya buku Remy Sylado ini. Bukunya tebal dan sarat dengan pengetahuan. Menghabiskan novel setebal lebih dari 500 halaman ini tentu butuh waktu dan konsentrasi ekstra di tengah jam baca saya yang sedang tiarap ini.
Kedua, saya juga mengucapkan terima kasih pada #bukansanta yang turut membaca postingan wishlist saya di blog ini, dimana ia juga mengirimkan buku Remy Sylado juga yang berjudul "Perempuan Bernama Arjuna" Jilid 1 dan Jilid 2nya. Sungguh saya mengucapkan terima kasih, karena kedua novel karangan Remy tersebut sudah lama saya incar namun keberadaannya sangat sulit dicari di toko buku.
Langsung saja saya posting riddle yang diberikan Santa saya demikian:
Terima kasih Santa, saya akan membaca bukumu dan menebak siapa dirimu
Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek lengkap karya Sitor Situmorang. 23 Cerita pendek yang ditulis dalam kurun waktu Maret 1950 s.d. 1981. Cerita pendeknya ini dipengaruhi oleh kecintaan akan kampung halaman yang berlatar pengalaman dunia tradisi batak serta pengalamannya selama di Eropa. Lewat cerpen Fontenay Aux Roses, diketahui bahwa Prancis menjadi tempat Sitor muda menghabiskan waktu dengan mengobrol dan minum. Saat itu, sedang berkembang fisafat Eksistensialisme yang ditemukan oleh Sartre. "Saya hanya kena imbas" begitu ungkap Sitor dalam catatan editor, JJ Rizal.
Bagi sebagian besar orang, (termasuk saya) memahami puisi adalah sesuatu yang sulit. Tantangan untuk merasakan keindahan syair puisi adalah hal yang tidak mudah. Namun akhirnya saya sadar, bahwa pelajaran apresiasi terhadap puisi dari zaman sekolah dulu, tidaklah serius diajarkan. Yang saya ingat hanyalah bagaimana bentuk pantun, baris pertama dan kedua disebut sampiran, dan baris ketiga dan keempat disebut isi. Selain bentuk pantun, saya tidak ingat apapun lagi. Dan dulu ketika pesta tujuhbelasan, saya pernah mewakili SD untuk ikut lomba puisi. Tapi saya gagal untuk memahami kedalaman makna puisi.
Dalam buku "The Complete Idiot's Guide to Critical Reading", pengertian puisi (poem) disarikan adalah a highly developed and imaginative expression of emotion". Dalam pengertian itu terkandung makna bahwa puisi merupakan bentuk ekspresi (dari manusia). Tak berlebihan juga mungkin bila hal yang membedakan manusia dengan hewan selain manusia dapat berpikir adalah manusia mampu berekspresi.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apakah Secret Santa ini berhubungan dengan Santa Claus? atau apakah Secret Santa ini berhubungan dengan Natal? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Ya, karena Santa dan Natal merupakan tradisi yang biasanya saling berkaitan. Santa diceritakan adalah orang yang membagi-bagikan hadiah saat Natal. Dan menurut tradisi barat, adalah Santa Claus yang datang di malam Natal membagikan hadiah ke anak-anak dalam kaos kaki.
Nah, Secret Santa ini sebenarnya juga turunan dari tradisi membagikan hadiah. Dari Wikipedia, Secret Santa didefinisikan demikian:
Secret Santa is a Western Christmas tradition in which members of a group or community are randomly assigned a person to whom they anonymously give a gift. Often practiced in workplaces or amongst large families, participation in it is usually voluntary. It offers a way for many people to give and receive a gift at low cost, since the alternative gift tradition is for each person to buy gifts for every other person. In this way, the Secret Santa tradition also encourages gift exchange groups whose members are not close enough to participate in the alternative tradition of giving presents to everyone else.
Dari definisi di atas, ada beberapa hal yang menjadi unsur Secret Santa:
Pertama, memberi hadiah secara anonim. Di dalam suatu kelompok, setiap anggota saling memberi secara anonim kepada anggota lainnya. Hal inilah terletak unsur kerahasiaan pemberinya. Pada situasi ini setiap anggota yang memberi bingkisan, pasti tahu siapa sasarannya. Namun yang diberi, tidak tahu siapa pemberinya.
Kedua, bingkisan tersebut pada harga murah (low cost). Tentu saja nilai disini bukan terletak pada semurah/semahal apa bingkisan yang akan diberi. Namun mengembangkan nilai berbagi. Bingkisan Low cost memberi pelajaran, agar jangan ada yang merasa sombong karena memberi barang yang mahal dan akhirnya menghilangkan esensi dari berbagi tadi.
Ketiga, memberi kepada orang yang tergolong tidak dekat. Mungkin menjadi hal biasa jika kita memberi pada orang dekat. Tetapi jika kita memberikan kepada orang yang belum dekat dengan kita, tentu perlu "perjuangan" ekstra bukan? Kita harus berpikir untuk menentukan apa yang kita beri bukan? Hal ini memberi pelajaran untuk menjalin hubungan serta membangun relasi baru dengan orang-orang yang belum dekat dengan kita.
Mengadopsi hal-hal di atas, Blogger Buku Indonesia sudah menjalankan tradisi berbagi (buku) dari dulu. Dengan mengkhususkan bingkisan berupa buku, para anggota BBI diharapkan mengenal satu sama lain lewat apa yang menjadi book wishlist sasaran mereka.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Divisi Event BBI yang turut memikirkan bagaimana mekanisme terbaik terselenggaranya acara ini. Serangkaian aturan dibuat, pada dasarnya bukan untuk mengekang atau membuat acara ini menjadi tidak bebas. Namun, arahnya lebih agar tercipta keteraturan dan ketertiban dalam pelaksanaannya. Bayangkan untuk mengatur lebih dari 50 orang yang berpartisipasi, bukanlah perkara yang mudah. Untuk itu saya terima kasih kepada Divisi Event BBI. You rock!!!
Aturan main Secret Santa ada di sini
Daftar peserta Secret Santa ada di sini
dan inilah logo Secret Santa, lucu yaa :)
Baiklah, sebagai satu syarat yang harus saya penuhi, yaitu membuat wishlist agar Secret Santa saya dapat dengan mudah menemukan buku apa yang saya inginkan. Adapun wishlist ini hanyalah sebagai panduan kepada Secret Santa saya tentang jenis buku apa yang saya suka, yaitu: kumpulan cerpen, kumpulan puisi, filsafat, dan tentang sejarah dan budaya. Bila saya diberikan buku di luar wishlist ini juga akan sangat saya hargai.
Jadi..saya ucapkan terima kasih sebelumnya kepada Santa saya, jangan susah-susah tebak-tebakannya yaa :)
Salam,
Helvry Sinaga
BBI 1301041
Nah, Secret Santa ini sebenarnya juga turunan dari tradisi membagikan hadiah. Dari Wikipedia, Secret Santa didefinisikan demikian:
Secret Santa is a Western Christmas tradition in which members of a group or community are randomly assigned a person to whom they anonymously give a gift. Often practiced in workplaces or amongst large families, participation in it is usually voluntary. It offers a way for many people to give and receive a gift at low cost, since the alternative gift tradition is for each person to buy gifts for every other person. In this way, the Secret Santa tradition also encourages gift exchange groups whose members are not close enough to participate in the alternative tradition of giving presents to everyone else.
Dari definisi di atas, ada beberapa hal yang menjadi unsur Secret Santa:
Pertama, memberi hadiah secara anonim. Di dalam suatu kelompok, setiap anggota saling memberi secara anonim kepada anggota lainnya. Hal inilah terletak unsur kerahasiaan pemberinya. Pada situasi ini setiap anggota yang memberi bingkisan, pasti tahu siapa sasarannya. Namun yang diberi, tidak tahu siapa pemberinya.
Kedua, bingkisan tersebut pada harga murah (low cost). Tentu saja nilai disini bukan terletak pada semurah/semahal apa bingkisan yang akan diberi. Namun mengembangkan nilai berbagi. Bingkisan Low cost memberi pelajaran, agar jangan ada yang merasa sombong karena memberi barang yang mahal dan akhirnya menghilangkan esensi dari berbagi tadi.
Ketiga, memberi kepada orang yang tergolong tidak dekat. Mungkin menjadi hal biasa jika kita memberi pada orang dekat. Tetapi jika kita memberikan kepada orang yang belum dekat dengan kita, tentu perlu "perjuangan" ekstra bukan? Kita harus berpikir untuk menentukan apa yang kita beri bukan? Hal ini memberi pelajaran untuk menjalin hubungan serta membangun relasi baru dengan orang-orang yang belum dekat dengan kita.
Mengadopsi hal-hal di atas, Blogger Buku Indonesia sudah menjalankan tradisi berbagi (buku) dari dulu. Dengan mengkhususkan bingkisan berupa buku, para anggota BBI diharapkan mengenal satu sama lain lewat apa yang menjadi book wishlist sasaran mereka.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Divisi Event BBI yang turut memikirkan bagaimana mekanisme terbaik terselenggaranya acara ini. Serangkaian aturan dibuat, pada dasarnya bukan untuk mengekang atau membuat acara ini menjadi tidak bebas. Namun, arahnya lebih agar tercipta keteraturan dan ketertiban dalam pelaksanaannya. Bayangkan untuk mengatur lebih dari 50 orang yang berpartisipasi, bukanlah perkara yang mudah. Untuk itu saya terima kasih kepada Divisi Event BBI. You rock!!!
Aturan main Secret Santa ada di sini
Daftar peserta Secret Santa ada di sini
dan inilah logo Secret Santa, lucu yaa :)
Baiklah, sebagai satu syarat yang harus saya penuhi, yaitu membuat wishlist agar Secret Santa saya dapat dengan mudah menemukan buku apa yang saya inginkan. Adapun wishlist ini hanyalah sebagai panduan kepada Secret Santa saya tentang jenis buku apa yang saya suka, yaitu: kumpulan cerpen, kumpulan puisi, filsafat, dan tentang sejarah dan budaya. Bila saya diberikan buku di luar wishlist ini juga akan sangat saya hargai.
Jadi..saya ucapkan terima kasih sebelumnya kepada Santa saya, jangan susah-susah tebak-tebakannya yaa :)
Salam,
Helvry Sinaga
BBI 1301041
Kumpulan Cerpen
Corat-coret di toilet dan cerita-cerita lainnya by Eka Kurniawan
Selasa, Oktober 28, 2014Sepertinya salah satu "ice breaker" kebuntuan dalam membaca buku bagi saya adalah membaca cerita pendek. Setelah sudah berbagai buku yang tidak selesai saya baca, saya memutuskan membaca kumpulan cerpen karangan Eka Kurniawan ini sebagai pembuka kembali kegiatan membaca saya yang sudah lama vakum. Sebagai informasi, buku ini saya peroleh dari kegiatan lelang BBI dengan nama proyeknya BBI for charity. Bisa dibilang, jika tidak ada program lelang ini, saya belum berkenalan dengan karya-karya Eka Kurniawan.
Corat-coret di Toilet dan cerita-cerita lainnya
Pengarang: Eka Kurniawan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
April 2014
Satu hal yang menjadi kegagalan membaca cerpen menurut saya adalah kegagalan dalam menangkap persoalan-persoalan yang diutarakan pengarangnya. Pembaca sering hanya berfokus pada jalan cerita, diksi, dan akhir cerita. Namun gagal melihat konteks persoalan masyarakat, kehidupan sosial, persoalan emansipasi dan pendidikan. Cerpen bukan seperti berita surat kabar yang lugas memberi data dan fakta tentang kejadian-kejadian, namun dibutuhkan pembacaan yang seksama serta jam baca yang konsisten. Apalagi, kecenderungan bahwa cerpen lahirnya di media massa seperti koran dan majalah. Bahwa buku-buku kumpulan cerpen yang diterbitkan umumnya merupakan karangan yang pernah diterbitkan di media cetak. Hal itu menunjukkan bahwa cerpen yang 'beruntung' dinikmati pembaca merupakan lulus uji kualifikasi oleh editor cerpen surat kabar. Namun bukan berarti cerpen yang tidak diterbitkan surat kabar adalah cerpen tidak bermutu.
Sudah lama mengetahui karya Iwan Simatupang yang banyak dibicarakan ini. Namun, memperoleh bukunya sangat-sangat sulit. Sama seperti nasib buku-buku karangan bagus yang lama, sepertinya belum ada cetak ulang dari penerbit tersebut, agar diketahui oleh generasi sekarang. Suatu kebetulan (atau suatu takdir?) saya dipertemukan dengan buku ini melalui proses yang panjang, terutama kisah perjalanan saya menemukan buku ini di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan (many thanks to Fitria Mayrani).
Merahnya Merah
Pengarang: Iwan Simatupang
cetakan 11
Penerbit Haji Masagung, 1993, Jakarta
124 hlm; 21 cm
ISBNM 979-412-052-9
Merahnya Merah menceritakan Tokoh Kita (namanya memang dibuat demikian), yaitu seorang laki-laki yang meinggalkan panggilannya sebaga calon pastor untuk menjadi komandan kompi dan algojo pada masa revolusi. Setelah revolusi selesai, ia menjadi gelandangan. Maria, seorang perempuan yang digambarkan berambut ikal, berbadan besar, memiliki empat gigi emas. Maria juga menjadi gelandangan. Fifi, perempuan 14 tahun yatim piatu karena orangtuanya dibunuh perampok. Fifi ditolong oleh Tokoh Kita dan sama-sama menjadi gelandangan. Pak Centeng, orang yang dianggap jagoan di kampung gelandangan.
Dialog-dialog yang dibangun oleh Iwan Simatupang dalam novelnya ini sangat memukau. Dialog antar tokoh maupun dialog antara tokoh dengan dirinya sendiri seolah mempertanyakan kembali 'kemapanan' yang sudah ada. Terlihat bagaimana Iwan memberikan suatu pengandaian tentang doa yang ditengadahkan ke "atas" lewat pemandangan yang dilihat Fifi. Dia tengadahkan mukanya ke atas. Kemana lagi kalau bukan ke atas? Atas adalah arah dari segala derita. Tetapi juga, arah dari segala harap dan doa.
Tokoh Kita, sebelum menjadi gelandangan adalah seorang yang terhormat, yaitu sebagai komandan kompi yang disegani pada zaman revolusi. Sebelum menjadi komandan kompi, ia adalah seorang calon pastor. Terlihat dari sebagian besar novel ini, Tokoh kita ini berpengaruh dalam pemikiran 'tingkat tinggi'. Sebagai contoh, Ketika menjadi gelandangan, Tokoh kita ini mengalami luka borok yang cukup parah. Tokoh kita tidak mau berobat ke dokter, dengan satu prinsip bahwa pergi ke dokter, berarti berontak terhadap statusnya sebagai gelandangan. Bahwa menjadi gelandang atau tidak merupakan kedaulatannya sendiri. Suatu percakapan dengan bekas anakbuahnya yang menemukan ia dalam keadaan terluka parah karena borok itu, membawa ke pemikiran apakah makna kehidupannya. Bahwa keputusannya memilih meninggalkan panggilan menjadi seorang rahib untuk mengikuti panggilan negara merupakan keputusan sendiri. Pertanyaan seperti: Apa yang penting dari ibadah? perbuatan sembahyangnyakah, atau hidup beribadah itu sendiri?, tidak dijawab oleh Tokoh kita secara gamblang. Pengalaman hidupnya menunjukkan bahwa dibalik segala tragedi hidupnya, ia memilih satu bentuk hidup sendiri yang membuatnya berbahagia-sebagai gelandangan.
Iwan menulis sisi lain dari kehidupan gelandangan. Hal-hal kecil seperti tertawa, dibahas serius oleh Tokoh kita. Meski perut kerempeng tak berisi, bukan merupakan alasan untuk tidak tertawa. Tertawa untuk hari-hari yang tak pasti dan derita yang tidak kenal ujung. Selanjutnya Iwan juga menjelaskan lewat suara hati Tokoh kita terkait eksistensi gelandang yang menyebabkan banyak walikota yang dibuat susah oleh persoalan ini, dokter-dokter yang berhasil bereksperimen dengan mayat gelandangan yang tidak dikenal, tanpa gelandangan maka tidak banyak dokter-dokter di dunia berkembang, adanya hadiah-hadiah perdamaian karena adanya ketegangan antara dunia berkembang dan dunia maju-dunia berkembang di belakangnya adalah gelandangan-.
Fifi, dibawa oleh Tokoh Kita ke kampung gelandangan. Pada Maria, Tokoh kita menitipkan gadis kecil ini. Setelah itu Tokoh kita pergi entah kemana dan selanjutnya ia kembali ke kampung gelandangan tersebut. Maria merupakan tokoh yang disegani di kampung gelandangan tersebut, karena ia adalah "ibu" bagi mereka yang tidak punya tempat tinggal. Maria terbuka tangannya untuk menampung mereka. Demikian juga Fifi. Maria sendiri adalah calon perawat, yang kemudian mengalami nasib tragis, diperkosa. Selanjutnya Maria menjalani profesi sebagai perempuan penghibur. Lewat cerita Fifi pada Maria, Tokoh kita mengetahui bahwa Fifi sangat menyukai Tokoh kita, dan memiliki mimpi untuk keluar dari hidup sebagai gelandangan. Hal yang sangat mengusik pikiran Tokoh kita.
Selanjutnya diceritakan bahwa suatu ketika Fifi hilang dari kampung gelandangan. Semua warga kampung ikut mencari. Pak Centeng, jagoan di kampung itu gagal menemukannya. Kemudian belum juga Fifi ditemukan, Tokoh kita menghilang. Hal ini menggusarkan Maria. Pak Centeng beserta anak buahnya mencari ke seluruh kota. Hasilnya nihil. Fifi dan Tokoh kita tidak ditemukan. Pak Centeng sebagai orang yang disegani karena keberaniannya (dan ia juga suka dengan Maria), tambah pusing karena Maria ikut menghilang.
Bagaimana dan kemana hilangnya orang-orang tadi, tidaklah diceritakan seperti cerita ala detektif. Tidak ada pemecahan kasus berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Dengan dialog bernuansa filsafat, Iwan mengemas cerita ini dengan memukau. Hampir mirip dengan Kooong, bahwa ada sesuatu hal penting yang hilang. Persoalannya bukanlah apakah yang hilang akan ketemu, tetapi cerita-cerita yang menyertai kehilangan tersebut.
Novel ini patut dan sangat direkomendasikan untuk dibaca. Namun sayang sekali, barangkali ketersediaannya di pasaran sudah tidak ada lagi. Saya sendiri punya kisah menarik, ketika jam berkunjung perpustakaan ini sudah habis, saya memfoto kurang lebih 30 halaman terakhir untuk saya baca kembali ketika sudah pulang.
Apa yang penting dari ibadah? Perbuatan sembahyangnyakah, atau hidup beribadah itu sendiri? Upacara mengikat janji itu adalah hanya upacara saja, hanya basa basi. Yang penting adalah hikmah keibadahan sebelum dan sesudah janji itu.
Palembang, 31 Agustus 2014
Helvry
Kejadian-kejadian kecil, masalah-masalah remeh, hancur dan disusun kembali. Dibubuhi makna baru. Mendadak mereka menjadi kerangka putih dari sebuah cerita
Judul: The God of Small Thing
Pengarang: Arundhati Roy
Kata Pengantar: Melani Budianta
Penerjemah A. Rahartati Bambang Haryo
Tebal: xxxii+420 hlm
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia 2005.
Pengalaman menarik buku ini adalah, saya sudah membeli novel ini sejak tahun 2006, dan kurang lebih 7 tahun kemudian saya baca *ditoyor*. Dulu saya membelinya hanya berdasarkan cover yang menuliskan bahwa novel ini memperoleh award. Saya dulu berpikir bahwa kalau novel sudah mendapatkan award, berarti novel ini bagus. Padahal, saya tidak mengerti itu award apa. Setelah sekian lama saya memeriksa kembali rak buku saya, saya menemukan kembali buku ini, dan baru menyadari bahwa award yang dimaksud itu adalah Man Booker Prize Award. Suatu penghargaan atas novel-novel terbaik karangan novelis dari negara-negara persemakmuran Inggris. Arundhati Roy merupakan novelis dari India, dan setting cerita dalam novel ini ada di Ayemenem, sebuah desa di Kottayam, Kerala, India. Ayemenem digambarkan dengan sebuah desa yang indah. Tempat yang menjadi "setting" cerita novel ini adalah sungai, puncak-puncak pohon yang rimbun.
“Jika kau menghamba kepada ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan” (Wiji Thukul).
Inilah kekuatan kata-kata. Ia mencipta sekaligus memberi kehidupan. Betapa sebuah bedil pun tak kuasa melawan kata-kata. Karena itu, si penghasil kata-kata tersebutlah yang harus dihentikan. Wiji Thukul, seorang penyair pada masa hidupnya “melawan” pemerintah orde baru dengan bait-bait puisinya. Ia termasuk orang hilang yang tidak tahu dimana rimbanya hingga saat ini. Tim Mawar Kopassus yang melakukan penculikan aktivis seperti Wiji Thukul dan bersama 12 orang lainnya, sudah dihukum. Namun, tidak ada penjelasan, dimana Wiji Thukul (saat ini)? Sejak 1998, mereka sudah hilang selama 16 tahun.
Judul :Seri Buku TEMPO: Prahara Orde Baru WIJI THUKUL
Pengarang :TEMPO
ISBN :9789799105929
Ukuran :230 x 160 mm
Halaman :172 halaman
Penerbit :KPG
Setelah membaca dan mereview cerita Calon Arang dengan versi Femmy Syahrani, kali ini saya ingin mengupas cerita Calon Arang versi Pramoedya Ananta Toer. Inilah kekayaan sastra Nusantara. Saya berimajinasi bahwa cerita Calon Arang ini sudah diceritakan dari generasi ke generasi. Meski ada versi yang berbeda, tersembunyi pesan kemanusiaan yang luhur.
Pada pengantar buku ini, Pram sedikit mengulas bagaimana sejarah cerita Calon Arang. Cerita ini lahir ketika masa pemerintahan Prabu Airlangga sekitar abad 11. Dua tokoh besar saat itu adalah Prabu Airlangga dan Empu Bharadah. Dan menurut Pram, cerita ini dituliskan kembali untuk mengingatkan anak-anak zaman sekarang agar membangkitkan cerita lama bagi mereka, serta sebagai sumber informasi sejarah, agar lebih mengkaji isi dibanding menghafal nama tokoh dan tempat.
Hujan ternyata (masih) memberikan pesona bagi sebagian besar orang dari dulu hingga sekarang. Entahkah karena jatuhnya yang tulus dan mengalir, entahkah karena memberi aroma pada tanah, entahkah karena mengingatkan pada sesuatu peristiwa, entahkah karena menjadi pemicu kemacetan (di Jakarta), entahkah membuat hati was-was karena genteng rumah bocor, dan sebagainya dan sebagainya.
Hujan Bulan Juni
Pengarang: Sapardi Djoko Damono
Pengarang: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Grasindo (2003)